1

6 1 0
                                    

Senin yang cerah di ikuti upacara yang hikmad. Zameelah Mocha Riana atau kita panggil saja Mocha. Perempuan itu terlihat sangat pucat, masih mendengarkan guru yang menyampaikan amanat tiba-tiba saja pandangannya menggelap.

Pingsan! itulah yang terjadi pada Mocha. PMR dengan sigap menggotong tubuh Mocha memakai tandu berwarna oren.

Sudah ke tiga kalinya Mocha pingsan dalam minggu ini, kesehatannya terus memburuk. Entah apa yang di alami Mocha, tidak ada yang tau itu.Di uks, Mocha di sadarkan terlebih dahulu lalu dirinya di arahkan untuk berbaring, istirahat.

"Sudah mendingan?" tanya salah satu anggota PMR yang menjaga saat Mocha baru saja bangun dari tidurnya.

Tanpa suara Mocha hanya mengangguk. Dengan badan yang masih lemas, Mocha mencoba turun dari kasur UKS dan akan kembali ke kelas.

"Mau ke kelas?" lagi dan lagi Mocha hanya menganggguk, karena moodnya hari ini tidak ingin berbicara.

Sesampainya di kelas ia melihat kelas sangat ramai karena tidak ada guru. Mocha pun berjalan ke arah kursinya yang berada dekat jendela, yang di sampingnya terdapat Tiara yang sedang fokus bermain hp.

Saat Mocha duduk, Tiara langsung menyimpan hp nya dan beralih memfokuskan dirinya pada Mocha.

"Mocha, kamu kenapa sih sebenernya?" tanya Tiara dengan raut wajah cemas. Bagaimana tidak cemas?, Mocha yang jarang sekali sakit jadi sering sakit. Sudah tiga kali pingsan dan beberapa kali Tiara memergoki Mocha mimisan dalam satu minggu ini.

"Aku cuma kecapean" ujar Mocha yang tidak langsung di percayai Tiara. "Bohong. Jawab jujur Mocha!"

Wajah Mocha yang semulanya putih pucat berubah sedikit merah. "Aku gapapa Tiara!" serunya kesal. Tolong siapa pun jauhkan Mocha dari pertanyaan yang membuatnya tertekan.

"Ko marah?aku kan nanya karena khawatir!" Tiara kesal, namun mencoba biasa karena ia berfikir pasti ada sesuatu yang terjadi pada Mocha.

"Udahlah, aku ga mau debat. Bangunin kalo ada guru, aku mau tidur sebentar" Pungkas Mocha lalu meletakan kepalanya di meja dengan beralaskan tangannya yang di lipat.

Tak butuh waktu lama Mocha pun tertidur. Bukan hal aneh jika gadis cantik itu tidur, karena menjadi kebiasaannya tidur di kelas bahkan saat ada guru.

Semua orang melihat Mocha sebagai gadis yang ceria, jika tidak tidur gadis itu akan berulah dengan berteriak, menyanyi dan berlari larian seperti tidak ada beban dalam hidupnya.

Bel istirahat berbunyi, Mocha terbangun karena suara bising itu. Mocha menggosok matanya pelan, mood nya kali ini lebih baik. Di lihatnya ke samping ternyata sudah Tidak ada Tiara, ke kantin pikirnya.

Mocha memperhatikan kelasnya yang lumayan sepi karena di jam istirahat seperti ini biasanya mereka pergi ke kantin. Sama halnya dengan Mocha namun untuk kali ini dia malas sekali ke kantin.

Mengingat dirinya membawa coklat dari rumah, Mocha pun langsung mengambilnya dari tas. 5 coklat putih ia keluarkan dari tas. Mocha sangat menyukai coklat putih, dan jangan heran jika dia suka membawa banyak coklat, Mocha ini anak nya suka berbagi.

Saat melihat Vian yang baru saja duduk di kursinya bersama orang yang tidak Mocha kenal, Mocha langsung menghampiri Vian yang duduknya tidak jauh dari tempat duduknya.

"Ian ini aku coklat untuk kamu, eum... satu juga untuk kamu" Kata Mocha sambil menaruh coklat itu di meja.

"Makasi Cha" hanya itu respon Vian, dan temannya Vian juga mengucap hal yang sama.

Jika saja Mocha tidak sedang sakit, di pastikan Mocha sudah mengomel. "Huh nyebelin Vian!" Mocha pun langsung kembali ke tempat duduknya.

Oh iya kenalin Vian, dia ini lucu banget. Cewe-cewe di kelas suka bilang kalo Vian ini pacar bersama.

Dari tempat duduknya Mocha memperhatikan teman Vian sambil memakan coklatnya. "Ko cakep ya?" gumamnya sambil terus memperhatikan.

Saat teman vian memakan coklat pemberiannya, entah mengapa ia sangat senang, jantungnya berdebar karena saking senangnya.

"Heh. Liatin apa kamu?" Mocha reflek berteriak sambil memegang dadanya. "Ihh Tiara, Kaget tauuu"

Tiara terkekeh pelan, senang sekali ia mengganggu Mocha, karena muka Mocha akan memerah ketika kesal atau malu. "Lagian fokus amat, sampe aku dateng aja ga sadar"

"Hehehe, itu tuh lagi liatin Vian" Ucapnya sambil menunjuk ke arah Vian yang sedang bermain game.

Tiara mencibir "Vian apa temennya?". Mocha langsung memberi tatapan sinis "Vian lah!" ketusnya.

•To be continue•

MochaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang