Sebuah perasaan

1 0 0
                                    

"Dimas!!" Seseorang memanggil namaku dari belakang.

Aku melirik dan melihat anak laki-laki sedang berlari sambil melambaikan tangannya padaku. Dia Felix, sahabat ku dari SMP.

"Hahh hahh.. Hei kawan lama tidak bertemu, kau semakin tampan saja tapi lebih tampan diriku HAHAHA uhuk uhuk"

Aku menepuk bahu felix karena ia tersedak dengan nafas nya sendiri. Rasakan itu.

"Santai kawan, oksigen masih banyak disini. Itu berarti kau masih kalah dengan yang lain" Lalu aku menepuk punggung nya dengan kuat dan berjalan pergi.

"Tunggu? Apa? Hei kau" Felix kembali mengejarku yang mulai melangkah jauh dari nya.

Ia menyamakan langkahnya dengan ku hingga memasuki kelas baru kami. Menjadi anak kelas 11 tidak terlalu buruk saat ini. Terutama bagi pangeran sekolah seperti diriku.

Kalian tidak tau? Disekolah ku aku dan teman-temanku menjadi idola karena ketampanan dan otak cerdas kami.

Entah siapa yang duluan menjadikan kami terkenal aku tidak tau. Tapi aku berterimakasih pada orang-orang itu hahaha.

Aku dan Felix berjalan menuju meja nomor empat paling belakang di dekat tembok. Disana terdapat 3 sahabat ku yang lainnya.

Salah satu yang sedang duduk bersender pada dinding adalah Erlang. Dan disebelah terdapat Nathan dengan jaket putih andalan nya. Dan didepan mereka duduk, yang memakai jaket maroon adalah Gibran.

Banyak orang bilang kami seperti anak kembar karena terlihat sering bersama sepanjang waktu.

Yeahh mungkin bisa dilihat seperti itu karena ia salah satu sahabatku sedari kecil.

Kami menyapa mereka bertiga setelah duduk dimeja kami. Aku duduk disebelah Gibran dan Felix duduk disebelah Nathan

"Lama tidak bertemu bro, bagaimana liburan mu" Gibran menepuk punggung ku.

"Yeahh menyenangkan, bagaimana denganmu?"

"Kau tidak akan percaya dengan apa yang ia lakukan selama liburan kawan, kami bahkan berdua terkejut mendengar ceritanya" Erlang menyeluk dari belakang.

Aku mengerutkan alisku mendengar perkataan Erlang lalu menatap bingung pada Gibran.

Ia tersenyum lalu menunjukkan jari manis sebelah kirinya. Aku mengangkat sebelah alis ku bingung "Kau.."

"Itu terjadi tiba-tiba. Tidak ada kata menolak dan mengiyakan. Tapi kami disuruh memakai cincinnya" Ucap Gibran dengan santai.

"Dan?.."

Ia kembali tersenyum "Ia juga bersekolah disini, kau akan melihat orangnya nanti"

"Pantas saja aku tidak bisa menghubungimu, ternyata karena ini" Aku menggeleng pelan.

"Aku bahkan tidak tau ini akan terjadi, tapi sepertinya aku mulai tertarik padanya hahhhh.." Aku menepuk pundak Gibran dengan pelan "Jaga dengan baik ia kawan" Dan di angguki oleh nya.

Dan setelahnya bel masuk pun berbunyi mengisyaratkan pelajaran pertama akan dimulai.
.
.
.
.

Saat ini aku dan teman-temanku sedang berada dikantin untuk makan siang. Aku membeli beberapa donat dan minuman dingin. Sedangkan teman-temanku memilih untuk makan nasi goreng dan jus jeruk.

Sepertinya mereka tidak sempat sarapan sebelumnya. Terlihat dari piring kosong yang sudah habis kurung dari 10 menit yang lalu.

Sedang asik-asik nya menyantap makananku tiba-tiba Gibran bersuara membuatku menoleh padanya

"Itu dia kawan, gadis yang kuceritakan tadi. Namanya adalah Sky" Aku menoleh kepala ku mengikuti arah pandang nya.

Terlihat seorang gadis berpenampilan sedikit tomboi. Dengan sweter hitam dan rambut panjang di ikat kebelakang.

The Story..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang