🌼 C '

400 29 6
                                    

Plak!

Sebuah tamparan keras mendarat manis di wajah cantik Eunseo. Gadis berpostur tinggi itu hanya menunduk, menyeka bercak merah di sudut bibir.

"Jangan pikir karena gue cinta, lo bisa seenaknya mainin perasaan gue."

Bona menatap tajam Eunseo, begitu marah. Perasaannya kesal karena Eunseo lebih memilih menemani adik kelasnya di banding menemani Bona belanja.

"Pacar lo itu gue atau dia? Bisa-bisanya lo selingkuhin gue dengan bocil ingusan ini."

Bona menunjuk-nunjuk wajah Gaeul. Rasanya Bona ingin menjambak dan mecakar wajah imut Gaeul. Gadis itu tampak ketakutan, berlindung di punggung Eunseo.

"Kita nggak selingkuh, Kak!" Sela Gaeul menjelaskan.

"Diem lo, bocil! Siapa yang nyuruh lo ngomong?!"

"Udah marah-marahnya?" Tanya Eunseo menatap Bona lembut.

Gadis itu sudah kebal dengan segala sikap tempramental Bona. Eunseo tak marah, Bona menamparnya. Kesabaran Eunseo sedalam samudera. Eunseo lebih memilih diam di banding ribut dan berdebat dengan Bona. Karena sampai kapan pun Eunseo tak akan pernah menang. Bona tak pernah salah, apapun masalahnya Eunseo tetap yang salah.

"Kita putus!"

"Oke!"

"Gue benci lo. Jangan pernah hubungi gue lagi."

Bona mengambil tas, meninggalkan taman sekolah. Eunseo menggigit bibir bawahnya, berusaha tegar. Ini untuk kesekian kalinya Bona memutuskan Eunseo. Bona terus menarik ulur perasaannya. Eunseo hanya bisa pasrah, bukan karena tak mencintai Bona. Eunseo hanya ingin Bona bahagia dengan pilihannya.

"Kak, jangan diam aja! Kejar, Kak Bona!" Kata Gaeul, menyadarkan lamunan Eunseo.

"Nggak perlu. Dia udah dewasa, dia sadar dengan keputusannya." Eunseo tersenyum pahit, menghibur dirinya sendiri.

"Tapi, Kak!"

"Cinta tak harus saling memiliki, kan?" Eunseo menyeka air mata, tak ingin terlihat menyedihkan di depan Gaeul.

Eunseo sudah memberikan semua yang terbaik untuk Bona. Apapun yang Bona minta, Eunseo selalu berusaha memenuhinya. Namun tetap saja Bona selalu merasa kurang. Mungkin Eunseo tak cukup baik untuk Bona. Kini hubungan mereka sudah berakhir, Eunseo pun tak bisa berbuat apa-apa. Eunseo dan Gaeul pun pulang bersama. Sepanjang jalan pulang, Eunseo hanya diam. Menatap kosong jalanan, gadis itu hanya bisa menangis dalam hati.

"Maafin aku, Kak! Gara-gara aku, Kak Bona marah." Kata Gaeul, merasa tak enak hati menjadi penyebab putusnya Eunseo dan Bona.

"Ini bukan salah kamu." Eunseo mengusap pucuk kepala Gaeul.

Seandainya Gaeul tak meminta bantuan Eunseo, mungkin hubungan mereka takkan putus. Gadis itu mengerucutkan bibir, menatap Eunseo sedih. Gaeul tak bermaksud menjadi orang ketiga diantara mereka. Niatnya murni hanya ingin belajar matematika.

***

"Seo, sialan! Mati aja lo sana! Gue benci! Benci! Dasar buaya betina! Sok kecakepan banget lo! Hiks!" Teriak Bona menangis sendirian di taman kota.

Tangan kirinya memegang leher botol 'isded', ukuran jumbo. Sebatang rokok terselip di tangan kanan gadis itu. Bona masih sakit hati karena Eunseo, padahal ia sendiri yang memutuskan hubungan. Entahlah Bona masih tak terima Gaeul menjadi selingkuhan Eunseo. Gadis itu sangat melukai harga dirinya, membuat Bona dendam kesumat pada Eunseo.

"Kenapa harus bocil ingusan itu saingan gue? Dasar pedofil!"

Bona menyesap rokok, sangat frustasi. Menatap kosong ke arah jalan raya, Bona benci kekalahan.

CENTIMETER™Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang