02. RUMAH

52 27 11
                                    

02. Tempat Kau
Pulang
---

"Rey!"

"Rey!"

Panggil Deren sambil menaiki tangga yang menghubungkan lantai dua dan tiga menuju kamar Reyyan, tadi Reyyan menelpon dan meminta Deren untuk datang ke rumahnya karena Deren yang mendengar nada bicara sahabatnya melalui telepon yang tidak seperti biasa ia mulai khawatir akan terjadi apa-apa.

Sesampainya di depan kamar Reyyan, laki-laki itu melihat bahwa pintu kamar sahabatnya yang sedikit terbuka alias tak terkunci.

Derren melangkahkan kakinya membuka lebar pintu kamar Reyyan. Alangkah terkejutnya setelah memasuki kamar yang sudah berantakan lalu apa yang ia lihat?

"ANJIR! LO KENAPA!? " seru Deren menajamkan pandangannya kaget melihat Reyyan yang sudah tepar.

Mendengar itu Reyyan hanya terdiam tak berdaya akibat mabuk, sudah dapat ditebak bahwa dia sangat lemah dengan alkohol tetapi tetap saja ia memaksa meminumnya.

Mata Deren tertuju pada beberapa bekas botol minuman keras sontak ia menyadari kalau Reyyan kebanyakan minum.

"ANJING! GILA LO YA!? UDAH TAU LO NGGAK KUAT MINUM MALAH DIPAKSAIN KALAU MAU MATEK BILANG!" ujar Deren emosi dengan tingkah nekat sahabatnya yang menyiksa diri sendiri.

"Ren lo nggak tau gimana capeknya gue sekarang, uhuk!." tiba-tiba Reyyan memuntahkan isi perutnya, sontak Deren panik refleks ia mengambil kantong plastik yang ada di saku celananya untuk menampung muntah laki-laki itu. Walau agak merasa jijik Derren dengan sabar menerima sedikit percikan muntah di tangannya.

"Untung lo sahabat gue Rey!, kalau bukan udah gue gantung pala lo, " ketus Deren.

Setelah dirasa selesai, Deren segera mengambil segelas air hangat untuk sedikit meredakan rasa pening di kepala Reyyan.

Setelah menyodorkan segelas air hangat laki-laki itu menghembuskan napas gusar, "Bagus lo kayak gini?, ingat! Kesehatan lo itu penting!" ujar Derren agak kesal.

"Gue lagi stress Ren jadi gue perlu nenangin diri dulu, " jawab Reyyan sambil menatap keluar jendela kamarnya yang terbuka lebar setelah menyandarkan bahunya di ranjang tempat tidur.

"Udah nggak waras atau gimana sih lo? Nenangin diri sampe mau bundir ha!? "
ujar Deren tak kuat menahan emosinya, tampak laki-laki itu mencemaskan Reyyan yang masih terlihat lemas.

Reyyan hanya bungkam mendengar ocehan sahabatnya, dipandanginya botol-botol bekas alkohol yang berserakan di lantai tampaknya dia mulai sadar bahwa yang ia lakukan itu tidak akan menyelesaikan masalah,
malah akan membuat ibunya khawatir.
Karena merasa bersalah akan tingkahnya yang selalu membuat Derren khawatir, Reyyan menundukkan kepalanya, "Sorry Ren..." ucapnya lirih.

Setelah menghembuskan napas panjang dan berhasil mengontrol emosinya Deren berkata, "Jangan gini lagi, Reyyan yang gue kenal pasti bakal cerita ke gue kalau ada apa-apa."

***

Dinginnya angin malam itu sehingga menusuk kulit Derren dan Reyyan yang sedang duduk di samping balkon. Cukup lama mereka terdiam sambil menyaksikan indahnya bulan dan bintang yang berkelap-kelip di malam itu. "Cantik" gumam Reyyan dalam hati. Setelah itu ia memiringkan pandangannya ke arah sahabatnya,"Ren" panggil Reyyan pelan.

DOESN'T LIKE DESTRUCTION [ON GOING] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang