4. Hal yang dapat dijanjikan

6 1 0
                                    

Lucia menggunakan sihir penyamaran. Rambutnya diwarnai dengan rambut umum serta matanya beriris coklat pohon, tidak menarik perhatian.

Lucia berjalan-jalan di sekitar Althair, berharap dapat menemukan sepotong kebenaran tentang kepindahan jiwanya, walau nyatanya itu pemikiran konyol jika hanya mengandalkan berjalan-jalan, oleh karena itu Lucia mengubah rencananya. Alih-alih hanya berjalan-jalan, Lucia bahkan menempelkan semacam kamera yang dibuat dengan energi sihir untuk dipasang di ruangan tempat tubuh sang Putri kekaisaran ditidurkan, sebab bila ada pergerakan, Lucia dapat melihatnya tanpa melewatkan apapun.

Jujur saja, Lucia tidak ingin pergi secepat ini dari Althair, namun ia juga tidak suka hidupnya penuh misteri, banyak celah dimana hidupnya dapat dikendalikan oleh orang lain. Terlebih lagi ini adalah dunia kejam, dimana pembunuhan atas nama bangsawan, organisasi kuat yang didukung orang atas maupun uang dapat bebas dari hukum. Tida hanya itu, terdapat aura dan sihir, catat, AURA DAN SIHIR. Bisa saja ada yang menipunya menggunakan sihir atau ada seseorang yang sangat ahli aura yang mengincarnya karena jiwanya yang unik, jiwa luar. Lucia tidak mau!

Lucia menatap makanan yang dikenalnya, sate. Segera saja Lucia berjalan ke toko itu.

"Saya beli sate ayamnya satu bungkus."

Penjual itu mengangguk. Dengan riang dia mulai mempersiapkan satenya. Lucia menatap sekeliling. Suasana sangat ceria hingga senyum Lucia terbit. Sang penjual melihat senyum itu dan ikut tersenyum juga. "Ini hari yang menyenangkan."

Lucia berbalik menatap penjual yang mengajaknya bicara tiba-tiba.

"Nyonya akhirnya kembali. Walau hanya satu, namun itu menandakan para penguasa tidak melupakan kami."

Laki-laki usia 40-an itu tertawa. "Aku menambahkan tiga tusuk lagi sebagai hadiah. Ini hari yang membahagiakan!"

Lucia hanya tersenyum sembari mengangguk. Setelah membayar, Lucia pergi ke taman untuk menikmati malamnya. Lucia melihat banyaknya pasangan kekasih di taman. Agak ngenes tapi oke, Lucia tahan banting.

Lucia duduk agak menjauh. Tidak ingin terlihat aneh sendirian di lautan pasangan kekasih, namun sepasang kekasih lain mendatangi tempat duduk di dekat Lucia, bermesraan dan melupakan keberadaan Lucia.

"Pernikahan kita akan terjadi tiga hari kemudian, kan? Aku tidak sabar bagaimana reaksi keluargaku saat mengetahui aku kabur jalan-jalan bersamamu!"

Sang lelaki mengusap kepala perempuan dengan sayang. "Lagian kamu nakal sekali. Sudah tahu orang tuamu beranggapan jika seminggu sebelum menikah, para pengantin tidak boleh bertemu, kamu masih memaksa."

Si gadis memeluk mesra laki-laki itu. "Aku hanya merindukanmu.."

Lucia meringis pelan, meratapi nasibnya sebagai jomblo. Agak pedih melihat dua sejoli ini bermesraan tanpa memperhatikan dirinya di sebelah.

Lucia baru saja akan beranjak pergi tetapi mengurungkan niatnya saat mendengar percakapan berikutnya.

"Bagaimana menurutmu jika gerbang dibuka dan dunia luar terhubung ke sini?"

Sang gadis mendelik tidak suka. Tatapan bersahabatnya tadi berubah seketika.

"Lalu apa? Huh, lebih baik tidak usah! Kenapa sih kau menanyakan hal ini?"

Laki-laki menggeleng. "Kita semua-penduduk Althair sangat membenci dunia luar. Aku penasaran kenapa itu bisa terjadi."

"..."

Lucia beranjak pergi, lupa menghilangkan hawa keberadaannya sehingga dua sejoli itu sedikit terkejut.

"Sejak kapan seseorang ada di sini??"

Our Story Never EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang