KECEWA

1K 50 3
                                    

Setelah hampir beberapa hari gak sadar , yang membuat semua orang khawatir dan panik kini Ryan pun sadar.

Yang diri ya lihat pertama kali adalah orang orang yang gak ryan kenali.

Ryan hanya diam saja, dirinya mengingat kembali kejadian sebelum akhirnya tak sadarkan diri.

Pengakuan dari raxzan , perubahan Dylan sampai panggilan yang Dylan ucapkan kepada raxzan. Semua itu membuat kepala Ryan pusing, di tambah lagi sekilas potongan ingatan masa lalu milik Ryan.

Samapai akhiranya kedatangan raxzan , Dylan dan jayan keruangan itu membuat Ryan semakin bertambah tak mengerti.

' kenpa jayan juga ada '

" Gimana keadaan mu nak? Sudah lebih baik?" Tanya raxzan

" Lo siapa?" Itu yang Ryan ucapkan membuat semua yang ada di sana terdiam.

" Saya ayah kamu Ryan , apa kamu lupa, saya sudah memberi tahukan semua kepada mu"

" Papa gw cuman Daniel. Dan Lo bukan papa gw." Jawab Ryan sambil menatap kearah mereka semua.

Mata Ryan mentap kearah jayan semoga jayan tidak ikut ikutan.

" Ian. . . "

" Maaf kak "

" Untuk apa?"

" Maaf tapi semua yang di katakan tuan raxzan benar"

Ryan mengernyitkan dahinya , mentap tajam kearah Ian kenpa memanggilnya dengan sebutan tuan.

" Jngan bilang Lo juga bagian dari orang ini?" Ucap Ryan sambil menunjuk kearah raxzan.

Jayan pun terdiam dan tidak bisa berkata apa apa. Saat mendengan perkataan Ryan yang seakan marah.

" Jawab gw jayan!" Teriak Ryan

" Maaf kak. . ."

Ryan menarik infus di punggung tangan nya lalu bangun, tapi tindakan itu di cegah oleh dyaln dan raxzan.

" Lepas."

" Kamu mau kemana Ryan. Kamu belum sembuh, jadi disini aja ya "

" Lo siapa hah! Jangan sok akrab. Gw GK kenal sama Lo. Lepas ." Ryan berucap dengan dingin.

" Saya ayah kamu."

" Gak, Lo bukan BPK gw. BPK gw cuman Daniel. Biyarin gw pergi. Jngn halangi gw ."

" Kak jangan pergi. . ." Ucap jayan yang khawatir ke pada Ryan.

" Diem Lo! Lo bikin gw kecewa jayan. Lo sekongkol sama orang ini kan?"

" Kak... Aku-"

" Alah gw tau. Dan Lo bang, GK usah merasa sedih"

Ryan menyentak tangan Dylan dan raxzan lalu pergi meninggalkan rumah sakit. Raxzan beserta orang orang nya mengejar Ryan.

Ryan yang berlari entah kemana, namun bagi raxzan tak akan sulit mencari keberadaan Ryan.

" Cari anak saya sampai dapat. Saya gak mau ada hasil yang lain. Cepat!"
.

.

.

Ryan kembali ke kediaman rumah milik Daniel, hal pertama yang Ryan lihat keadaan kosong tak terlihat satu orang pun di rumah itu.

" Papa! " Teriak Ryan memanggil manggil papa nya , walaupun dulu Ryan sering di pukul bahkan di bentak , ttp saja Daniel adalah ayah nya yang merawat dirinya sejak masih kecil.

" Pak tua Lo dimana! Jan main petak umpet dong !"

Ryan sampai di depan kamar Daniel, lalu masuk kedalam, di lihat sosok Daniel yang duduk sambil membelakangi Ryan.

" Papa. . ."

" Jangan mulut mu Ryan , saya tidak setua itu."

" Njir.... syukurlah"

" Jangan mengumpat Ryan. Dan maafin papa karena tak mempercayaimu sedari dulu."

" Untuk apa pak tua ini minta maaf?"

Daniel pun berdiri namun ada yang sedikit aneh dari orang itu. Lalu Daniel berbalik dan menghadap kearah Ryan.

Kedua mata Ryan melotot saat melihat tetesan darah dari balik baju Daniel.

' apa yang telah terjadi '

" Kemari lah papa ingin memberikan sesuatu kepadamu"

Ryan mau tidak mau mendekati Daniel namun fikiran nya melayang entah kemana.

Daniel membuka laci lalu menyerahkan flashdisk itu.

" Bawa dan lihat ini, segeralah pergi sejauh mungkin sebelum raxzan menemukan mu nak " ucap Daniel yang lama kelamaan tubuhnya mulai lemah.

" Apa yang sebenernya terjadi ?"

" Cepat pergi Ryan sebelum mereka menemukan mu"

" Lalu papa gimana?"

Ryan gak mau pergi meninggalkan papa nya.

" Kamu gak usah khawatir kan papa. Cepat pergi Ryan sebelum mereka datang."

" Tapi-"

DOR!

Bruk

Suara tembakan itu menggema di ruangan tersebut tepat mengenai kepala Daniel, sontak saja hal itu membuat Ryan syok hingga dirinya menangkap tubuh papa nya.

" Pa. . ."

" Ryan. Ikut Daddy ayo. "

Suara raxzan pun terdengar yang membuat Ryan menoleh kearah lelaki tersebut.

" Ngapain kalian di sana"

" Menjemputmu apa lagi."

" Pergi kalian"

Mata Ryan menatap kearah jayan yang tangan nya memegang sebuah pistol yang masih mengepulkan asap.

Lalu menatap papa nya , dengan mata yang berkaca-kaca.

Ryan menepuk pipi Daniel lalu matanya kembali menatap kearah raxzan kembali melihat ke arah jayan lalu turun melihat perut jayan yang rata.

" Kalian."

" Ayo lah Ryan. Daddy menunggumu sudah sangat lama. Kenpa kamu tidak ingin ikut sama saya. Saya Daddy mu Ryan"

" Lihatlah dia. Dia sudah mati kamu tak memiliki siapa pun disini. Semua keluarga Mananta sudah binasa. Karna kamu anak dari wanita yang sangat saya cintai, namun dia berkhianat kepada saya, maka kamu sebagi anaknya harus menjadi milik saya." Ucap raxzan dengan santai tanpa beban sedikit pun tak ada rasa bersalah di dalam dirinya.

" Gak, gw GK Sudi menjadi milik manusia seperti mu"

Berbekal nekat , Ryan melihat untuk terakhir kalinya wajah Daniel. Lalu Ryan berdiri dan mundur mendekati jendela.

" Sampai kapan pun gw GK akan mau. Dan kalian akan menerima balasan nya tunggu saja. Hahahhahah, gw Febriyan Raditya Mananta akan membalas semua perbuatan kalian. Ingat itu." Lalu Ryan berlari dan langsung melompat dari lantai 3 dan menghilang di dalam ilalang lebat.

" Sialan! "

Marah raxzan Karna incaran nya dan semua yang dia lakukan selama ini gagal total.

Jayan yang sedari tadi diam, lalu tangan nya bergetar Karena dirinya lah yang menembak Daniel.


" Kak maaf..."





😭😭🙏🙏

BRYAN ⚠️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang