Prolog

250 25 6
                                    

Happy Reading

.

.

.

"Apa kau mendengarku?"

Perkataan seorang wanita yang sudah tak muda lagi membuat seseorang tertunduk lesu tak berani menatap sang lawan bicara. Jemarinya ia tautkan guna menghilangkan ketakutan sekaligus kekecewaan yang entah sampai kapan ia akan menahannya. Tidak. Mungkin ia tidak akan sanggup untuk menahannya, perasaan ini yang mungkin akan terus menyiksanya seumur hidup.

Kalian tahu? Ia sungguh menyesal telah mengenalnya. Mengenal seseorang yang telah berhasil mencuri hatinya hanya karena ia menganggapnya sebagai orang baik. Namun justru sebaliknya. Ia malah terjerumus kedalam lubang tanpa dasar. Bukankah ia sudah seperti orang gila?

"___haruskah aku membunuhmu sekarang?" tambahnya lagi saat ia tak sabar mendengar jawaban keluar dari mulut pria muda yang bisa dibilang babak belur. Mulut yang robek dengan darah kering sebagai hiasannya. Bahkan sebagian pipinya membiru dan bengkak, entah sudah berapa kali ia dipukuli habis-habisan oleh orang suruhan wanita tua itu.

Pria muda tersebut mengangkat kepalanya dan menatap kearah wanita tua yang tengah duduk dikursi dengan angkuh. Sedangkan dirinya dibiarkan duduk dilantai lembab yang berdebu, "Mengapa tidak dari awal kau langsung membunuhku dan justru malah menyiksaku seperti ini? Bukankah memang dari awal kau ingin melenyapkanku? Nyonya aku tidak tahu mengapa kau senekat ini mengotori tanganmu hanya karena hubunganku ini." ujarnya sembari ia menahan rasa sakit pada tubuhnya, terlebih pada hatinya sekaligus.

"Karena kau tidak pantas untuk anakku. Kau hanyalah pembawa sial dan sampai kapanpun aku tidak akan sudi menerimamu. Ah adakah kata terakhir yang ingin kau katakan, wahai calon menantuku? " lagi ia melihat senyuman maut dari wanita tua yang teramat sangat ia benci.

Pria muda itu menahan amarahnya dan mengepalkan kedua tangannya dengan erat. Akankah hidupnya berakhir seperti ini tanpa ia berpamitan kepada sang kakak? Mengapa ia harus masuk kedalam hidup orang-orang egois ini? Jika dikatakan menyesal, ya. Ia menyesal dan sangat menyesal. Seharusnya ia tidak pernah masuk kedalam kehidupan orang-orang yang bersosial tinggi.

Wanita itu menatap arloginya dan tersenyum penuh arti, "____sudah waktunya aku pergi. Kalian bebas melakukan apapun padanya, sampai dia matipun aku tidak peduli. Ah kau cukup manis juga untuk ukuran seorang pria, tapi sayang kau harus berakhir mengenaskan."

Tentunya pria muda itu panik ketika menatap beberapa pria berbadan besar menatapnya seolah kelaparan, "Nyonya..." lirihnya dan berharap jika wanita itu menolongnya. Meskipun ia tahu bahwa permintaannya ini akan sia-sia.

Benar saja, wanita itu sama sekali tak menggubrisnya dan justru melenggang pergi meninggalkan dirinya yang ketakutan. Ia semakin panik ketika pria berbadan besar itu yang dihitungnya berjumlah lima orang mulai mendekatinya. Menarik kakinya dengan kasar dan ya kalian bisa menebaknya apa yang mereka lakukan?

"Tidak usah takut. Seharusnya kau melayani kami, manis."

Dan.

Berjam-jam mereka menyiksanya dengan keji dan tidak tanggung-tanggung mereka melakukan hal bejat pada tubuh yang sudah tak lagi terlihat hidup. Tubuh yang awalnya semulus porselin, sekarang nampak dihiasi banyak luka dan darah. Terlebih kelima pria berbadan besar itu bergilir melakukan pelecehan padanya sampai pria muda itu tak dapat menggerakan tubuhnya.

"Wonwoo..." Panggil seorang pria muda  terlihat khawatir melihat seseorang yang terbaring lemah diatas tandu yang dibawa oleh tim medis.

"Maaf kau siapanya korban?" tanya salah satu tim medis yang terlihat sama paniknya sekaligus ikut sakit melihat korban yang pertama kali ia lihat kondisinya.

Pria muda itu langsung menggenggam tangan yang mulai mendingin, "Aku kakaknya. Bisakah kalian menolongnya? Kumohon." Balasnya dengan air mata yang tak dapat ditahannya.

Belum sempat mendapat jawaban, dengan tiba-tiba orang yang terbaring bernama Wonwoo itu memuntahkan darah pekat cukup banyak membuat mereka panik dan segera bertindak untuk menyelamatkannya. Mereka segera berlari memasukkan tandu kedalam mobil ambulance yang siap dikemudikan dengan cepat. Genggaman tangan itu bahkan tak terlepas dan sang kakak semakin erat menggenggam jari jemari sang adik yang tidak dapat dipastikan akankah selamat atau mungkin berakhir sesuai takdirnya.

"Kim Mingyu apakah ini perbuatanmu?"

"Kim Mingyu apakah ini perbuatanmu?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

#03102023

Sekali-kali bikin genre kaya gini kan 😌
Btw maaf ya malah banyak FF baru huhuhuhu.

The Fate [SVT / ONGOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang