6. Mulai Mempertanyakan

31 5 0
                                    

"Besok kau tidak perlu ikut begini. Aku akan menyelidiki kasus itu dengan Redi," jawab Agra, membuat Mila jadi kecewa.

"Oh, ehm." Mila hanya bisa menjawab singkat.

Mendengar jawaban Mila yang tidak seperti biasanya, Agra melihat ke arah spion motornya.

Ia tampak berpikir dan curiga kalau Mila mungkin marah atau bagaimana, makanya hanya merespon begitu saja.

Awalnya, Agra hanya diam, tapi, lama-lama ia tidak sanggup bertahan dengan rasa tidak enak dalam dirinya.

"Kau tidak apa-apa, 'kan?" Agra ragu-ragu bertanya.

"Oh, tidak apa-apa." Lagi-lagi Mila hanya menjawab singkat, tidak seperti biasa yang selalu saja protes kepadanya.

Lantas, Agra berkata lagi, "Aku tidak ingin kau ikut karena mungkin berbahaya."

Mendengar perkataan Agra itu, Mila yang tadinya kecewa mulai berubah, seolah sudah menemukan secercah harapan baru.

'Tunggu-tunggu, apa dia sedang mengkhawatirkanku?' gumam Mila dalam hati.

Agra yang tidak mendengar respon dari Mila pun jadi semakin tidak enak saja.

Ia merasa bersalah karena Mila mungkin sungguhan marah kepadanya.

Akhirnya, ia pun berkata lagi, "Nanti, kalau Redi tidak bisa menemaniku, aku akan mengajakmu."

Demi mendengar kalimat seperti itu keluar dari mulut seorang Agra Wicaksana, senyum Mila merekah.

Gadis itu buru-buru menganggukan kepalanya sambil berkata, "Ehm. Aku akan menemanimu kalau Redi tidak bisa. Bilang saja, kapanpun itu."

Respon Mila kembali seperti biasanya, Agra pun membatin lega. 'Huh... Syukurlah!'

Tangan Mila bahkan sudah berpegangan di jaket Agra lagi dengan nyaman. Agra tersenyum tipis karenanya.

"Eh, berarti besok kau dan Redi tidak kuliah lagi?" tanya Mila.

"Ya mau tidak mau. Aku sepertinya mau periksa bagian dalam rumahnya juga," jawab Agra.

"Ha? Serius? Nanti kalau ketahuan dan disangka maling bagaimana?"

"Ya jangan sampai ketahuan."

"Hmm." Mila menghela napas, lalu berkata, "Pokoknya hati-hati ya kalian besok. Jangan terlalu nekat."

"Ehm, kau tenang saja."

Mila sendiri tampak masih juga khawatir. Mengingat, Agra dan Redi sama-sama nekat orangnya.

Tapi, kalau laki-laki dewasa bersama-sama, mungkin lebih bisa saling menolong satu sama lain.

Jadi, Mila tidak bisa protes, hanya bisa berdoa yang terbaik saja untuk mereka.

Setelah hening sesaat, Agra tiba-tiba berkata, "Besok jangan pulang terlalu sore."

"Oh?" Mila sampai tertegun, seolah tidak percaya Agra akan berkata seperti tadi kepadanya.

"Pulang lewat jalan yang ramai. Ingat, aku tidak denganmu," kata Agra lagi, membuat Mila harus menahan senyum karena bahagia sekali diperhatikan begitu.

Mila buru-buru mengangguk, kemudian berkata, "Ehm, kau tenang saja. Pokoknya, kalian fokus saja besok. Semoga bisa menemukan titik temu ya?"

"Semoga saja."

Meskipun jawabannya singkat, tapi Mila tetap senang. Agra sendiri masih memikirkan kondisi Pamannya.

>

Tidak berselang lama, Mila sudah turun tepat di depan toko Ayahnya.

"Aku pergi," pamit Agra datar seperti biasa.

LARA 1998 [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang