Prolog

8 1 2
                                    

"Yang Mulia, kita harus bagaimana? Mereka akan menyerang kita dalam satu bulan. Kita tidak punya pilihan lain selain pergi dari negeri ini."

Mendengar itu, sang Pangeran terlihat tenang. Dia terus memikirkan resiko dan solusi untuk masalah ini. Semua penasihat kerajaan menatap pangeran cemas, semua keputusan ada ditangan Pangeran sejak sang ayah gugur di pertarungan sengit antara Negeri Ethinian dan Negeri Narlion sebulan yang lalu. Perhelatan masih terjadi diantara mereka, bahkan setelah 100 tahun lamanya. Sejarah kelam menghantui dua negeri ini.

"Tidak. Ethinian tidak boleh menghindar dari serangan mereka. Saya tidak ingin negeri ini dicap pengecut. Saya tahu, pasukan kita berkurang drastis karena kekalahan di pertarungan Reonis sebulan yang lalu. Pergi bukan satu-satunya solusi. Kita masih punya sekutu, bukan?" Pangeran mengeluarkan isi pikirannya dengan tenang. 

Salah satu penasihat tertua di kerajaan, Githarya langsung menggelengkan kepala. "Semua sekutu, termasuk Negeri Terewiya memutus persekutuan dengan kita, Yang Mulia. Kita tidak boleh mementingkan ego untuk masalah ini," Jelas Githarya. Kalimat dari Githarya membuat Pangeran teringat akan hal itu. Disisi lain, Pangeran tidak ingin ada korban lagi. Namun, semua berkonflik karena dia juga mementingkan nama baik negeri. Apakah Pangeran akan memutuskan untuk pergi? Atau mementingkan ego demi nama baik negeri?




Fighters From The PresentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang