Chapter 1

124 14 7
                                    

Happy Reading

.

.

.

Dipagi hari yang cerah ini, nampak seseorang tengah sibuk menyiapkan sarapan pagi untuknya dan juga sang adik yang teramat sangat ia sayangi. Harta berharga yang ia jaga dengan penuh kasih sayang, bahkan ia rela melakukan apapun demi sang adik. Termasuk menyiapkan kebutuhan perut sang adik yang dimana adiknya ini selalu melupakan perutnya dan sibuk dengan gamenya.

Pria yang masih muda itu bernama Choi Seungcheol. Berperawakan tinggi dan sangat tampan, siapapun akan terpesona melihatnya. Menjadi seorang detektif diusia cukup muda, siapa yang tidak iri? Meskipun hanya tinggal berdua bersama sang adik, ia sangatlah bahagia sekali. Ketimbang bersama kedua orang tuanya yang bahkan membuatnya naik pitam.

Dan mungkin ini adalah cara satu-satunya untuk membahagiakan sang adik, meskipun tanpa sosok orang tua dihidupnya. Selama adiknya bahagia dan merasa tenang, ia tidak akan ikut senang.

Suara kursi berderit cukup membuyarkan sedikit lamunannya. Seungcheol menyunggingkan senyum manisnya tatkala melihat seseorang yang duduk melipat kedua tangannya diatas meja selayaknya anak kecil menunggu makanan yang dibuatkan sang ibu. Adiknya ini sudah berusia dua puluh satu tahun, namun dimatanya tetaplah adik kecilnya. Adik kecil yang paling berharga, "Nah makanlah." ujarnya sembari memberikan sepiring nasi goreng kimchi kehadapan sang adik.

Mata rubah itu berbinar meskipun terlihat jelas jika kedua mata itu menahan kantuk, "___sampai jam berapa kau bermain game?" Lagi Seungcheol berucap membuat sang adik tersenyum manis. Tanpa menjawabpun Seungcheol sudah tahu jika adiknya ini begadang bermain game sampai lupa waktu. Lihatlah sekarang kedua matanya menahan kantuk, terlebih pagi ini ia mendapatkan jadwal kuliah pagi. Bukankah itu sama saja dengan tak tahu diri?

Pria yang lebih muda darinya itu tak menanggapi, dengan cepat ia melahap masakan sang kakak yang bahkan tak pernah ia bosan untuk memakannya. Masakan sang kakak memang yang terbaik dan ya sangat mirip dengan masakan sang ibu. Sejujurnya ia sedikit merindukan wanita cantik itu, hanya saja ia membuang jauh-jauh perasaannya itu. Ia takut jika harus kembali terluka. Terluka atas perkataan yang menusuk keulu hatinya.

Dilihatnya sang adik tengah menikmati sarapan paginya, Seungcheol ikut mendudukkan tubuhnya tepat disebrang sang adik. Dengan begini ia bisa melihat bagaimana sang adik yang tumbuh dengan baik hanya karena dirinya. Ia cukup bangga karena selama ini adiknya ini tidak pernah menyulitkannya. Selalu mendapatkan peringkat terbaik dan bahkan beasiswa penuh dari sekolah, sampai saat inipun adiknya masih mempertahankannya.

"Hyung apakah kau akan pulang malam ini? Jika kau tidak pulang, bolehkah aku mengajak Jeonghan hyung untuk menginap disini? Itupun jika Jeonghan hyung tidak ada jadwal jaga ditempat kerjanya."Ia berkata dengan ragu, takut jika Seungcheol tak setuju dengan keinginannya ini. Bukan bermaksud ia tidak berani tinggal sendiri di apartement milik kakaknya ini, hanya saja ia takut dengan kehadiran seseorang yang bahkan belum siap untuk ia temui. Seseorang yang telah memberikan banyak luka untuk masa kecilnya.

Ia paham apa yang sang adik takutkan. Lagipula ia sendiri tidak tega jika harus meninggalkan sang adik seorang diri dimalam hari. Biasanya ia akan meminta Jeonghan untuk menemaninya ataupun sahabatnya yang lain, itupun jika mereka tidak memiliki jadwal. Terkadang bila mereka memiliki jadwal yang cukup padat, Ia akan mengajak adiknya ini ikut ke kantornya tempatnya bekerja. Dan bersyukurnya rekan kerja beserta atasannya tidak ada yang protes atau menegurnya. Karena mereka tahu jika ia hanya tinggal berdua bersama adiknya.

The Fate [SVT / ONGOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang