↷✦; w e l c o m e ❞Suara rintikan air terdengar. Membuat seluruh jalanan, bangunan, maupun tumbuhan menjadi basah sedikit demi sedikit karena terkena nya air hujan. Kemudian di lanjut dengan suara rintikan air yang semakin lama semakin turun dengan derasnya membuat pemuda berambut coklat dengan sehelai rambut berwarna putih bergumam-gumam tidak jelas atau sedang mengumpat.
Beberapa jam lalu, ia baru saja di pecat oleh boss nya. Karena apa? Ya, karena ia buat ulah lagi. Padahal cuman ia hanya membentak pelanggan karena anak dari pelanggan tersebut tidak sengaja menumpahkan jus semangka ke bajunya.
Cuman itu. Tapi yang membuatnya kesal adalah si anak tersebut malah menyalahkannya, dia yang nabrak, dia yang sewot.
Gajelas, bocah ter-freak yang pernah gua temuin. Batin Taufan, nama pemuda tersebut.
"Sialan. Di pecat lagi, di pecat lagi. Dia yang salah gua yang di salahin." umpat Taufan akibat kejadian tadi, bahkan kini ia hujan-hujanan karena tidak sempat membawa payung dari apartemennya. Atau, sengaja?
Saat sedang pusing-pusing nya memikirkan bagaimana ia mencari pekerjaan lagi, suara tangisan tiba-tiba saja masuk ke indra pendengaran nya membuat bulu kuduknya merinding dalam sekejap.
Tangisan tersebut terdengar samar-samar, bahkan hampir tidak terdengar. Jika saja Taufan tidak mempunyai kuping yang tajam, gak bakal tangisannya terdengar di telinganya.
".. Suara dari mana coba." pekik Taufan seraya celingak-celinguk melihat sekitarnya, Mana sekarang mau jam enam lagi. Jangan-jangan hantu?!
Ya.. tinggal takutin balik, tapi kan, muka Taufan enggak ada serem-serem nya. Kaya gimana mau takutin, coba? Palingan seremnya pas lagi kesurupan aja.
Tak berselang lama tangisan tersebut menghilang selama beberapa detik sehingga detik berikutnya kembali terdengar, oh ayolah! Ia belum sempat menghela nafas lega!
"A-ayah.."
"Ayah?" ulang Taufan menyerngit.
"Yakali hantu masih kenal sama bapaknya, ngadi-ngadi." cicit nya pelan dan mulai melangkahkan kakinya menuju halte bus, sehingga detik berikutnya ia melanjutkan. "Tapi, kalau di fikir-fikir lebih bego'an hantu yang kagak kenal bapaknya sih. Durhaka bener."
Semakin Taufan mendekat, suara tersebut semakin terdengar. Tetapi bedanya suara tersebut sekarang mengecil di bandingkan sebelumnya.
Sampai saat dirinya sudah dekat, ia dapat melihat sekarang siapa yang menangis sedari tadi.
"A-ayah.."
Taufan membulatkan kedua bola matanya saat melihat anak berumur sekitar enam tahun dengan baju yang sudah basah kuyup. Dia sedang duduk sendiri di bangku halte bus, apa anak ini di tinggalkan? Atau di buang?
Tapi kata Taufan sih mustahil banget dengan rupa yang sangat sempurna ini di buang. Bahkan, Taufan saja sempat terpana ketika melihat ke tampanan nya.
"Boy.. lu baik-baik saja?" tanya Taufan dengan lembut sambil mendudukkan dirinya di samping sang anak.
Sedangkan anak itu hanya bisa menunduk dengan air mata yang kembali mengalir dengan deras. Ah.. Taufan kalau begini jadi gak kuat melihat nya.
![](https://img.wattpad.com/cover/353741066-288-k866632.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Makannya Jangan Menduda! - [Halitau] Revisi
Romance[μ] - Halilintar x Taufan Taufan, yang selalu boros atau bisa di bilang menghamburkan uangnya. Sehingga uangnya kini bisa dibilang tidak cukup untuk kehidupan kesehariannya membuatnya bingung harus melakukan apa. Jika ia bekerja di tempat itu terus...