1

501 58 91
                                    

"Huk ... Uhuk ..."

"Appa? Are you ok?" Ryujin yang baru masuk bertanya pada sang ayah yang sedang terbaring lemah di kasur.

"Yeah, appa baik, nak." Jeongyeon sang appa beralih duduk di pinggir kasur dan menggendong anak umur 7 tahun itu.

Jeongyeon menatap dalam sang anak semata wayang, "Tadi disekolah aku main bola dan mencetak score appa." Cerita Ryujin penuh ceria.

"Benarkah? Anak appa memang hebat. Uhuk ... uhuk." Jeongyeon kembali batuk, kali ini tarikannya membuat dadanya terasa sangat sakit.

"Appa?!"

"Uhuk ... uhuk ..." Ryujin terus memanggil sang appa.

Tak lama pintu kamar terbuka, munculah Chaeyoung, sang adik yang pas saja baru pulang dari kuliahnya.

"Hyung?!" Dengan raut panik mendekat dan membantu Jeongyeon bangkit dari tempat tidurnya.

"Chaeng, uhuk ... Cha__"

Bruk!

Ia pingsan.

.

Dua jam sudah Jeongyeon terbarik di ruang VIP rumah sakit milik keluarga Momo, kekasih sang adik.

Chaeyoung tertidur bersama Ryujin di pangkuannya. Perlahan mata Ryujin terbuka dan perlahan pula dia turun menghampiri sang appa.

Tangan kecilnya menggenggam tangan Jeongyeon.

"Appa, cepat sembuh. Appa berjanji menemukan Ryujin dengan eomma kan? Appa menjanjikan kita hidup bersama kan??" Walau umurnya masih 7 tahun, pemikiran Ryujin memang dewasa. Tak heran, ajaran Jeongyeon memang bagus.

Ceklek!

"Ryu?" Momo datang, membawa beberapa keperluan yang dititipkan supir keluarga Yoo.

Chaeyoung tak sempat membawa keperluan karena panik langsung membawa Jeongyeon dan Ryujin ke rumah sakit.

"Aunty ..." Mata Ryu berkaca-kaca. Momo terenyuh, kasihan Ryu, begitulah benak Momo.

Tumbuh tanpa kasih sayang sang eomma, dan sekarang sang appa tengah berjuang melawan sakitnya.

Kanker paru-paru stage 3 diusia yang masih muda dan matang-matangnya...

Momo mendekati Ryu, "Makan dulu ya sayang?? Aunty bawakan kimbap kesukaan Ryu. Ryu mengangguk karena ia memang lapar akibat tak makan siang tadi saat pulang kerumah.

.

"Chaeng, maukah kamu cerita tentang Ryujin dan eomma Ryujin?" Momo penasaran karena Jeongyeon tak pernah membuka cerita mengenai eomma Ryujin.

Chaeyoung menghela nafasnya ...

"Saat SMA hyung memiliki kekasih yang merupakan adik kelas. Aku tak kenal karena aku beda sekolah dengan hyung. Namun hyung selalu bahagia ketika pulang berkencan." Momo mendengarkan seksama.

"Semua begitu bahagia bagi hyung ... " Chaeyoung menjeda ...

"Sampai ketika hyung masuk kuliah, kekasihnya menghilang. Beberapa kali hyung datang kesekolah untuk hasil yang nihil. Hyung sangat sedih karena wanita itu kekasih pertamanya dan cinta pertamanya. Dan kemudian datang Ryujin didalam keranjang bayi. Ia berada di gerbang mansion, mungkin diletakan saat security berkeliling. Intinya, keberadaan eomma Ryujin tak kami temukan."

Drrtttt!

Fokus Momo teralihkan pada panggilan masuk di hpnya.

"Moshi-moshi ... Mitang ... Kau sudah sampai??"

"Baiklah, aku jemput."

"Siapa??"

"Sepupuku ... Yang aku ceritakan. Aku jemput dia dulu yang Chaeng. Dia sudah di lobi."

"Oh, oke sayang." Momo pun mencium pipi Chaeyoung dan berjalan keluar dengan cepat untuk turun ke lobi.

Chaeyoung kembali masuk ke dalam dan ternyata Ryunjin tertidur lelap diatas tubuh sang appa.

"Semoga semua baik-baik saja ..." Nadanya sungguh khawatir. Ia kasihan dengan keponakannya jika sampai hyungnya kenapa-kenapa.

Eomma tak pernah ada, sedangkan appanya sakit. Begitu kasihan Ryujin tak bisa merasakan keluarga yang lengkap.

"Hahh ..." Helaan nafas mengiringi Chaeyoung menutup pintu.


















Oke gak? Anjay author banget gweh ...

Tbc hixx

Night Without StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang