Bab 5

119 1 0
                                    

'Mendekatlah manis, aku sudah menunggumu.'

Kata Alfredo dalam hati. Senyum tipisnya tampak diraut wajahnya yang terkesan angkuh dan dingin.

Karenina melangkah pelan memasuki ruangan yang luas berbalut kemewahan. Tubuh yang berbalut kain seksi walau terkesan sopan karena tak ada bagian yang terbuka secara berlebihan, berjalan molek mendekati Alfredo yang sedang duduk bersandar dengan bersedekap.

Keduanya saling tatap tanpa ada yang ingin berkedip barang sekalipun. Hingga suara Alfredo menggema menginterupsi kebekuan diantara mereka.

"Silahkan duduk nona Karen." Ucap Alfredo dengan suara Baritonnya yang terdengar dingin dan tegas.

Karenina tak menjawab Ia langsung menarik kursi di depan Alfredo, lalu mendudukinya dengan anggun, satu kakinya bersilangan dengan kakinya yang lain. Lalu tubuh tinggi sesampainya Ia sandarkan di kursi dengan nyaman. Mata indahnya masih menatap ke arah Alfredo yang juga sedang menatapnya dengan senyum misterius sebagai penghias
ketampanannya.

"Jadi, ada perlu apa anda datang kemari, Nona?"

Tanya Alfredo berpura-pura tidak mengetahui niat kedatangan Karenina menemuinya.

Karenina menarik nafas panjang, lalu
menegakkan posisi punggungnya. "Saya kemari karena ingin meminta kepada anda untuk tidak membongkar panti asuhan yang berdiri diatas tanah milik anda."
Alfredo ikut menarik nafas panjang, lalu bangkit dari duduknya dan berdiri menatap jendela di belakang kursinya sambil bersedekap.

"Apa keuntungan untuk saya, jika saya tidak membongkar panti asuhan itu?" Tanya Alfredo mulai bermain trik untuk menarik Karenina kedalam rencananya. Licik. Biarkan, karena cinta mempunyai segala cara untuk menemukan rumahnya walau dengan cara licik dan paksaan.

"Apa anda tidak ada belas kasihan terhadap anak-anak itu, mereka mau tinggal dimana jika bangunan itu dihancurkan, apa anda akan membiarkan mereka tidur di jalanan merasakan dingin nya hujan dan kepanasan?"

"Didalam bisnis tidak ada istilah berbelas kasihan, nona." Jawab Alfredo dengan melirik Karenina yang tampak berpikir bagaimana membuat pria di depannya ini berubah pikiran untuk merobohkan Panti asuhan itu.

"Paling tidak, anda masih mempunyai hati untuk mengasihani mereka, anda mempunyai uang yang banyak dan bisa membeli lokasi yang bagus untuk pembangunan hotel anda tapi mereka?

Mereka tidak mempunyai tempat tinggal lain selain panti asuhan itu."

"Panti asuhan itu terletak dilokasi yang sangat strategis, jadi saya yakin akan banyak menguntungkan untuk saya kedepannya, dan saya tak mau ambil pusing dimana mereka akan tinggal setelah ini." Jawab Alfredo dengan memalingkan wajahnya dari Karenina sambil mengulum senyum.

Dia akan membuat wanitanya ini berpikir lebih keras hingga tak mampu lagi untuk menumbangkan kata-katanya saat kalimat Keramat 'menikahlah denganku' terucap dari mulutnya, dan satu jawaban yang pasti Alfredo dapatkan adalah kata 'YA'.

"Kalau begitu, saya akan membeli tanah sekaligus panti asuhan itu dari anda? Berapa harga yang anda inginkan?" Tantang Karenina pada Alfredo.

Alfredo menarik nafas panjang, lalu berdehem untuk menetralkan suaranya yang ingin tertawa melihat wajah mengemaskan wanitanya ini.

"Anda pikir saya membutuhkan uang anda?"

Jawab Alfredo dengan memasang raut wajah datar. Sungguh Alfredo ingin tertawa melihat wajah itu. Wajah yang selalu membuatnya merindu sampai hampir gila, karena tersenyum dan tertawa sendiri saat melihat rekaman kegiatan yang dilakukan oleh Karenina.

Karenina mulai gelisah, karena dia tak tahu lagi apa yang harus dia lakukan untuk menggagalkan rencana Alfredo menggusur bangunan Panti. Dia menghembuskan nafasnya kasar, lalu menatap Alfredo dengan tatapan tajam. Dia tak boleh gagal.

Gairah Sang Biduan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang