"DASAR ANAK SIALAN!!!" teriak ibun
"Jaga kalimat mu, dasar jalang! Dia anakku bajingan. Jangan berani tangan mu menyentuh anak ku." Ucapnya ayah dingin
"PERGI DARI SINI B*NGSAT" ibun hendak memukul Jungwoon yang masih kelas 9. ayah langsung menarik Jungwoon pergi dari sana dan menyuruh Jungwoon pergi.
"Uwoon, kesayangan ayah... Maaf kan ayah ya nak, kamu pergi ke tempat yang sudah ayah sediakan dan ini untuk kebutuhan kamu. Kita akan bertemu secepatnya. Ada paman Choi di sana. Berhati-hati lah..." ayah mencium kening Jungwoon dan memberi kartu debit kepada Jungwoon. Ayah langsung masuk dan menutup pintu rumah, lalu terdengarlah barang-barang terlempar dan sebagainya. Jungwoon langsung mengambil sepedah nya dan melaju secepat mungkin.
***
Akhirnya Jungwoon sampai di tempat yang dimaksud ayah, apart dengan ketinggian yang sangat tinggi. Jungwoon mencari dimana kamar dia. Akhirnya Jungwoon bertemu paman Choi, kepercayaan ayah yang tinggal di sebelahnya. Katanya kalau perlu bantuan atau perlu apa-apa tinggal ke kamar sebelah atau kalau malas menelpon.
Jungwoon menjalani hari-harinya dengan baik tanpa gangguan apa-pun. Ke sekolah juga diantar paman Choi, karena biasanya dia menggunakan sepedah. Sekarang, sepedah hanya digunakan ketika ingin jalan-jalan.
***
"apakah aku harus menelpon Jay san Sunoo untuk bermain?" Jungwoon bertanya pada dirinya sendiri lalu berniat menelpon mereka sebelum...
Tok Tok Tok...
"Duh astaga, siapa ya?" Jungwoon meletakkan hpnya lalu menuju pintu. Jungwoon tidak menemukan siapa-siapa kecuali Box berisi Anak kecil yang mungkin berumur 4 atau 5 tahun.
"Kamu anak siapa?" Jungwoon mengelus kepala anak yang sedah tertidur itu.
"Note..?" Jungwoon membawa masuk box itu beserta anak kecil didalamnya berniat membaca surat tersebut.
Isi surat:
Hai, kamu. Kamu sepertinya baru tinggal di sini beberapa minggu yang lalu.... Aku lelah mengurus anak aku, mungkin aku bisa meminta tolong pada mu untuk mengurusnya. Suamiku terus memaksa untuk meletakkan anak itu di panti asuhan, namun aku tahu bagaimana panti asuhan merawat anak -anak itu. Mereka tidak becus mengurusnya, jadi aku pikir kau bisa lebih baik dari mereka. Terimakasih.
Namanya Jake Shim dan lahir 15 November
"Lah gimana nih jadinya? Mana ga ada tahun lahirnya??"Jungwoon mendengar suara lenguhan berasal dari box yang di bawa itu.
"uumhhhh, huuahhh" bocah kecil itu menguap dan mengerjapkan matanya pelan menyesuaikan cahaya sekitarnya.
"Mama?!!" bocah itu yang bernama Jake berlari ke arah Jungwoon dan memeluknya erat
"Heh!"Jungwoon hendak menyingkir namun Jake lebih dulu memeluknya. Akhirnya Jungwoon juga memeluk Jake dan mencubit gemas pipi Jake.
"Jake umur berapa nak?" Jungwoon bertanya pada Jake yang sedang bermain dengan badannya(menyentuh hal yang ingin diketahuinya. Jakun dll).
"Ikeu umur 10 tahun!!" Jake menjawab dengan semangat
"Jake??? 10 tahun? Kamu terlihat seperti bocah ingusan berumur 5"
"Mana ada! Ikeu suda besar!!" Jake cemberut
"Hahaha, baiklah"
***
"Ma, mau nen boleh...?" Jake menarik pelan ujung seragam Jungwoon
"Mama mau pergi dulu Jake, main sama paman dulu ya?" Jungwoon jongkok menyamakan tinggi badan jake. Padahal udah gede masa masih nen sih? Batin Jungwoon
"Mama selalu pergi tiap pagi dan pulang sore, Ikeu mau main sama mama..." Jake mulai berkaca-kaca siap mengeluarkan air mata itu
"Hey, jangan nangis.... Ya udah sini nen sama mama, sebentar aja ya. Mama takut terlambat" dengan cepat Jungwoon membuka 2 kancing teratasnya dan menampilkan putingnya. Jake yang melihat itu langsung menyedot puting Jungwoon degan tergesa-gesa.
"Sshhhhh, hhmmm" Jungwoon menahan desahan itu.
Hingga Jake masuk SMP kelas 2 masih saja suka minta nen sama Jungwoon.
"Mama, Ikeu pulang!!!" jake langsung melempar tasnya ke sofa dan memeluk Jungwoon yang sedang di dapur
"Eh udah pulang? Mau makan dulu apa bobo siang?"
"Mau makan deh" Jake mengecup bibir Jungwoon lalu berlari menuju ruang makan. Seandainya Jake tau, Jungwoon merasakan getaran pada tubuhnya saat Jake memeluknya tadi.
***
"hhmmmm, ngghh"
"Jake, ahhh.."
Desahan-desahan halus itu terus muncul dari kamar Jungwoon.Jake mendengar desahan itu terbangun, dan bingun. Siapa itu, apakah hantu? Jake keluar kamar dan mencari asal suara itu. Jake terkejut dengan apa yang dilihatnya. Mamanya? Sedang melakukan hal itu? dengan bantal? Astaga, apakah jake salah liat? jake terus mendengarkan suara-suara itu hingga miliknya juga berdiri.
jake mulai mengocok miliknya dan memasukan jarinya ke lubang, lalu mengcoknya dengan cepat.
"shhhh, ahhh" Jake kelepasan mendesah, Jungwoon terlihat panik dan menutup tubuhnya dengan selimut. Jake masuk kamar jungwoon dan membuka selimut Jungwoon
"H-hey... jangan." Jungwoon menutup badannya yang sedang dilihat Jake
"Mommy.." tangan jake terukur untuk memegang kejantanan Jungwoon yang besar, untuk di kocok.
"mmhhhh ahh" Jungwoon melneguh saat tangan halus jake menyentuh miliknya
"Jake. hentikan sekarang atau kamu akn menyesal!" Jungwoon menarik tangan Jake untuk berhenti
"jake ga akan menyesal ma." jake menyambar bibri Jungwoon dengan kasar, dibalas oleh Jungwoon tak kalah kasar
"uuhmm" Jungwoon meremas bongkahan pantat jake dan menamparnya pelan
"Panggil aku mommy Jake." Jungwoon mengarahkan miliknya ke lobang milik Jake
"shhh, kau ketat jake" Jungwoon memasukkan dengan pelan merasakan ketatnya Jake
"ngahhh, Mommy-hh..." Jake memejamkan matanya menahan sakit dengan air mata keluar.
"sstt jangan nangis jake"
***
"Pagi ma" Jake mencium bibir Jungwoon pelan
"Pagi Ikeu.."
"Apakah masih sakit?" Jungwoon mnegusap pipi Jake dengan pelan
"Tidak, tapi Jake menginginkan lagi. apakah boleh? itu sangat enak"
"Tidak, kau harus sekolah"
"Baiklah"