05. Berita

98 72 4
                                    

REMINDER ─ Untuk setiap adegan cerita ini hanyalah fiksi, bukan merupakan sindiran ataupun pencemaran.


Hari ini adalah hari Senin. Hari yang paling biasa di sekolah dan masih sama saja, tidak ada yang istimewanya. Teman-temanku juga bersikap seperti biasa─walau agak sedikit menyebalkan kalau sudah mengeluarkan cemoohan, kami akan mengobrol ketika makan bersama di kantin atau ada kerja kelompok saja. Hal terpenting punya teman yang bisa saling mendukung dibandingkan banyak teman tapi munafik. Di depan baik, di belakang dibicarakan yang tidak-tidak.

Jam menunjukkan pukul 4 sore, bel pulang sekolah berbunyi kencang di setiap kelas. Ku mulai berjalan keluar kelas sembari menggendong tasku yang berat.

Seseorang berlari cepat dari kelas 'tuk mengejar ku yang belum jauh. "Sastra! Pulang bareng yuk!" ajak teman sebangkuku yang napasnya terengah-engah, Aran. Dia teman satu-satunya yang mau mendekati diriku tanpa sungkan. Biasanya orang-orang tidak mau menyapa, apalagi berteman.

Dalam perjalanan kami sembari mengobrol diselingi canda tawa.

"Ya," jawabku tak semangat

"Ada apa? Tidak semangat begitu."

"Bukannya memang aku setiap hari begini?"

"Hmm, iya sih. Cuman yang hari ini terlihat tidak ada semangat sama sekali, padahal kemarin tiba-tiba kamu tersenyum sepanjang hari sampai kukira kamu orang aneh."

"A-apa, sih?" Rona merah mulai datang di pipiku.

"Beneran? Bukan karena seorang perempuan?" Aran menjahili, mukaku perlahan semakin memerah seperti tomat─memegang tengkuk leher, menyembunyikan rasa malu itu.

"Bisa diam tidak?"

Aran tertawa, dirinya tak bisa menahan tawa dengan Sastra yang tersipu malu karena ledek nya, "lagipula aku juga pernah. Dengan seorang perempuan aku tak bisa menahan ekspresi bahagia di wajahku. Rasanya ingin terus tersenyum. Aku menyukainya, tapi sepertinya hanya cinta tak terbalaskan." Tiba-tiba lagaknya menjadi kalem dan tenang, ia tersenyum tipis tapi rasa sesak di dada aku bisa meresapinya.

"Sudah lama tidak bertemu dengannya."

"Rindu?"

"Tentu saja."

"Kamu sendiri bagaimana? Beneran tidak ada yang mau diceritakan?"

"Ada."

"Apa? Apa?" tanya Aran penasaran.

"Sebenarnya beberapa minggu lalu aku bertemu dengan gadis di rumah gubuk."

"Lalu?"

"Dia menghilang begitu saja, hanya menampakkan diri sekali. Menurut mu kenapa? Apakah ada yang membuat dirinya tidak nyaman dengan kehadiran ku?"

"Tidak, betulnya aku nyaman di dekatmu. Mari berpikir positif bahwa ia sedang sibuk."

"Setiap hari aku sudah mencoba berpola pikir seperti itu."

"Apakah dia tampak senang saat bersamamu?"

"Sepertinya begitu, melihat senyumannya yang indah begitu juga dengan tatapannya yang berbinar indah. Suaranya lembut, berparas cantik dan wangi serta rambutnya yang indah panjang."

"Segitunya terpukau sampai mendeskripsikan dirinya sedetil itu?"

"Sepertinya kamu sudah bukan mengaguminya lagi, tapi menyukainya."

Hai, bunga!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang