Bab 7

103 2 0
                                    

Karenina membuka pintu rumahnya tanpa menyuruh masuk Alfredo. Walau begitu Ia masuk begitu saja ke rumah Karenina tanpa menghiraukan sang pemilik rumah yang sudah menampilkan muka masam.

Dengan sembarangan Karenina melepas sepatu hak tingginya, lalu dengan bertelanjang kaki Ia melangkah masuk ke dalam kamar, menganti baju dengan kaos oblong dan celana Hotpant miliknya.

Alfredo dengan santai memungut sepatu yang tergeletak sembarangan di lantai, lalu menaruhnya di rak sepatu yang tak jauh dari tempatnya berdiri.

Pada dasarnya Alfredo adalah laki-laki yang suka akan kerapihan dan kebersihan, maka ia tak kan sungkan jika hanya merapikan sepatu milik Karenina yang notabene adalah kekasih hatinya tanpa Karenina ketahui.

Alfredo duduk menyandar di sofa sambil melepaskan sepatu serta kaos kakinya, lalu meletakkannya di rak sepatu milik Karenina.

"Kopi?" Tawar Karenina tanpa senyum sedikitpun pada Alfredo.

"Jika kau tak keberatan aku ingin makan malam juga." Jawab Alfredo tanpa sungkan.

"Sepertinya kau bukan laki-laki kere, tapi mengapa kau justru meminta makan kepadaku yang hany penyanyi club malam." Tutur Karenina dengan nada dingin.

Alfredo tersenyum kecil, lalu berjalan mendekati Karenina yang berdiri diantara ruang keluarga dan ruang tamu rumahnya. Kedua tangannya bersedekap di dada, dan tatapannya tajam menatap pada Alfredo yang semakin mendekat.

Dan kini laki-laki itu tepat berdiri di hadapannya.

Alfredo menundukkan kepalanya agar bisa menatap wajah cantik Karenina sang pujaan hati, lalu tangan kanannya mengangkat dagu gadis itu membuat gadis itu memalingkan wajahnya karena tak mau bertemu muka dengan Alfredo.

"Kau adalah calon istriku, bukankah wajar jika aku memintamu menyiapkan makanan untukku?" Kata Alfredo dengan suara lembut tepat ditelinga Karenina.

"Menyebalkan." Karenina membalikkan tubuhnya lalu pergi dari hadapan Alfredo yang hanya tersenyum melihat Karenina yang sedang kesal.

"Menggemaskan." Gumam Alfredo. Lalu menyusul Karenina yang sedang berkutat dengan peralatan memasaknya.

Alfredo duduk di meja makan sambil
menuangkan air putih ke dalam gelas. Lalu meneguknya.

"Tidak bisakah kau menunggu makananmu di depan saja?" Protes Karenina kala matanya menatap Alfredo yang juga sedang menatapnya.

"Tidak bisa. Aku takut kau memasukkan sesuatu ke dalam makananku, dengan kata lain, aku tidak mau mengambil resiko, sebelum aku mendapatkan mu." Ujar Alfredo dengan bertopang dagu.

"Dengan kata lain kau mengijinkan ku menaruh racun atau sesuatu ke dalam makananmu jika aku sudah menjadi milikmu, begitu?" Tanya Karenina masih dalam mode kesal.

"Ya, bisa dibilang seperti itu."

"Bagus, kalau begitu setelah kita menikah aku akan menaruh racun di dalam makananmu, agar kau mati dan aku bisa mengambil seluruh hartamu untukku."

"Lakukan saja semaumu, sayang. Aku akan memakannya walau itu racun paling berbahaya sekalipun." Ucap Alfredo dengan santai, lalu bangkit dari kursi yang Ia duduki dan mendekati Karenina yang sedang sibuk memasak makanan untuknya.

"Lepaskan aku!" Ucap Karenina dengan mengatupkan giginya karena menahan kekesalan pada calon suami yang tak diharapkannya itu.

"Aku bahkan hanya memelukmu, dan tidak sedikitpun menyakitimu, sayang." Ucap Alfredo dengan menyandarkan kepalanya di atas bahu Karenina dan memeluknya tubuh ramping itu dari belakang.

"Jangan pernah memanggilku dengan sebutan itu." Ucap Karenina galak.

"Oke, calon istriku yang cantik tapi galaknya setengah mati." Ucap Alfredo lalu melepaskan pelukannya dan sebelum itu Ia berhasil mencium pipi mulus gadis yang sedang merasakan kekesalan dihadapannya.

"Cepatlah, calon istri, aku sudah lapar." Keluh Alfredo yang duduk dengan manis di kursi makan.

Karenina memutar kedua bola matanya malas, mendengar kata-kata merajuk dari calon suami sintingnya.

"Dasar laki-laki sinting." Gumamnya.

"Dan kau yang membuatku sinting, calon istri."

Balas Alfredo yang membalas gumaman Karenina.

"Astaga." Karenina mendesah nafas berat menghadapi laki-laki sinting yang sedang duduk dibelakangnya ini memang membutuhkan ekstra kesabaran luar biasa.

Sedangkan Alfredo memang lebih suka menggoda Karenina, tampang kesalnya adalah hiburan yang menyenangkan bagi dirinya.

'Menggemaskan' hanya satu kata itu yang lebih tepat untuk menggambarkan ekspresi Karenina saat ini, dan Alfredo menyukai itu.
Karenina meletakkan makanan hasil olahannya ke atas meja makan, lalu mengambilkan piring serta sendok untuk Alfredo dan tanpa sadar bahkan Ia menuangkan nasi kedalam piring Alfredo beserta lauk pauknya. Hal itu adalah sebuah kebiasaan kala kedua orang tuanya masih ada, dia akan begitu telaten memanjakan
kedua orang tuanya dan melayani mereka dengan sepenuh hati. Dan tanpa Ia sadari kebiasaan itu terbawa hingga kini.

Alfredo tersenyum dengan apa yang di lakukan Karenina untuknya adalah persis tindakan seorang istri pada suaminya.

"Terimakasih calon istri, kau memang begitu perhatian." Kata Alfredo dengan tersenyum lebar lalu memainkan kedua alisnya.

Karenina baru menyadari apa yang dirinya lakukan, dan membuat wajahnya memerah sempurna.

Alfredo dengan lahap memakan hasil masakan Karenina, "Ehm… enak. Ternyata selain pandai menyanyi kau juga pandai memasak." Puji Alfredo tanpa memperdulikan Karenina yang wajahnya sudah memerah.

"Cepat habiskan makananmu, lalu segera tinggalkan rumahku." Ucap Karenina garang."Sayangnya aku berencana menginap disini mala mini, dan aku sudah meminta ijin pada ketua Rt mu jika aku akan menginap disini karena rumahku terlampau jauh." Jawab Alfredo tanpa rasa malu sedikitpun.

Karenina menatap Alfredo tak percaya, bagaimana bisa ketua RT nya mengijinkan Alfredo menginap dirumahnya dengan alasan rumahnya jauh. Demi apapun rumah Alfredo hanya setengah jam dari rumah Karenina.

Sungguh Karenina tak habis pikir sebenarnya apa yang disampikan pada ketua RT nya sampai sang ketua Rt mengijinkan laki-laki yang sedang menikmati makan malamnya ini boleh menginap di rumahnya.

"Apa kau tidak lapar? Makanlah… aku tidak mau kau semakin kurus." Ucap Alfredo dengan nada cuek.

"Aku tidak lapar." Jawab Karenina cuek padahal sama halnya dengan Alfredo, Karenina belum makan sejak siang tadi.

"Aku tak perduli, sekarang kau harus makan."

Titah Alfredo lalu mengambilkan piring dan sendok beserta nasi dan laukpauknya dan diletakkan didepan Karenina.

"Makanlah. Aku tak suka tidur dengan perempuan yang kelaparan." Ucap Alfredo dengan wajah serius.

"Siapa yang mau tidur denganmu." Jawab Karenina tanpa menatap Alfredo.

"Makan, atau aku akan benar-benar meniduri mu mala mini juga." Ancam Alfredo.

Dengan terpaksa akhirnya Karenina makan makanan yang disiapkan Alfredo untuknya, senyum tipis mengembang di wajah tampan pengusaha kaya raya itu.

Alfredo bukan laki-laki brengsek yang dengan mudah tidur dengan wanita yang bukan istrinya, dia selalu menjaga kehormatan seorang perempuan, seperti ajaran orang tuanya. Dengan alasan itu pula Alfredo memilih diam dan tak mengumbar aib istrinya walau itu didepan istrinya sendiri. Alfredo ingin istrinya menyadari sendiri apa yang telah diperbuatnya tanpa harus dia mengatakan langsung apa yang pernah dia lihat dengan mata kepalanya sendiri.

Gairah Sang Biduan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang