Terkadang aku jadi berpikir, apakah ada cerita di balik rumah, oh iya bukan lagi, kastil maksudku.
Dia seperti ingin menunjukkan sesuatu padaku lewat kastil itu. Mungkin aku bisa mendapatkan petunjuknya jika pergi kesana, bahkan aku sudah mendapatkan petunjuk pertama darinya langsung.
Besok sore aku bertekad untuk kembali berkunjung kesana, setelah sekian lamanya aku berpura-pura seperti tidak peduli. Hari ini aku meminta izin pada mama untuk pergi ke kastil, jadi sepulang sekolah aku bisa langsung kesana tanpa harus pamit lagi. Sampai disana, aku menetap sebentar di halamannya yang tampak luas menelusuri berbagai kemungkinan penunjuk.
Setelah berputar-putar sebentar mengelilingi halamannya, aku menemukan sebuah taman bunga yang sedang mekar dengan cantik, aku tertarik─menarik diri pergi kesana.
Ada pancaran cahaya berasal dari ujung dekat sarang burung yang sedang berkicau menyapa.
"Indah," gumamku
"Kenapa ada cahaya dari sana?" Segera aku mendekatkan diri pada cahaya itu, semakin dekat diriku dengan cahayanya terlihat semakin besar. Mataku yang tadinya tampak polos membuat bola mataku membulat─kaget, seketika cahaya yang berada persis di hadapanku itu lenyap begitu saja, reflek kakiku bergerak mundur lanjut keluar dari taman menuju pintu utama kastil.
Pintu utamanya lumayan besar, mungkin sekitar tinggi empat-lima orang dewasa. Aku mendorong pintu perlahan menghasilkan suara dengungan yang cukup keras.
Aku berada tepat di balik pintu. "Halo? Apakah ada orang?" Kastil dengan lantai pualam serta kekosongan membuat suaraku bergema membaur ke seluruh ruangan.
"Sayang sekali kastil sebesar ini tapi tidak ada yang meninggalinya."
Kastil ini kosong, hampa. Tidak ada tanda-tanda kehidupan.
Aku berjalan meniti setiap ruangan, kebanyakan hanya ada sebuah lukisan-lukisan, patung-patung, dan air mancur yang sudah kering.
Beberapa kali aku memperhatikan setiap lukisan yang ada, beberapa kali juga aku merinding setiap melihatnya. Lukisan ini mayoritasnya menampilkan sebuah manusia ataupun pemandangan alam. Melihat gaya lukisannya seperti gaya seniman-seniman lama pada tahun 1800-an.
Pada kejadian ini, aku jadi teringat kembali dengan kisah Vincent Van Gogh, dia memiliki kisah sedih dalam hidupnya, bahkan aliran lukisannya kebanyakan adalah pasca-impressionisme. Dia menyalurkan kesedihannya lewat karya-karya yang dibuatnya.
Aku hidup pada zaman tahun 2000-an, bagaimana bisa masih ada sebuah kastil kuno yang tetap berdiri kokoh disini? Bahkan masih layak untuk dihuni.
Kastil ini memiliki beberapa lantai, aku sudah menelaah setiap ruangan di lantai dasar lalu kembali ke hadapan pintu utama. Aku melihat ada sebuah tangga yang melengkung ke samping disertai sambutan bingkai foto berukuran besar dan juga menjulang tinggi menyiratkan tiga orang yang sedang duduk tersenyum manis dan bahagia. Satu wanita dan dua lelaki, salah satu lelaki yang tampak sudah tua memakai mahkota emas di atas kepalanya.
Apakah dia raja? Pikirku.
Mereka terlihat bahagia sekali, tapi dimana mereka sekarang?
Tidak mungkin kalau mereka masih hidup, kan? Peradaban semakin maju, maka semakin bertambah juga tahun, mustahil sekali manusia bisa hidup sampai beratus-ratusan tahun lamanya.
Aku menggenggam erat menyatukan kedua tanganku mendoakan mereka. Berdoa semoga mereka bisa tenang disana, tidak perlu memikirkan segala masalah baru di bumi ini. Bahkan aku yang hanya anak kecil biasa sudah pusing melihat para orang dewasa ribut.
Setelah itu, aku menatap lagi sebentar, kemudian menaikkan kakiku melewati tangga. Aku sudah berada di lantai 2, kali ini interior-interior sudah lebih terlihat, tapi semuanya gersang, kotor telah diselimuti oleh debu.
***
Sepertinya ruangan ini dipakai untuk keperluan politik. Sama halnya dengan perjamuan teh yang biasa suka dibuat oleh para lady-lady bangsawan dengan guna memperluas koneksinya karena banyak meja memanjang diselingi berlimpahan piring, sendok-garpu di kanan-kirinya menemani, dan juga cangkir serta teko untuk menuangkan teh.
Atau bisa juga tempat ini untuk para dewan-dewan penting menghadiri rapat membahas kepentingan negaranya.
Aku mengetahui semua ini dari komik kerajaan yang sudah sering kubaca, setiap kali membaca pasti ada adegan dimana para bangsawan lebih menekuni di bidang politik atau perdagangan daripada yang lainnya.
Karena menurut mereka menarik perhatian bangsawan besar adalah kemenangan terbesar bagi hidup mereka. Mereka jadi bisa hidup tenang, berfoya-foya, dan hidup nyaman dengan bergantung pada nama pasangannya yang memiliki status tinggi.
Ini konyol, tapi nyata. Dan memang pernah terjadi. Anak gadis yang sudah boleh menikah langsung dijodohkan dengan pangeran dari kerajaan lain, ataupun orang yang berpengaruh di dalam kerajaan tanpa memusingkan pendapatnya terlebih dahulu. Walaupun tidak mau dan tidak cinta, namun tidak bisa menolak, perintah sudah mutlak.
Aku menghampiri mejanya, menyentuh─menggesek pelan menggunakan jari telunjukku lalu melihatnya, sangat berdebu.
Melihat jendela dengan korden yang sudah sobek-sobek membuatku sedikit takut, seolah-olah pernah terjadi peperangan mengerikan disini. Meja juga tidak sepenuhnya utuh, di ujung sana kaki-kaki meja sudah roboh.
Di lantai ini terdapat lebih banyak ruangan dibandingkan lantai sebelumnya, aku memeriksa satu-persatu. Ruang pertama yang paling dekat dengan posisiku, ternyata itu adalah toilet. Mungkin diletakkan dekat tangga agar pengunjung tidak kesusahan mencarinya. Lalu yang kedua adalah kamar, hanya ada kasur, lemari, dan meja hias disitu. Aku mengecek isi lemari namun tidak ada apa-apa, kosong melompong. Selanjutnya ruang ketiga, sama seperti sebelumnya hanya kamar biasa untuk ditinggali. Keempat, ruangan di hadapanku ini kelihatannya lebih besar. Aku masuk ke dalamnya, disini ada banyak lemari disertai buku-buku yang sangat banyak sama halnya dengan perpustakaan. Aku mengelilingi sebentar, membaca sekilas buku yang kulewati.
Huruf-hurufnya terlihat berbeda, tapi kenapa aku bisa mengerti?
Aku mengambil beberapa buku lagi, memastikan ulang. Ternyata aku benar-benar bisa mengerti maksudnya, kemana arah percakapannya walaupun huruf-huruf di buku ini berbeda dengan duniaku.
Darimana huruf ini berasal? Dilihat dari bangunan ini memang sudah tampak jelas bahwa kastil ini sangat misterius dan tidak jelas asalnya.
Aku menyelidiki sekali lagi, masuk ke ruangan ke lima, kelihatannya seperti tempat orang kantoran. Banyak dokumen-dokumen di atas meja juga berserakan di lantai, lalu ada kursi kulit yang sepertinya berasal dari harimau karena memiliki motif coreng-coreng. Seram sekali kalau benaran harimau, bagaimana mereka bisa membunuhnya? Aku sekali lagi takut dan merinding, bulu kudukku semuanya berdiri, tapi itu tidak menjadi alasan untuk aku pergi dari sini. Masih banyak pertanyaan dalam benakku, aku tidak bisa meninggalkannya.
Aku mengecek sekelumit dokumen yang terjatuh di lantai, isinya timbul seperti laporan keuangan menggunakan grafik. Bahasanya aneh, tapi aku bisa mengerti isiannya.
Ruangan terakhir, berada paling ujung dan yang paling luas, terletak pada sisi ujung ruangan ke ruangan ujung. Dalamnya sama seperti yang kupikirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, bunga!
RomancePerjalanan seorang anak kecil yang tak disangka-sangka. Dengan penuh kemisteriusan, ia menempuh alur dan berusaha menemukan jawaban yang belum terungkap. "Siapakah gadis gubuk itu?" ──