Ini hanya tentang seutas benang merah yang terlampau kusut. Semakin diurai, benang itu semakin sulit menemukan wujud aslinya. Sifat lurusnya telah hilang, jauh sebelum ambisi itu menyerang.
Tatkala ia menyadari bahwa dirinya sudah kusut, barulah ia melihat bahwa sebenarnya ini bukanlah sekedar seutas benang. Benang ini memiliki jejak panjang, sangat teramat panjang. Dengan skema yang hancur dan bertabrakan. Bukannya menjadi syal musim dingin yang indah, benang ini malah menjadi seonggok gumpalan kusut yang masih bersinar dengan merah anggunnya.
Ia menyadari, namun tak mengasihi.
Ia menyendiri, namun tak menyesali.
Harapannya musnah dihadapkan dengan sebuah pintu kecil bertuliskan MIMPI.
Karena tidak ada kata "mimpi" dalam hidupnya. Semua yang ia jalani merupakan realita yang selama ini ia yakini. Namun sayang, mau tidak mau ia harus keluar dari zona ini.
Maka dibukanya lah pintu itu..
Seseorang sedang menunggu di seberang sana. Menunggu siapa? tidak ada yang tahu. Yang jelas, saat ini benang merah itu mulai menemukan tuannya.
....
KAMU SEDANG MEMBACA
DARI : KEI
General Fiction"Kepada elang yang singgah bertahta widuri, izinkan aku tuk mengatakan bahwa cintaku berupa niskala yang abadi. Walau begitu cintaku bukanlah fatamorgana dalam asmaraloka, melainkan bagai renjana di langit fajar. " Aku, mencintainya dalam abadi. -Ke...