02 [final]

2.4K 252 28
                                        

"Ayah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ayah..."

Chenle memanggil sang ayah di tengah malam buta dengan suara parau. Entah jam berapa saat itu, tapi Chenle yang tidur di kamarnya sendiri merasa tubuhnya tidak nyaman. Ia demam dan berkeringat dingin. Tenggorokannya juga terasa kering dan sakit.

"Ayaaah.." Chenle mulai putus asa. Ia memaksakan diri untuk bangkit meski kepalanya juga terasa berat. Chenle berjalan keluar dari kamarnya menuju kamar Donghyuck di lantai bawah.

Chenle lantas mengetuk kamar Donghyuck dan mulai menangis.

Mendengar suara ketukan beberapa kali juga tangisan dari balik pintu, Donghyuck terbangun dari tidurnya. Kedua alisnya bertaut mencoba mengumpulkan kesadaran yang tiba-tiba kembali setelah ia terlelap begitu nyenyak.

Donghyuck lantas bangkit dan membukakan pintu.

"Lele?"

Sang anak duduk di depan pintu dengan wajah penuh air mata.

"Kenapa sayang?"

"Ayah..."

Chenle lantas mengangkat kedua tangannya agar Donghyuck menggendongnya segera.

"Kamu kenapa?"

Donghyuck merasakan suhu tubuh Chenle lebih panas dari suhu normal.

"Lele mau bobo sama ayah.."

Donghyuck menyadari kalau anaknya sakit. Ia berusaha tidak panik dan membawa Chenle ke kamarnya. Membaringkan sang anak di atas tempat tidurnya dan memastikan kembali kalau suhu tubuh Chenle memang terasa tidak normal.

"Kamu panas. Tenggorokannya sakit gak? Kepalanya pusing? Mual?"

Chenle mengangguk.

"Ayah.. Lele takut.."

"Gak apa-apa, kamu demam sedikit. Besok juga sembuh. Tapi kamu perlu minum obat dulu, ya. Biar demamnya turun. Lele bisa minum obat?"

Chenle sekali lagi mengangguk. Padahal ia paling benci minum obat.

"Sebentar Ayah ambil obat dulu, ya."

Jantung Donghyuck berdegup kencang saat mencari obat penurun panas, dalam tas P3K yang tergantung di dinding dapur. Chenle bukan anak yang mudah sakit dan kondisi saat ini membuat Donghyuck takut bukan main. Apalagi dirinya jauh dari orang tua.

"Mana sih."

Ia mengeluarkan seluruh isi tas, tapi rasa panik membuatnya kesulitan menemukan obat yang dicari. Sampai akhirnya ia sadar kalau obat yang dicari berbentuk sirup, bukan pil atau puyer.

Donghyuck mengecek tanggal kadaluarsa sebelum memberikan obat penurun panas kepada anaknya.

Setelah Chenle minum obat, Donghyuck lalu membuat kompresan untuk diletakkan pada kening Chenle. Sembari menaruh termometer pada ketiak anaknya. Agar ia tahu pasti berapa suhu tubuh anaknya saat itu.

Kangaroo LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang