Suasana makan malam hari ini terasa hening. Hanya suara dentingan alat makan di atas meja itu. Tidak ada obrolan hangat yang di lakukan keluarga pada umumnya.Tenggara cuek saja karena pemuda itu sudah terbiasa dengan kesunyian ini. Sesuai perintah Arhan, tidak boleh ada pembicaraan sedikit pun di meja makan kecuali Arhan sendiri yang mengajak mereka bicara.
Seira mengambil tambahan nasi untuk Tenggara.
"Makan yang banyak ya!" ucap Seira tanpa suara. Tenggara mengangguk.
Seira tersenyum melihat Tenggara makan dengan lahap. Anak yang Seira kandung selama sembilan bulan seorang diri kini sudah menjadi remaja yang sangat tampan. Mirip sekali dengan Arhan, sampai-sampai setiap kali Seira melihat wajah Tenggara, ia teringat kekejaman yang di lakukan Arhan padanya.
Pernikahan yang Seira pikir di dasarkan dengan rasa saling cinta. Semua itu di hancurkan Arhan di malam pertama mereka. Arhan menyebutkan nama perempuan lain dan menyiksanya begitu kejam hingga Seira harus di larikan ke rumah sakit akibat mengalami pendarahan di kepalanya.
Hari pertama pernikahan yang seharusnya menjadi kebahagiaan tersendiri justru menjadi neraka bagi Seira. Kata-kata pedas yang Arhan katakan di hari itu menghancurkan ekspetasinya. Mental Seira semakin di hajar. Seira tidak kuat lagi dengan perlakuan Arhan dan berniat menggugat cerai, tapi fakta kehamilannya memaksa Seira mempertahankan pernikahan ini.
Seira tidak ingin Tenggara kehilangan sosok ayah. Seira juga tidak mau putranya di ejek karena tidak memiliki ayah. Seira mengesampingkan ego demi kebahagiaan Tenggara. Putranya tidak boleh jadi korban orang tuanya sendiri.
Selesai makan malam Seira langsung membereskan piring di bantu Tenggara. Mereka memiliki asisten rumah, tapi untuk keperluan Arhan dan Tenggara, Seira mengurusnya sendiri.
"Biar aku aja yang cuci, Bun," ujar Tenggara. Pemuda itu meletakkan piring kotor ke wastafel.
"Gapapa, Bunda bisa sendiri kok."
Meski Seira sudah mengatakan itu Tenggara tetap membantu Seira. Tenggara tidak ingin Seira kelelahan."Habis ini aku mau ke markas, boleh kan, Bun? "
Seira tersenyum menatap putranya. Tenggara selalu menanyakan pendapatnya setiap kali ingin melakukan sesuatu.
"Boleh, tapi jangan pulang terlalu malam ya!"
Tenggara mengangguk.
Jika Seira dan Tenggara memiliki kesibukan di dapur, sama halnya dengan Arhan yang sibuk melihat foto-foto Lania selama di Amerika yang di unggah di instagram. Lania begitu cantik, anggun, cerdas dan baik hati. Berbeda dengan Seira yang jauh dari kata sempurna. Seira hanyalah anak panti asuhan yang di pungut sebagai putri keluarga Pramudya.
-
Motor Tenggara melaju dengan kecepatan tinggi membelah jalanan ibu kota. Sepanjang perjalanan pikirannya di penuhi oleh perkataan menyakitkan Arhan saat Tenggara tidak sengaja mendengar percakapan orang tuanya.
"Tenggara anak kamu, Mas. Yang seharusnya kamu puji itu dia, bukan Langit!"
"Aku tidak pernah sedikit pun menganggap dia anakku. Anak itu lahir dari sebuah kesalahan, berbeda dengan Langit yang lahir atas dasar cinta."
"Jangan pernah lagi mengemis belas kasihku pada anakmu. Bahkan meski anak itu mati sekalipun aku tidak akan peduli!"
Tenggara menahan air matanya. Tenggara tahu Arhan membencinya, tapi Tenggara tidak pernah menyangka kalau ayahnya sebenci ini padanya. Tenggara tidak peduli Arhan kembali melayangkan kata-kata menyakitkan padanya, Tenggara hanya tidak tega melihat bundanya menangis.

KAMU SEDANG MEMBACA
TENGGARA
Teen FictionTenggara Bumi Semesta. Ketua Dangerouz yang terkenal dingin dan di takuti se-Cakrawala. Sejatinya, Tenggara adalah anak laki-laki yang memiliki banyak luka. Kelahirannya tidak diinginkan. Menjadi anak orang kaya dan tinggal di mansion mewah tidak me...