"Cause friends don't do the things we do. Everybody knows you love me too."
--------
Bel pulang pun akhirnya berbunyi. Selesai sudah penderitaan para murid setelah dihantam pusing, bosan, dan omelan guru. Para murid bersorak-sorai memanggil sekawannya masing-masing, ada yang berlari-lari ke koridor untuk segera pulang, ada juga yang akhirnya bisa bermanja-manja dengan kekasihnya di sepanjang jalan pulang.
Renjun menunggu Donghyuck selesai merapihkan barang-barangnya. Donghyuck lelet sekali! Batinnya. Ia ingin segera pulang, namun teringat Donghyuck masih ada kegiatan rapat selama 2 jam ke depan sehingga ia harus menunggu.
"Ren, kamu nunggu dimana?" Tanya Donghyuck pada Renjun selagi keduanya sambil berjalan menuju ruang OSIS.
"Aku tunggu di depan ruang tata usaha aja, di sana lebih sepi. Kabarin kalau udah selesai lho ya!" ucap Renjun.
"Iya iya jelek," balasnya dengan senyum. Bagi Donghyuck, Renjun itu seperti anak kucing yang suka marah-marah kalau sedang lapar atau mengantuk.
"Itu mah kamu! Monyet!" ejek Renjun membalas Donghyuck.
"Ya udah, aku monyet kamu orang utan gimana? Cocok kamu jadi orang utan. Orang utan beranak 5 sih, galaknya minta ampun," pancing Donghyuck. Lantas ia pun menjadi korban cubitan Renjun. Wajah Renjun merah padam setelah dikatai orang utan, matanya melotot seakan siap menghabisi Donghyuck saat itu juga.
Langkah demi langkah mereka lalui dengan bincang dan ejekan, tak terasa kaki yang mereka bawa sudah menapak tepat di depan ruang OSIS. Renjun dapat melihat rekan OSIS Donghyuck yang berisik entah membicarakan apa di dalam sana, yang jelas semuanya tampak sibuk.
Donghyuck kemudian masuk kedalam ruang OSIS untuk mengikuti kegiatan rapat, sedangkan Renjun turun ke lantai satu untuk duduk di depan ruang tata usaha sekolahnya.
30 menit berlalu, waktu berjalan lama bagi Renjun, ia tak tau harus apa selain menunggu Donghyuck. Ia melihat-lihat sekitar. Langit yang berwarna pink keunguan dengan sekilat cahaya oranye terlihat seperti lukisan di mata Renjun. Suasana yang tadinya ramai mulai menyepi. Murid-murid mengobrol dengan sekumpulan nya masing-masing sembari menunggu dijemput, ada yang tertawa, ada yang bersedih, ada yang bermanja-manja. Suasana terasa menyedihkan seketika, entah mengapa Renjun tidak mau suatu saat kehilangan pandangannya yang begitu hidup saat ini. Ia bahagia dengan apa yang ia punya saat ini.
"Renjun! Hai! Sendirian aja?" Sapa seorang alpha dominan sembari menghampiri Renjun untuk duduk disampingnya. Feromon cedarwood itu menguar di lorong TU, Renjun seakan terhipnotis saat itu juga. Itu Lee Jeno, siapa yang tidak mengenal dia? Dia adalah duta sekolah nomor satu di angkatan mereka yang dihormati guru-guru karena keramahan nya, terlebih ia adalah alpha dominan yang atletis dan sangat pintar. Semua orang mengagumi sosok sempurna Lee Jeno itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Our Eyes Met | Dongren/Hyuckren
Фанфик"Hari itu, disaat itu, mata kita bertemu ditengah ricuh manusia gila dan hancurnya dunia."