chapter. iii

1.2K 182 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

. . . SETELAH beberapa hari berlatih menembak, akhirnya; mereka mendapatkan kesempatan untuk berlatih menembak dengan menggunakan peluru asli. Para murid kelas 12-2, serta bu Park yang merupakan wali kelas mereka, berbaris di depan gedung sekolah.

Y/n berbaris di sebelah Jang-Soo, barisan paling belakang. Mereka berdua tak mengatakan apapun selain mendengarkan yang lainnya mengoceh dan bicara pada satu sama lain.

"Kita sudah siap." Won-Bin berkata pada sang Letnan setelah memastikan bahwa semuanya berbaris di sana.

"Peleton dua, perhatian!" Kata Choon-ho, "Siap!" Mereka berkata serentak. "Ikuti agar kita tidak kehilangan siapapun dalam perjalanan." Letnan Lee menyampaikan, "Mengerti?"

"Mengerti, pak!"

"Peleton dua, Jalan."

Setelah menerima perintah dari sang letnan, mereka segera berjalan mengikutinya ke lapangan menembak yang akan menjadi tempat latihan selanjutnya.

Mereka berjalan diatas trotoar kota Seoul yang sepi karena penduduk yang mengungsi akan bola di langit. Melewati toko-toko yang kosong padahal ramai di tiap hari biasanya. Jalanan benar-benar sepi, tak terlihat seorang manusia pun yang muncul. Banyak toko yang tutup, tapi juga tidak sedikit toko yang hanya di tinggalkan begitu saja.

Y/n terlalu sibuk menganalisa toko-toko tersebut, hingga tak menyadari sebuah retakan di jalan. Sebelum dia terjatuh malu karena tersandung, Jang-Soo menarik lengannya dan menjaganya untuk tetap seimbang. "Terima kasih," gumamnya. Jang-Soo mengangguk, "Hati-hati." Ia membalas dengan sebuah senyum kecil.

"Apa kamu percaya jika tersandung di retakan berarti harimu akan dipenuhi dengan kesialan atau musibah?" Y/n bertanya di saat mereka kembali berjalan. "Nenekku selalu mengatakan mitos itu, dulu." Lanjutnya. "Hm.. jadi maksudmu seperti insting akan masa depan?" Jang-Soo bertanya dengan satu tangan di dagunya.

Y/n mengangkat bahunya.

"Tapi itu hanya mitos, 'kan? Orang-orang tua memang selalu begitu." Jang-Soo mendengus, "Katanya matamu akan lepas jika kamu tak menghabiskan nasimu." Lanjutnya.

Y/n terkekeh, "Mari berharap saja semuanya berjalan dengan baik."

"Peleton dua! Tetap diam saat kita menuju lapangan tembak." Kata Choon-ho tanpa menoleh. "Diam dan jangan bicara!" Instruktor Ja-Yoon memperjelas, membuat Joon-He mengejek dari belakangnya.

Setelah perjalanan panjang, mereka akhirnya sampai di lapangan tembak. Murid-murid 12-2 menyaksikan peleton lain yang datang mendahului mereka. "Kelas 12-2. Berbaris di depan letnan sersan kalian!" Kata Instruktor Ja-Yoon.

Tak disangka. Saat mereka berbaris, suara tembakan yang tiba-tiba muncul membuat mereka takut. Suara tersebut bersumber dari dalam lapangan yang diisi oleh siswa-siswi kelas lain. Yang lainnya menundukkan kepala mereka, mencoba untuk tiarap dan menutup telinga mereka karena takut tertembak.

𝐌𝐀𝐋𝐄𝐅𝐈𝐂! duty after school x reader Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang