🌼 E '

243 19 1
                                    

^ ^ ^

Eunseo meraba luka di lengan, mengigit bibir bawahnya kuat. Air mata Eunseo ikut berderai, menahan kesakitan. Bona tersenyum dingin, menatap nanar gadis itu, seakan senang melukai Eunseo. Bona maju satu langkah, mendekatkan bibir di telinga Eunseo.

"Gue bukan seorang pembunuh!" Bisik Bona, tanpa perasaan mencengkram kuat luka di tangan Eunseo.

Gadis jangkung itu mengerang kesakitan namun Bona tak peduli. Eunseo hanya pasrah, tak sedikitpun melawan perlakuan kasar Bona.

"Apa lo senang?" Kata Eunseo menurunkan tangan Bona lembut, menanggalkan jas almamater.

Kemudian membalut lukanya dengan jas almamater. Gadis itu bahkan membersihkan bercak darah di lantai. Eunseo tak mau Bona terkena masalah nanti. Jika Bona ketahuan, tentu akan menghebohkan seantero sekolah. Hanya dengan cara itu Eunseo bisa melindungi Bona.

"Apa gue terlihat senang? Gue akan senang kalau lo menderita!"

Bona mendorong kuat dada Eunseo, menghentakkan kaki meninggalkan Eunseo. Dan berpapasan dengan Seola di tangga. Bona pun sengaja menabrak Seola, karena menghalangi jalannya.

"Kenapa lo, Bono? Kesurupan?!" Tanya Seola heran, memungut novel kesayangannya yang jatuh.

Bona tak menggubris Seola, memilih meninggalkan Seola. Sejenak Seola menatap punggung Bona dan menghilang di ujung lorong.

"Pasti ribut lagi? Nih anak perawan, ngambek mulu kerjaannya."

Seola mendorong pintu rooftop dan mendapati Eunseo sedang duduk di sana. Gadis berponi itu menghampiri Eunseo, ikut duduk.

"Gue perhatiin akhir-akhir ini, kalian jarang bareng? Jangan bilang lo beneran selingkuh sama bocil itu, siapa namanya?"

"Lo percaya gue pacaran ama bocil?!"

"Ya kan lo biasanya juga kambing di bedakin juga mau."

"Asem. Sejak kapan gue naksir kambing?! Lemes banget lo!"

"Kenapa sih? Jadi kepo?"

Seola tak sengaja menepuk lengan Eunseo yang luka. Sontak Eunseo meraung kesakitan meraih rambut panjang Seola.

"Aduh! Tolong, jangan rambut gue!" Teriak Seola memukul wajah Eunseo dengan novel sekeras mungkin.

Eunseo menutup hidung dengan telapak tangan, melambaikan tangan. Tubuhnya merosot duduk di lantai.

"Eh, Sorry! Gue nggak sengaja. Lo nggak apa-apa, kan?" Tanya Seola panik dan mendekati Eunseo.

"Hidung gue!"

Darah mengucur dari hidung Eunseo, sungguh hari yang sial. Di tambah luka di lengannya semakin perih. Darahnya pun merembes bercucuran di lantai.

"Lo, kenapa? Yaudah yuk, kita ke UKS! Lo masih bisa jalan, kan?" Eunseo mengangguk pelan.

Seola pun membawa Eunseo ke ruangan UKS untuk di obati, gadis itu hanya bisa pasrah. Seola tampak gelisah, berjalan mondar-mandir di depan ruangan UKS.

"Lo pikir bisa melarikan diri dari gue?!" Kata Bona menarik dasi ke atas Eunseo dan melilitkannya di leher gadis itu. Eunseo tersentak mendapati Bona di ruangan UKS, berusaha mencekiknya.

"Lo mau apa lagi?"

Eunseo menangis sambil berusaha mengambil napas dengan putus asa.

"Lo harus mati!" Bona tersenyum, menyeringai.

Bona menyerang Eunseo, menusuk dada gadis itu dengan gunting secara brutal.

"Tolong..! Tolong..!" Teriak Eunseo terbangun dari tidur dengan ketakutan dan cemas.

CENTIMETER™Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang