Chapter 12

636 74 41
                                    

Author pov

Ruang besar itu masih begitu sunyi terasa. Tak ada yg berniat membuka suara, hanya lirihan tangis yg masih mengisi hampanya ruang.

Lisa yg keras dengan pilihannya masih setia menunggu jennie memenuhi keinginannya di malam dingin itu.

Jennie pula dikeadaan yg bisa dibilang tak tau harus bereaksi bagaimana. Akalnya terasa tak berguna menghadapi situasi rumit ini.

Merenggut hidup lisa?. Itu bahkan tak pernah terfikir olehnya.

Ia tak menyangka lisa akan melakukan hal gila semacam ini. Padahal, ia sudah membuka jalan bahagia untuk lisa agar hidup bersama pilihannya.

Nyatanya siapa yg mampu dan bisa memperkirakan fikiran seseorang. Manusia hanya makhluk berakal yg hatinya bukan bisa dibaca oleh manusia lainnya.

Dugaan jennie bahkan meleset sebegitu jauhnya setelah mengalami semua ini.

Ia melihat lisa yg tak berdaya, selama belasan tahun mengenal lisa. Bahkan saat kehilangan kedua orangtuanya lisa tak tampak sehancur malam ini.

Lisa hancur. Dan itu nyata adanya, memahami jika hukuman yg disiapkan tuhan begitu berat membuatnya benar² tak mampu untuk sekedar berfikir dengan benar.

Pada kenyatannya kehilangan jennie adalah trauma yg mampu membunuhnya ribuan kali.

Hingga memilih mengakhiri hidup adalah pilihannya.

Malam itu benar² dingin dan mencekam bagi keduanya. Fakta yg terasa mencekik membuat mereka sulit bernafas dengan benar.

Entah apa yg harus benar² diambil menjadi sebuah keputusan. Hanya saja tentu ada hal yg tak akan bisa berubah yakni...

Takdir, bahwa kematian yg nyata telah ada di depan mata benar² tak dapat dirubah oleh siapapun kecuali tuhan menghendaki sebuah keajaiban.

Pov end

Jennie pov

Aku melihat lisa yg begitu putus asa, bayangan saat ia dulu depresi bahkan tak ada bandingannya dengan penampakan lisa saat ini.

Matanya tak terbaca, banyak sarat makna yg tak bisa dijelaskan. Kosong tapi ada makna tak terkira didalamnya.

Airmatanya tak henti turun menyiratkan lukanya tak main².

Aku benar² menghancurkan lisa kali ini. Bagaimana bisa aku melakukan semua ini pada lisa.

Luka di dadanya mengembalikan fokusku, aku terkejut dan dengan segera berlari mencari P3K kami.

Segala yg terjadi membuatku tak sadar bahwa luka lisa bisa dibilang cukup besar karna darah yg mengalir mampu mewarnai bagian atas dress lisa yg bewarna putih.

Mendapat yg kumau, secepat kilat aku duduk dihadapan lisa, membawanya duduk dengan perlahan kembali di sofa agar perutnya tak terhimpit.

Lisa hanya diam tak bersuara, memandangku dengan mata sakitnya, seluruh tubuh lisa terasa dingin. Wajahnya pucat tapi matanya merah karna menangis.

Aku bersumpah aku tak pernah melihat lisa dalam penampakan sehancur ini, bahkan aku tak sanggup menggambarkan betapa hancurnya lisa saat ini.

Perlahan aku menurunkan sebelah lengan bajunya agar dengan mudah mengobati luka yg tepat berada di sisi jantung lisa.

Lisaku dokter yg sangat hebat, ia tahu dengan jelas presisi jantungnya akan berhenti jika itu dilukai dalam.

Perlahan aku membersihkan darah yg masih sedikit mengalir itu, ngilu rasanya menatap luka yg tercipta karnaku.

My Simple Lie✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang