C H A P T E R 7 : Hanya Untuknya

1K 135 29
                                    

Penasaran deh, kalian lebih suka cerita yang panjang dengan chapter yang banyak atau chapter yang sedikit tapi kompleks?🤔

Btw, happy reading y'all ♥️

•|•|•


Berapa banyak kata yang Carmia butuhkan untuk mendeskripsikan kamar ini? Entahlah, yang jelas ia terperangah dengan mata penuh binar saat Maja menuntunnya ke salah satu kamar tamu di istana Pansy. Dengan salah satu tangan yang menggenggam tangan Bryan yang mungil, Carmia berjalan pelan memasuki kamar itu.

"Kau bisa beristirahat di sini untuk malam ini. Pintu berwarna krim di ujung sana terhubung dengan kolam pemandian air hangat yang bisa kau gunakan untuk membersihkan diri." Maja berucap dengan menunjuk salah satu pintu yang terhubung dengan kamar mandi pribadi.

"Lalu lemari ini sudah ada beberapa gaun yang mungkin bisa kau gunakan." Maja membuka lemari dua pintu itu lalu menunjukkan isinya pada Carmia. Gadis itu menatap banyaknya gaun yang terlihat terbuat dari kain berkualitas tinggi. Carmia bahkan sedikit takut untuk menyentuhnya.

"Makan malam akan pelayan antarkan saat waktunya tiba. Kalau kau membutuhkan sesuatu, bunyikan saja bel ini." ucap Maja seraya memberikan sebuah bel pada Carmia yang langsung diterima gadis itu.

"Malam ini kau adalah tamu Yang Mulia, jangan sungkan untuk mengatakan apapun yang kau butuhkan di sini, Carmia."

"Baik, terimakasih banyak, Nyonya Maja."

"Nyonya?" Maja terkekeh pelan, "tidak, jangan memanggilku seperti itu. Kau adalah tamu Yang Mulia. Panggil saja aku Bibi."

"Baiklah kalau begitu, Bibi." Carmia tersenyum lebar hingga membuat kedua matanya menyipit membentuk seperti bulan sabit. Maja menepuk pelan bahu Carmia sebelum meninggalkan gadis itu bersama Bryan yang sejak tadi terus mengekori Carmia.

"Carmia, apa kau menyukai kamarnya?" Bryan menarik-narik tangan gadis itu, seakan ingin seluruh perhatian Carmia tertuju padanya.

Carmia menunduk, menatap Bryan yang mendongak menatapnya. "Tentu saja, aku tidak pernah berpikir aku akan tidur di kamar yang luar biasa seperti ini."

Carmia tertawa kecil, lalu mendudukkan dirinya di sisi ranjang. Obsidiannya yang pekat menelisik ke seluruh penjuru ruangan dengan tatapan kagum. Kamar ini bahkan seluas rumah yang ia tinggali selama ini. Lantainya terbuat dari marmer, banyak lukisan serta guci mahal yang menghiasi kamar ini. Tempat tidurnya sangat besar dan empuk. Ada sofa, meja, serta meja rias yang juga memenuhi ruangan ini.

Ah, satu malam ini mungkin akan sangat berharga di benak Carmia. Ia benar-benar akan menikmati keindahan ini, kapan lagi ia bisa tidur di tempat mewah nan hangat seperti ini?

"Apa Carmia mau aku tunjukkan seisi istana Pansy ini? Ada perpustakaan, rumah kaca, taman labirin, danau kecil, tempat musik, dan masih banyak lagi, loh!" Bryan berkata dengan semangat, anak kecil itu berdiri di depan Carmia yang sedang duduk. Kedua tangannya bertumpu pada lutut Carmia.

"Benarkah?" Carmia tersenyum kecil, "sepertinya kakiku akan benar-benar pegal kalau kita mengelilingi istana Pansy."

"Ya! Aku bahkan pernah tersesat di sini."

"Apa orang-orang memang sering tersesat di sini?"

"Sering sekali! Bukan hanya di istana Pansy, paling banyak di istana Lisianthus." Bryan mulai bercerita. "Bibi Sonia pernah tersesat di istana Lisianthus, lalu dia sampai tidak sengaja ke istana Lantana. Dia bertemu dengan Paman di sana. Lalu, lalu..."

Carmia dengan tenang menyimak dan mendengar Bryan yang terus bercerita. Gadis itu sesekali merespon, tersenyum kecil pada Bryan yang terlihat bersemangat sekali. Ah, pikiran konyol terbesit dalam benak Carmia, apa kalau ia memiliki anak juga akan seperti ini? Gadis itu dengan cepat menggelengkan kepalanya, berniat untuk menikah saja ia tak ada, apalagi sampai memiliki anak.

Hiding The Crown PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang