"Home is wherever I'm with you"
––––––––
"Kamu adalah omega," suara itu terlantun dari seorang dokter yang duduk di seberang Renjun. Sorot mata itu nampak serius sambil menunjukkan hasil tes lab milik si pasien.
Kedua mata Renjun menatap tajam kertas itu. Tidak kaget, namun perasaan aneh tersemat di hatinya. Entah ia harus senang atau sedih dengan kenyataan itu, ia tak tau.
--------
Lima tahun berlalu dengan cepat, kini Renjun telah menginjak umur 18 tahun. Kini bocah dengan rambut hitam itu sedang menyendok nasi dengan lauk ayamnya. Meja makan terasa sepi, hanya ada dentingan sendok pada piring.
"Ayah tidak yakin kalau kamu itu omega, mungkin dokter itu salah," ujar ayahnya memecah keheningan. Renjun seketika menghentikan kunyahannya.
Percakapan ini lagi? Batinnya.
Sedikit informasi, saat ini Renjun memiliki kondisi yang tidak normal sebagai omega, dimana sampai saat ini ia belum mendapatkan heat pertamanya. Feromonnya pun hampir tak pernah tercium oleh siapapun selain dirinya. Setelah diperiksa oleh dokter, itu terjadi hanya karena metabolisme tubuh Renjun yang lambat, sehingga terjadi penundaan heat pertama dan feromon yang lemah. Dokter menyarankan untuk Renjun melakukan kontrol berkala untuk mengawasi tubuh Renjun. Renjun tak pernah benar-benar melakukan kontrol tersebut karena sang ayah beranggapan bahwa ada kesalahan saat tes sub-gender Renjun pertama kali. Ayahnya mengira bahwa Renjun sebenarnya bukan omega.
"Ayah benar-benar ingin membahas ini sekarang? Ayah, aku sudah melakukan tes 3 kali lebih, dan hasilnya tidak berubah sedikitpun, aku adalah omega," ucapnya sembari melanjutkan kunyahannya, berusaha tidak terganggu dengan percakapan.
"Ya, dan kau tes di dokter yang sama selama itu. Bisa jadi dokternya yang salah? Selama ini kau tak juga kunjung mendapatkan heat pertamamu. Nak, ayah itu khawatir sama kamu. Jangan-jangan kau ternyata seorang alpha?!" oceh sang ayah melupakan piring yang ada dibawahnya.
Renjun disana hanya bisa menatap lamat-lamat wajah sang ayah. Ia salah fokus dengan kulit ayahnya yang tak lagi semulus dulu, pangkal rambutnya yang tak lagi hitam pekat, serta sorot matanya yang terlihat rapuh. Renjun tak berani memotong sepatah kata dari sang ayah. sehingga ia hanya diam dan mengangguk pelan pada setiap ocehan yang diutarakan sang ayah.
"Ayah, anak semata wayang ayah ini baik-baik saja. Renjun pasti akan mendapatkan heat pertama Renjun. Mungkin tidak sekarang, tapi suatu saat pasti," ucap Renjun saat ayahnya berhenti mengoceh. Renjun paham dengan kekhawatiran sang ayah, namun ia yakin bahwa ia baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Our Eyes Met | Dongren/Hyuckren
Fanfiction"Hari itu, disaat itu, mata kita bertemu ditengah ricuh manusia gila dan hancurnya dunia."