29. Pasang Merah

26 5 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BAB 29
PASANG MERAH

Lautan tampak bagai medan perang yang ditumpahi darah, partikel-partikelnya mengambang dalam perpaduan pekat cokelat karat pasang merah.




























WASTUTI

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

WASTUTI. Jenar. Perempuan-perempuan malang itu.

Suara bermanis-manis Mieke Karwati yang ia gunakan untuk menyambut rombongan pengantin hilang-hilang timbul tatkala saya tenggelam dalam  kekecewaan yang sudah sangat familiar terasa. Mata saya terpancang pada Wastuti, kepada kedua matanya yang tampak bagai ceruk penderitaan itu, namun tak dapat saya temukan wajah yang akrab di sana. Ia seolah menolak mengenali, seolah memohon pada saya untuk tak pernah menyebut pertemuan kami.

Tak hanya Januar yang dihinakan dengan ketidaktahuan di sini. Tampaknya kehinaan itu juga mereka timpakan pada Wastuti.

Keterkejutan menjelma menjadi kekecewaan di dalam tubuh saya, sebelum akhirnya bertransformasi menjadi kebencian dan amarah. Saya menghela napas, kelewat keras dari yang saya harapkan. Senyuman saya merekah setelahnya, ikut bersandiwara.

"Ah, akhirnya!" Mieke Karwati berseru riang. Ia menatap satu persatu orang yang tiba, lalu matanya terpancang kembali pada pria tinggi besar dalam setelan jas hijau aprikot gelap yang berdiri paling depan. "Anda pastilah Tuan Lesmana!"

PESTA PARA MANEKENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang