BAB XXV

7 0 0
                                    

Dan akhirnya Bagus terjatuh, sedang Jamal menjerit dengan keras memanggil nama temannya, ia jatuh sedang nafas begitu sempit, lalu masuk ke dalam lautan, disana tak bisa mendapat banyak udara, mulutnya yang terbuka lebar membiarkan masuk air, sehingga tak bisa apa apa lagi, semakin lemah dan tak sadarkan diri dalam lautan dengan senyuman.

Cepat Jamal melompat untuk menyelamatkan Bagus, ia butuh waktu lama untuk mencari sahabatnya, karena terjatuh terlalu dalam di kegelapan lautan. Hingga tak terlalu jelas, yang lain pun ikut mencari sedang dua orang menunggu di kapal untuk mengangkat Bagus.
Butuh waktu yang lumayan lama menemukannya hingga beberapa jam kemudian salah satu dari mereka menemukan dan mengajak teman teman mengangkat.

°°°°°

Pernikahan diselenggarakan, kedua mempelai berdiri dengan gembira, karena banyaknya hadirin dan berfoto bersama, tersenyum menikmati kegembiraan, dibalik banyaknya manusia. Jamal melihat Bagus berdiri dari kejauhan memandang keduanya bersanding, Jamal al jamil dan Indah al Jamilah, ia tersenyum dengan baju basah, begitupun dengan rambutnya.

Jamal terheran kenapa ia bisa ada disini, bagaimana caranya dengan cepat ia mendekat, Indah al Jamilah langsung membuntuti, kaget bukan kepalang dengan kehadiran Bagus. Tapi air mata menghiasi dirinya dan kesenangan selelu berada di wajahnya, mata berbinar menatap keduanya dengan rasa gembira, mata terasa berat untuk terbuka lebar.

Wajah lesu tapi tersenyum tak bisa tergambarkan karena apa yang ia lihat sangatlah menyedihkan. Tapi disisi lain gembira karena melihat temannya. Ketiganya berhadapan, kedua teman itu berjabatan, lalu Bagus mengucapkan selamat sambil melirik kedua mempelai.

"Tolong bantu aku tanyakan pada ayah, aku sudah mendapat tiga matahari tapi apakah sudah sempurna?"

Tak lama ia pun menghilang tiba tiba. Jamal terbangun dari tidurnya dan mengingat pesan dari sahabat, siangnya langsung ia berbicara pada syeikh Hasan juga diiringi oleh bunda jelita.

"Maaf sebelum itu syeikh, aku diberi amanat oleh Bagus tadi malam, bertanya apakah tiga matahari yang sudah ia dapat sudah sempurna"

Tapi sebelum menjawab Bunda Jelita bertanya

"Tapi kenapa Bagus tiba tiba sesak nafas ketika dikapal, dia anak kuat tak mungkin seperti itu"

Tak ada yang tau semuanya, seketika keadaan menjadi hening sampai salah satu dari mereka memberanikan diri untuk memecah keheningan.

"Sebelumnya maaf" Indah al Jamilah memulai

"Ketika kecelakaan malam itu di Italia, pada saat di rumah sakit dokter memberi tahu bahwa bunda Jelita mengalami penyakit Idiopathic Pulmonary Fibrugis penyakit yang membuat paru paru jika semakin lama semakin memburuk, dan itu dikarenakan polusi yang dihirup bunda. Tak ada solusi lain kecuali pendonoran paru paru, dan yang harus di donorkan bukan sebagian kecil tapi sebagian besar, karena parahnya penyakit"

"Mulai saat itu Bagus bangun dan ia mendengar semuanya, dengan cepat ia berbicara bahwa mampu memberikan sebagian besar paru paru itu pada bunda juga siap menerima akibatnya yang akan melemahkan tubuh, mudah Lelah, sesak nafas, penurunan berat badan, tidak nyaman dada dan lain lain"

"Aku sebenarnya tak tega melihatnya harus rela berkorban seperti ini, aku pun siap, dari pada harus Bagus, tapi aku dilarang keras dan operasi dijalankan"

Mendengar itu bunda langsung memegang erat paru parunya, menangis dan tak tahu harus apa yang dilakukan. Sedang ayah begitu, Jamal tak seperti biasanya tak tau apa apa tentang Bagus, kaget dan tak tega.

"Maaf biar ku beritahu sekarang, karena Bagus bilang tunggu waktu yang tepat"

Seketika suasana menjadi hening dan suara tangisan memukul keheningan sehingga rumah itu kini seperti rumah musik yang diisi dengan memori lagu kesedihan dan tangisan langsung dimainkan.

NEGRI 3 MATAHARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang