🌼N '

196 18 3
                                    

^ ^ ^

Luda membuka mata, kepalanya masih terasa pusing. Hembusan hangat napas Bona menyapu wajahnya, gadis itu masih terlelap pulas. Luda memicingkan mata, memperjelas sosok cantik di hadapannya. Namun efek pengar, membuat Luda belum sepenuhnya sadar. Tangan mungilnya perlahan membelai wajah imut Bona. Dalam hitungan detik, mata Luda pun ikut terpejam dan tidur. Karena terlalu mabuk, Luda dan Bona hari itu pun berakhir bolos sekolah. Seharian penuh mereka hanya tidur.

Menjelang sore, akhirnya Bona terbangun dari tidur panjangnya. Gadis itu cukup terkejut menyadari dirinya dan Luda tidur bersama. Perlahan Bona membungkus tubuh polosnya dengan selimut. Duduk bersandar di ranjang, mencoba mengingat kejadian semalam. Bona tampak frustasi, bagaimana bisa ia berada di tempat Luda. Dan sialnya, Bona berakhir bercinta dengan Luda. Jelas Bona sangat menyesal karena terlalu mabuk. Bona mencari rokok di saku jas almamater, hanya nikotin obat penenang Bona saat ini.

"Ah, kepala gue!"

Luda ikut bangun, gadis itu duduk dengan mata masih tertutup. Kepalanya masih sedikit pusing, perlahan membuka mata. Luda histeris, mendapati tubuhnya polos.

"Lo ngapain di kamar gue?" Teriak Luda setengah loncat, menarik selimut menutupi tubuhnya. Sontak Bona ikut tertarik dan mereka pun jatuh di lantai saling tindih.

Bona terpaku dan tak bisa mengalihkan pandangannya, menatap dua bukit kembar milik Luda.

"Sial! Lo ngeliatin apa, bodoh? Dasar mesum!"

Luda menutupi aset berharganya dengan telapak tangan, memungut baju di lantai. Gadis itu memilih menjaga jarak dengan Bona.

"Enak aja lo ngatain gue mesum! Yang narik selimut siapa?" Sahut Bona membenarkan selimut, ia pun duduk di ujung ranjang.

"Aish! Ini pasti perbuatan lo! Sial! Nggak bisa hilang lagi!" Gerutu Luda, mengosok lehernya dengan tisu. Gadis itu bercermin, mencoba menghilangkan bekas kissmark Bona.

"Udah nikmatin aja!"

"Dih! Emangnya gue jablai! Sial banget sih ketemu lo! Dasar vampir!"

Luda rasanya ingin menangis saja, Bona pun menghampiri Luda.

"Coba gue liat?" Kata Bona menyibakkan rambut panjang Luda ke belakang telinga. Dagu Bona bertumpu di bahu Luda, memeluk gadis itu dari belakang.

"Lo nggak usah cari kesempatan ya?!"

Luda mencoba menyingkirkan tangan Bona dari perutnya.

"Jangan kegeeran deh. Bukan berarti gue suka, itu cuma kecelakaan." Bisik Bona, meniupkan asap rokok di wajah Luda. Bona tersenyum kecil, lekat menatap wajah Luda.

"Menurut lo, gue senang gitu?"

"It's not bad! Yang jelas lo sangat beruntung."

"Apanya yang beruntung? Gue yang rugi, pacar gue dapat bekas lo!"

"Ups! Sorry! Pacar lo aja yang bodoh, kenapa masih mau padahal bekas gue?!"

"Semua ini gara-gara lo!"

"Gue?! Kenapa jadi salah gue? Lo juga sama-sama menikmati kali. Apa ini?" Bona menunjuk bekas kissmark Luda di leher, bahkan ada beberapa di payudaranya.

"Tapi kan, lo yang mulai duluan."

"Apa? Masih mau ngeles?! Anggap aja kita impas."

"Terserah lo! Minggir!" Kata Luda menyingkirkan pelukan Bona.

Gadis itu masuk kamar mandi, membersihkan diri. Percuma rasanya berdebat dengan Bona. Meskipun salah, Bona tetap tak mau di salahkan. Sementara Bona sibuk menelpon sopirnya, meminta di bawakan baju ganti.

CENTIMETER™Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang