KHS2:four

107 40 90
                                    

**•̩̩͙✩•̩̩͙*˚Random Part🥳˚*•̩̩͙✩•̩̩͙*˚*

"Setiap manusia mempunyai kekurangannya masing-masing tapi dengan bentuk yang berbeda."
-Lukas Jaiz Althair-

Happy Reading 🙌

⋇⋆✦⋆⋇ 

Setelah selesai memakan mie ayam, akhirnya kedua remaja tersebut pun bangkit dari meja makan, membereskan bekas makanan mereka, kemudian beranjak ke ruang tamu untuk meneruskan perbincangan.




"Makasih ya, Al."

Kalimat ini yang sering Aluna ucapkan pada Lukas. Dirinya benar-benar merasa beruntung bisa dipertemukan dengan remaja yang penuh effort seperti Lukas ini.

Terdengar kekehan dari remaja yang sedang menatap Aluna saat ini, heran akan sikap Aluna, kenapa harus berterima kasih, karena baginya sudah seharusnya ia berada dalam kondisinya saat ini, tidak pantas dikatakan sahabat jika dirinya tidak pernah ada dalam keterpurukan sahabatnya.

Aluna dibuat bingung oleh Lukas, kenapa setiap kali ia mengucapkan kata Terimakasih, respon yang dirinya dapat hanya kekehan saja.

"Kenapa sih, kalau gue bilang makasih, lo selalu senyam-senyum bahkan ketawa? Emang ada yang lucu dari perkataan gue?"

"Gak ada," respon Lukas.

"Gak mungkin! Buktinya lo selalu ketawa kalau gue bilang makasih, kan? Pokoknya gue mau tau alasannya titik!"

Karena tidak mau sahabatnya kecewa, Lukas pun akhirnya menjawab pertanyaannya Aluna.

"Na, gue mau tanya sama, lo. Gue dan lo itu punya hubungan apa?" tanyanya pada Aluna.

"Loh? Kenapa lo yang balik nanya sih!" kesal Aluna.

"Jawab dulu, Cantik...."

"Sahabat."

"Menurut lo, peran sahabat itu harus kaya gimana?"

"Orang yang selalu ada dalam setiap suka maupun duka,"

Mendengar itu Lukas pun tersenyum, lalu tangannya ia ulurkan ke rambut panjang Aluna sambil mengucapkan sesuatu, "Sekarang udah tau kan jawabannya?" tanyanya sambil mengusap halus rambut Aluna.

Aluna tersenyum kemudian mengangguk, "Iya, tapi gue ngerasa kalau gue gak ada peran sahabat sama sekali di hidup lo, Al. Bahkan lo gak pernah liatin sisi lemah lo ke gue, gue ngerasa paling beban di sini." lirih Aluna.

Mendengar itu, Lukas tidak terima, Aluna tidak pernah menjadi beban untuknya maupun teman-teman yang lain, dia anggap semuanya sama, karena setiap manusia mempunyai kekurangannya masing-masing tapi dengan bentuk yang berbeda.

"Ana bukan beban buat Al, maupun yang lain. Ana itu peran paling penting di hidup Al. Jadi, tanpa Ana, nenek dan teman-teman yang lain, Al gak akan bisa hidup seperti sekarang ini, mau orang bilang Al lebay pun, ya memang ini hidup Al," tutur Lukas.

Mendengar itu, Aluna speechless. Entah kata apa yang harus dirinya ucapkan pada semesta, rasanya Aluna lah yang paling beruntung dalam hal pertemanan seperti ini.

Kumpulan Hati Sepuluh SatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang