Lama ... Lama sudah mereka menanti. Setiap kali eomma Jeongyeon mengabari mereka dengan berita "Stabil", "Baik-baik saja". Namun itu semua tak membuat mereka yang ada di Korea puas.
7 bulan sudah berlalu. Ryujin dan Mina semakin dekat. Jihyo mulai menerima kehadiran Mina, saingannya itu setiap kali gak sengaja bertemu di rumah Yoo.
"Eomma, kapan appa pulang?"
Ryujin memeluk pinggang Mina dan membenamkan wajah di perut eommanya itu.
"Soon baby ... Eomma rasa tak lama lagi."
"Benarkah kali ini? Waktu itu eomma juga bilang hal yang sama." Wajah adeulnya cemberut. Mina mengusap pipi gembul Ryujin sembari tersenyum.
"Oppa, lihatlah anak kita ini ... Dia begitu merindukanmu. Bukan dia saja, aku pun oppa ..."
Terdengar dengkuran halus dan itu membuyarkan lamunan Mina. Ryujin tertidur pulas. Mina membenarkan posisi Ryujin, tak lupa kecupan sayang ia berikan di kening Ryujin.
"Kau benar-benar mirip oppa ..."
Mina tersenyum dan keluar dari kamar Ryujin. Sudah pukul 8 malam, ia harus segera pulang sebelum larut. Okasan dan ojiisannya masih tak tahu kalau Mina sudah berjumpa dengan anaknya.
Setiap hari beralasan pergi ke rumah sakit membantu Sana terkadang beralasan pergi bersama Momo.
"Baru pulang?" Mina disambut suara berat ojiisannya yang menunggu di ruang keluarga.
"Hai ... Ojiisan."
"Duduk." Mina menurut, ia duduk di sofa sebelah tuan besar Myoui.
"Mina, aku tahu, kau sudah bertemu cicitku." Mata Mina terbelalak, ia takut, takut ojiisannya murka dan memisahkan dia dengan Jeongyeon dan anak mereka.
"Jisan ... Darimana Jisan tahu?" Terlanjur basah, Mina pun berani bertanya.
"Kau pikir orang-orangku tak bekerja? Mina ... maafkan ojiisan memaksa mu berpisah dengan anakmu. Tapi sekarang yang harus kau khawatirkan adalah ibumu. Antara aku dan dia, dialah yang paling tidak bisa menerima walaupun tak terlihat."
Tuan besar Myoui menghela kasar nafasnya,"Dia tadinya mau membawa anakmu ke panti. Tapi aku meminta orangku untuk mengambilnya setelah ibumu pergi dan meletakan di depan rumah Jeongyeon."
Mina terkejut, sebenci itukah okasannya padanya? Saat otousannya meninggal dulu, okasannya berubah, menjadi sering marah dan kasar padanya. Tuan besar Myoui sangat menyayangi putra sulungnya, ayah Mina. Akhirnya ia meminta Mina dan okasannya tinggal di mansion utama Myoui.
"Jangan beritahu okasanmu, ojisan juga tidak akan membocorkannya. Sekarang, bisakah aku melihat rupa cicitku?" Tuan besar Myoui mencoba mencairkan suasana meminta foto Ryujin dan dengan senang hati Mina menunjukan foto selfienya dengan Ryujin.
"Tatapannya dingin sepertimu."
"Tapi dia benar-benar mirip oppa ..."
"Bawalah dia kemari, jika okasanmu sedang business trip."
Mina mengangguk.
.
"Mama!!" Ryujin menyapa Jihyo yang baru tiba. Ia baru kembali dari Qatar untuk bertemu kliennya.
"Ryujin, mama rindu." Jihyo mencium pipi Ryujin.
Timbul sedikit rasa iri di hati Mina. Mengingat bahwa Jihyo ada saat masa pertumbuhan Ryujin. Ada rasa terima kasih juga pada Jihyo yang telah memberikan kasih sayang seorang ibu untuk Ryujin.
"Kalian sudah sampai? Ayo masuk, kita makan siang bersama." Ajak Chaeyoung.
"Sini samchon gendong ala pesawat!!"
"Hahahahahahaha ..." Ryujin tertawa kala tubuhnya diangkat Chaeyoung.
"Turunkan aku samchon! Hahahahahahaha ..."
Mereka berjalan mendahului Jihyo dan Mina yang juga berjalan masuk.
"Kau merindukannya?" Tanya Mina.
"Tentu saja, aku merindukan Jeongyeon. Pertanyaan macam apa itu ... " Jawab Jihyo singkat dengan nada tegas. Mina tersenyum tipis.
"Well, aku juga rindu oppa." Jihyo menoleh dan memandang tajam Mina sebelum akhirnya masuk mendahului.
Oppa lagi apa yach, udh jadi ubi kali ya
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Night Without Stars
FanfictionMalamku tak berbintang lagi sejak cinta pertama pergi. || frrdwrt Twice Fanfiction ©️ November 2023