"Jadi? Mau mengaku atau ku perjelas kesalahanmu?" Kini Saka menatap gadis itu datar dengan tatapan tajam penuh intimidasinya.
Ghea meneguk salivanya kasar dan seketika kehilangan kemampuan untuk berbicara.
'Aku bahkan belum memikirkan karangan ceritanya...'
Lelaki itu menghela nafas.
"A-aku..."
"Temanmu itu sudah tidak masuk selama 2 minggu-an ini. Dan... aku meminta kepadamu untuk mengatakan dengan jujur." Lelaki itu menjeda kalimatnya dan berjalan mendekat ke arah Ghea. "Apa keterangan gadis itu sebenarnya?"
Setelah menyelesaikan kalimatnya Saka semakin menatap gadis itu dingin sambil memasukkan kedua tangan di dalam saku celananya.
"K-keterangan? Tentu saja! D-dia sakit.... bukankah itu sudah jelas? Anaz terus mengirim surat ke sekolah bukan?" Kini Ghea lebih memberanikan diri meskipun sedikit tergagap.
Lelaki itu mengangguk dan tersenyum sinis.
"Tentu saja! Sangat jelas. Sangat jelas jika surat itu palsu." Lelaki itu menekan-kan kalimat terakhirnya dan semakin menatap gadis itu dingin.
"M-maksudmu? B-bagaimana—"
"Ghea Adaline..."
Suara hembusan nafas lelaki itu sangat jelas dengan tone suara yang semakin merendah.
"Apa kau menganggapku se-bodoh itu?"
"H-huh"
Saka semakin kesal dan tidak tahan dengan gadis di depannya ini.
"Stop playing and tell the truth!"
Ghea tersentak. Jantung nya seketika berdebar cepat dan mau lepas dari tempatnya. Sumpah demi keong ajaib rebus, gadis itu menarik pikirannya yang tak takut dengan kemarahan seorang Aland Saka.
"Mengaku? Atau ku perjelas—"
"Jika aku akan mengaku, apakah kau akan mempertimbangkan alasanku?"
Saka lagi lagi menatap gadis itu tak percaya. Apakah ia sedang mencoba untuk bernegoisasi dengannya? Kalau memang iya. Saka apresiasi kenekatan gadis di depannya ini.
Lelaki itu tertawa sinis. "Mengaku atau tidak, aku tetap akan melaporkanmu ke guru pendisiplinan"
Raut wajah gadis itu langsung pucat dan panik. "Tidak! Tunggu! Kumohon dengarkan alasanku terlebih dahulu."
"Lihat. Kau bahkan belum menyebutkan kesalahanmu, alih alih alasan."
"Ya! Aku orang yang membuat surat sakit anaz selama ini, setelah 2 hari pertama surat sakit aslinya."
Saka tersenyum puas yang bagi gadis itu sangat menyebalkan.
"Kau tau kan konskuensi memalsukan surat izin?" Lelaki ini berujar dingin.
"Iya! Aku sangat mengetahuinya. T-tapi aku benar benar terpaksa. A-aku—"
"Aku tidak ingin mendengar apapun alasan darimu!" Lelaki itu melangkahkan kaki nya lebih mendekat sambil menundukkan kepalanya ke arah wajah gadis berkacamata itu.
"Dan kau tau? Secara tidak langsung kau ikut menyeretku kedalam masalahmu ini." Hembusan nafas lelaki itu tepat menusuk wajah Ghea yang sudah pucat pasi.
"Tapi aku juga tidak percaya jika selama ini dikelabui oleh orang sepertimu."
Ghea seketika tertegun dan mendongakkan wajah menatap mata tajam lelaki itu. Apa apaan itu barusan? Kenapa dengan orang seperti Ghea? Apakah itu kalimat merendahkan dirinya?
Lelaki tampan itu tertawa kecil. "Untungnya kau harus bersyukur, karena aku belum membuat laporan kehadiran bulanan kelas." Ia menjeda kalimatnya. "Namun... guru guru terus menanyakan keadaan gadis itu yang sudah tidak masuk selama 2 minggu ini kepadaku."
"Dan itu... sangat mengusik ketenanganku. Karena aku harus terus mengarang cerita untuk sahabatmu itu."
"Jadi, sebelum semuanya semakin terlambat. Aku memperingatkanmu Ghea Adaline. Walaupun kau tidak pernah membuat masalah selama 2 tahun di sekolah ini. Tapi, kesalahan pertama yang fatalmu ini dapat membuatmu langsung di drop out seperti teman teman kita sebelumnya."
Ghea mencoba mencerna satu persatu kalimat runtun yang Saka arahkan kepadanya. Dan ia menarik sebuah kesimpulan besar yang bahkan gadis itu setengah ragu untuk mengatakan ini.
"Lalu, bagaimana denganmu? Kenapa kau tidak mengatakan kebenarannya jika mau main aman? Kenapa kau juga ikut mengambil resiko disaat kau tidak memiliki kepentingan." Kalimat panjang dan menggebu gebu gadis itu berhasil membuat Saka menghentikan langkahnya yang awalnya siap untuk pergi. Kini ia berbalik dengan aura wajah yang semakin dingin.
"Bukankah itu sangat tidak dirimu." Sangat jelas, ada irama ejekan disitu dan Ghea lakukan dengan sengaja. Rasakan saja, memangnya hanya lelaki itu yang bisa merendahkannya.
Manik legam lelaki itu kini mengunci netra kecoklatan Ghea dan melangkah kan kakinya mendekat, mengikis jarak keduanya. Dan gadis itu telat untuk menyadari karena tanpa sadar wajah keduanya kini hanya tersisa 5 cm.
'What the he—'
Ghea dapat merasakan hembusan nafas hangat lelaki tinggi di depannya ini. Ia semakin membeku dan mencoba memundurkan langkahnya menjauhi lelaki gila didepannya ini.
Saka tersenyum miring dan justru ikut melangkah kan kakinya kedepan. Tak berniat untuk membiarkan gadis tersebut menjauh.
"Kenapa kau ingin tau alasanku?"
Lalu ia mengatakan hal yang bahkan tidak ada hubungannya sama sekali.
"Kau menyukai ku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic Andless Dream
FantasySudah 2 minggu sahabatnya tidak sekolah yang padahal surat sakitnya hanya untuk 2 hari. Ghea bergegas mencari tau dimana keberadaan sahabatnya itu dan apa yang sebenarnya terjadi. Ditambah ke khawatiran takut dikeluarkan dari sekolah karena telah me...