Aby memanggul satu demi satu sak semen dari truk menuju ke tempat penyimpanan, totalnya sudah 10 kali ia bolak-balik mengangkut semen dengan berat 40 kg itu. Persediaan semen yang sebelumnya sudah menipis, untuk itu Pak Gunawan membeli kembali semen untuk persediaan.
Meskipun masih sering merasakan sakit di bahunya, setidaknya ia sudah mulai terbiasa sekarang dengan pekerjaan yang berat itu. Tak terasa, sekarang adalah hari ke-30 ia bekerja di proyek pembangunan rumah itu.
Bangunan rumah itu sudah berdiri setengah jadi. Sekarang para tukang tengah mengerjakan bagian pemasangan dinding.
Sepanjang Aby bekerja di sana, ia merasa takjub dengan hasil kerja para tukang. Baru kali ini ia melihat secara langsung bagaimana proses pembangunan rumah. Lahan seluas 72 m² itu, akan dibuat rumah lantai satu type 36. Dengan isi dua kamar tidur, satu kamar mandi, ruang tamu, dapur, teras depan dan belakang.
Bruk!
Aby tiba-tiba terjatuh karena tak sengaja menyenggol batu, dan tak bisa menyeimbangkan tubuhnya. Semen yang dipikulnya itu juga ikut jatuh ke tanah, untung saja tidak kenapa-kenapa. Cowok itu meringis dengan napas yang ngos-ngosan, ia sudah lelah sekarang.
"Lo kuat, By," gumam Aby, menguatkan dirinya sendiri. Tetapi, rasanya badan cowok itu sakit semua.
Cowok itu menatap semen yang tak sengaja ia jatuhkan tadi, lalu mengalihkan pandangan pada tumpukan bata, pasir, terakhir pada bangunan rumah di depan sana.
"Gue akan berusaha, May. Berusaha lebih keras lagi untuk kerja, untuk tidak banyak ngeluh, untuk selalu bersyukur dengan apa yang gue terima, dan akan terus berdoa. Suatu saat, gue mau bangun rumah untuk kita, May. Rumah yang lebih nyaman dari kontrakan. Bukan hanya sekedar rumah aja, tapi akan gue usahakan juga di dalamnya ada peralatan yang komplet. Biar kita nggak tidur di lantai terus, nggak minjem terus alat masak dan makan punya Bu Hartati." Aby berbicara seolah ada Maya yang duduk di sana, dan mendengarkannya berbicara.
"Mungkin nggak sekarang, May. Tapi gue akan terus berusaha untuk bisa mewujudkan bangun rumah impian dan nyaman untuk kita nanti," lanjutnya, lalu ia bangkit dari posisi jatuhnya itu. Kemudian membawa semen itu, dan memanggulnya ke tempat penyimpanan.
"Aby, udah jam 5. Sini," panggil Pak Gunawan yang duduk di depan mes, tempat pekerja lainnya tidur.
Cowok itu mengangguk, lalu berjalan menghampiri Pak Gunawan dan 4 rekan kerjanya yang sudah berkumpul lebih dulu.
"Duduk, By. Minum dulu," kata Rusdi sambil memberikannya air mineral.
"Makasih, Pak," ucap Aby sambil duduk dan menerima air mineral itu, lalu meminumnya.
"Saya suka cara kerja kamu, By. Walaupun masih baru, tapi kamu bisa mengikutinya dengan baik. Makin hari juga kamu makin gesit, nggak perlu disuruh dulu udah tau harus apa, terus nggak leha-leha juga. Walaupun sebenarnya saya tau kamu capek banget, tapi kamu tetep kerja, dan kamu akan berhenti kalau waktunya istirahat," jelas Pak Gunawan yang disetujui oleh 4 rekan lainnya. Karena bukan hanya pria itu saja yang melihat bagaimana Aby ketika bekerja, tapi yang lainnya juga sama.
"Alhamdulillah, kalau kerja saya terpakai, Pak. Saya juga bisa melakukannya, karena bantuan kalian. Pas awal kerja aja saya banyak bingungnya harus apa kalau nggak dikasih arahan. Jadi, saya banyak-banyak terima kasih buat Bapak-bapak."
Aby tersenyum tulus pada mereka, di sana ia bukan hanya mendapatkan pekerjaan. Tetapi, juga ilmu dan pengalaman baru. Tak lupa dengan keluarga baru, meskipun mereka baru sebulan kenal. Namun, mereka begitu peduli dan sangat ramah padanya.
"Sekarang waktunya kamu gajian, ya, By." Pak Gunawan terlebih dahulu membuka catatannya, untuk memeriksa apakah cowok itu ada kasbon atau tidak.
"Aby mah bakalan bersih dari kasbon, Pak. Makan aja tiap hari bawa dari rumah," ujar Pak Jojo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Sepasang Luka
قصص عامةPrekuel 'Still The One' "Terlalu banyak hal yang aku takuti, merasa lelah dan tak bisa meraih mimpi. Dunia terlalu kejam untuk aku yang takut sendiri." - Mayang Eira Calista *** Ini tentang Aby dan Maya, yang terpaksa harus menikah di penghujung mas...