The Most Handsome [3]

254 26 18
                                    

bluebuya tv — ;

Kini Nala dan Nathan berada diperjalanan pulang menuju rumah orang tua mereka. Tangan Nala sudah penuh dengan camilan yang dibelinya dijalan tadi.

“Than, basrengnya enak banget. Nanti beli lagi yuk, borong pake toples gede.” Ucap Nala saat tengah mengunyah. Tak biarkan kembarannya mencuri isi basreng dari bungkus yang ia pegang.

“Iya iya. Minimal kasih gue icip kek. Pelit amat.” Setelah Nathan berucap demikian, barulah Nala menyengir dan menyuapi kembarannya itu basreng yang ada ditangannya.

“Ntar dirumah mau minta bunda bikinin cireng terus siram kuah seblak ah. Pasti seger deh. Aduh jadi ga sabar. Athan cepetan bawa mobilnyaaaa!”

“Makan mulu lu.”

“Sewot deh.”

.

.

.

.

Nala tengah menyantap cireng yang disirami oleh kuah seblak pedas diruang tamu rumahnya. Sambil menonton film animasi kotak kuning dan ditemani oleh Nathan yang sibuk cekikikan tidak jelas pada ponselnya.

Saat baru sampai tadi, ia langsung berlari menuju sang bunda yang masih ada di dapur. Sudah jelas menyiapkan camilan untuk si bungsu. Langsung disambut dengan Nala yang mengatakan, “Bunda, bunda, aku mau cireng pake kuah seblak! Terus terus nanti kita beli basreng ini lagi ya bun, yang ditangan aku, enak banget soalnya. Nanti kita beli setoples gede ya.” lucu sekali.

Tentu saja permintaan si bungsu tak dapat ditolak. Selagi mampu mengabulkan, tak ada salahnya, kan?

Akhirnya penantian panjang Nala dalam menunggu camilan dan kedatangan abang sulungnya terselesaikan. Tampak sekali dibelakang abangnya, bang Agi, ada supir yang membawakan setoples besar berisi basreng sesuai permintaan.

“Whaaaa bang Agiiii!” Cireng yang tinggal sedikit pun terabaikan. Nala lebih tertarik dengan eksistensi abangnya yang baru saja pulang.

“Halo dede ayu.” Tentu saja menuai protesan dari sang empunya nama.

“Abang ih! Panggil Nala yang beneeeeer!” Padahal, Arkan Yoongi Raharga ini sudah memanggil si bungsu dengan benar dan sesuai dengan namanya.

“Loh, abang udah panggil yang bener kok. Namamu kan Rahayu.” Ucap Arkan, membawa adik bungsunya dalam pelukan. Rindu sekali rasanya.

“Gamau ah dipanggil ayu ayu, apaan deh. Panggil Nala!” Protes Nala galak. Matanya memicing menatap sang abang yang sedikit lebih tinggi darinya.

“Iya iya, dede. Tuh basrengnya udah dibawain. Lagi makan seblak ya? pipimu bau seblak.” Kata Arkan sembari mengecup ngecup pipi gembil adiknya.

“Bukan seblak, tapi cireng dikasihin kuah seblak. Aku tadi mintain bunda buat soalnya tiba tiba kepengen. Enak tau, bang Agi ayo coba!” Akhirnya Nala menarik tangan abangnya itu selesai dari acara mari berpelukan ala teletubbies.

“Loh...” Nala cengo. Kemana cirengnya tadi???

Lalu tatapannya mengarah ke satu satunya orang yang ada disana, Nathan. Dengan dendam menumpuk, ia kepalkan tangan dan menggebuk lengan nathan sekuat tenaga.

Bugh!

renyah sekali bung.

“—Aduh! Sakit buset! Aduh!” Nathan mengaduh. Mengusap lengannya yang diberi gebukkan gratis oleh adik kembarnya.

“MANA CIRENG GUE?!” Nala memberi tatapan galak pada Nathan. Tangannya berkacak dipinggang.

“Eh? loh? mana gue ta—”

.

.

.

“Duh anjir, aya aya wae si gubluk.” Nathan masih sibuk tertawa dengan novel online yang ia baca. Iya, sedari tadi ia tertawa tak jelas karna membaca novel online.

“Loh, mana si gembul?” Celingak celinguk mencari keberadaan makhluk gembul kesayangannya. Lalu terdengarlah suara abangnya, oh sama bang agi toh.

Matanya tiba tiba saja tertuju pada makanan yang diidam idamkan oleh adiknya tadi. “Apa enaknya sih?”

dengan itulah Nathan yang awalnya berniat menyicip pun malah menghabiskan makanan sang adik:)

.

.

.

“Ehehehe, sorry, mbul. Niatnya nyicip doang kok, suer. Hehe, peace✌️” Ucap Nathan dengan cengiran wadosnya.

Sedangkan Nala sudah merajuk. Ia mengadu pada Arkan yang dibelakangnya hanya memperhatikan sedari tadi.

“Abaaaang~” duh, duh, ada pertumpahan tangisan yang mana tepat datangnya sang ayah. Nathan sudah ketar ketir ditempatnya. Apalagi mata ayahnya memang tertuju pada si bungsu kesayangan sedari tadi.

“Lah, kenapa dek Nala nya nangis? Diapain sama kamu, Than?” Wayoloh, tepat sasaran. Lagipula, tidak mungkin ayah menuduh Arkan yang sangat tidak mungkin membuat si bungsu menangis.

“Hehe, ketidaksengajaan kok, Yah. Aku anak baik dan Kalem, lemah lembut pula.” Nathan berucap sambil komat kamit dalam hati agar tak di apa-apakan oleh sang ayah.

“Mana ada manusia kalem kayak kamu. Abis ngapain kamu sampe adekmu nangis gini, hah?” Ayah sudah berkacak pinggang. Siap mengadili Nathan sebagai tergugat.

“Ga di apa-apain, suer! Nathan cuman nyicip makanannya—eh kebablasan.”

“Kebablasan kamu abisin, maksudmu?”

“Iya, hehehe...” Masih dengan cengiran bodohnya, Nathan berdoa pada Yang Maha Kuasa agar diberi ketabahan menghadapi semua cobaan ini.

“Kebiasaan kamu tuh. Sana bantuin bundamu di dapur. Ga boleh kedepan sebelum bundamu juga beres!” Perintah Ayahnya galak. Kalau seperti ini, kadang Nathan berasa anak tiri.

Mungkin kalau dikisah bawang putih dan bawang merah, Nathan itu bagaikan daun seledri.

---THE MOST HANDSOME IN THE UNIVERCITY ITU SUAMIKU!---

TBC

hehe, halo, hehe, bye

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ftv+kookvTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang