4

240 51 80
                                    

Sana memapah Mina bersama Momo menuju ruangannya. Mina begitu terkejut, semua terlalu banyak hari ini terjadi.

"Mina ..." Panggil Sana.

"Ya??" Ia menoleh berat hati.

"Gwenchana??"

"Sebenarnya apa yang terjadi??" Momo bertanya. Pasalnya memang ia tidak di Korea Selatan saat masa remajanya.

"Aku tidak tahu kalau Chaeyoung memiliki kakak laki-laki." Ucap Sana ke Momo.

"Iya kakaknya sakit dan jarang bertemu juga. Dia sibuk mengurus perusahaan semenjak orang tua mereka pensiun ke Finland." Jelas Momo.

Mina masih termenung meratapi pertemuan tadi. 7 tahun lamanya mereka 'terpaksa' tak berjumpa. Memendam rindu bertahun hingga rasanya sudah kebal.

Ia memang ingin berjumpa, namun tak secepat ini, sedekat ini. Ia belum siap, rasa takut, sedih, dan bahagia menyelimuti perasaanya saat ini. Namun satu yang pasti, Jeongyeon ... Tak mau melihatnya.

"Sana ... Apa oppa membenciku??" Mina menatap Sana dengan air mata menggenang. Sang sepupu menatapnya iba, ia tahu betul yang terjadi.

Sana memeluk Mina erat, "Sssh, tenanglah, jangan berpikir seperti itu."

"Oh ayolah, kalian tak berniat menyembunyikannya padaku kan??"

"Mian, Momoring ..." Ucap Mina lemah.

"Cerita padaku, Mitang ..."

"Oppa adalah cinta pertamaku, pacar pertamaku ... Kami menjalin kasih hingga suatu hari, kesalahan ... Tidak, itu bukan kesalahan, itu adalah saat paling bahagia yang aku rasakan ..." Mina berhenti sejenak sembari mengingat saat indah itu.

"Aku hamil ... Ojiisan murka mengetahui hal itu, begitu juga okaasan yang lebih marah lagi padaku ... Mereka mengurungku di rumah, hingga ketika anakku lahir, okaasan membawa dan meminta supir mengantar keranjang bayi itu panti asuhan..." Sambung Mina ...

"Saat itu, aku ingin mencari tahu ke panti mana anakmu di bawa, tapi aku juga dibatasi, tak boleh juga bertemu Jeongyeon sampai akhirnya aku sempat di Jepang setahun sebelum akhirnya denganmu kembali ke Korea." Ucap Sana pada Momo.

"Maaf jika kau tak tahu apa-apa, Mo. Hanya aku, Sana, Okaasan dan Ojiisan yang mengetahui semua serta beberapa staff rumah." Ucap Mina.

Sekejap Mina teringat anak laki-laki yang berdiri disamping Jeongyeon. Wajahnya sangat mirip dengan Jeongyeon. Apakah Jeongyeon telah menikah dan memiliki anak??

"Jangan-jangan Ryujin, anakmu, Mina?? Karena Chaeyoung mengatakan bahwa Ryujin ditinggalkan di depan mansion Yoo 7 tahun lalu." Ucap Momo.

Mina dan Sana saling berpandangan ...

"Pantas, aku tak pernah menemuka jejaknya." Ucap Sana.

"Jika itu benar ... A...aku, aku sangat bahagia. Selama ini aku diam-diam mencari tahu keberadaan anakku ... Mencari di setiap panti asuhan yang ada ... " Ucap Mina.

"Tapi bukankah oba membawanya ke panti asuhan? Bagaimana bisa anakmu berdama dengan Jeongyeon?" Muncul teka-teki di kepala Sana.

.

Jeongyeon telah sampai rumah bersama Ryujin dan Chaeyoung. Sungguh Chaeyoung ingin bertanya pada hyungnya namun ia urungkan karena Jeongyeon langsung menuju ruang kerjanya dan menguncinya. Sementara Ryujin di gendong Chaeyoung menuju kamarnya karena tertidur.

Jeongyeon merenung, membuka laci meja kerjanya, terlihat foto sepasang anak muda SMA yang terlihat lucu disitu ... Ya, fotonya dengan Mina. Ia tersenyum sedih.

"Maafkan oppa ..." Ciuman diberikan di tengkuk Mina.

"Gwenchana oppa, aku mencintaimu oppa ..." Bisik Mina begitu berbalik untuk memeluk Jeongyeon.

Jeongyeon mencium dalam kening Mina menyalurkan rasa cintanya. Malam itu mereka melakukan apa yang semestinya beluk boleh mereka lakukan.

"Terima kasih, Tuhan. Kau telah membuatnya kembali. Tapi mengapa rasanya begitu sakit. Kenapa aku harus merasakan kecewa ini? Kuatkan aku agar bisa membawa Ryujin bertemu dan mengenalkannya sebagai eommanya." Jeongyeon menejamkan kedua matanya berdoa agar semuanya baik-baik saja.

.

Pada akhirnya, Chaeyoung mengetahui cerita itu dari Momo. Tentu itu membuat Chaeyoung sedih. Chaeyoung meminta Momo untuk jangan dulu membeberkan penyakit Jeongyeon kepada Mina. Ia tidak mau Mina kembali dan menjadi kasihan pada hyungnya.

Biarlah waktu yang membuka jalan bagi hyungnya dan Mina berjumpa untuk berbicara ditambah Ryujin yang selalu ingin tahu mana eommanya.

"Samchon ..." Ryujin bangun menghampiri pamannya yang sedang sarapan di meja makan.

"Bi, siapkan sarapan Ryujin." Suruh Chaeyoung pada salah satu maidnya.

Tak lama, Jeongyeon datang dengan pakaian rapihnya.

"Hyung, bukankan kau masih sakit."

"Sudah tidak apa-apa, lagi pula ada rapat penting sore nanti."

"Pagi boy."

"Pagi appa ..." Jawab Ryujin riang.

"Appa akan mengantarmu, oke??"

"Hm!!!"

"Morning!!!"

Ryujin menoleh cepat dan tersenyum melihat seorang wanita yang ia rindukan sebulan ini datang.

"Mama!!" Ryujin turun dari meja makan dan berlari menghampiri wanita itu.

"Wow, Ryujin kok bertambah tinggi ya??"

"Benarkah mama??"

"Ya, dan karena itu, mama membawakan lego terbaru untuk Ryujin!"

"Yeay!!!" Ryujun langsung membawa lego itu ke kamarnya membuat wanita itu menggelengkan kepala melihat aksi Ryujin.

Wanita itu lalu menghampiri Chaeyoung dan Jeongyeon.

"Annyeong Chaeng, Jeong." Sapanya.

"Kapan nuna sampai?"

"Baru saja, aku langsung terbang pulang mengetahui Jeongyeon masuk rumah sakit." Ucapnya sambil melihat Jeongyeon yang tersenyum kaku.

"Mianhae." Wanita itu mendekat dan memegang kedua pipi Jeongyeon dan mengusapnya.

"Yang penting sudah baik-baik saja. Aku akan mengawasi makan dan obatmu."

"Hmm, ne Jih ..."



























97line rebutan gak sihh. Eht api apa yang direbutin? Kan sekarat ye kan bestiess

😭😏

Tbc

Night Without StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang