"Sir, saya izin ke toilet!"
"Ok, Jungkook!"
Maka, Jungkook segera berdiri dari kursinya. Ia melangkah keluar dari kelas setelah membungkukkan tubuhnya di depan dosen pengajar.
Kebetulan sekali, hari ini keadaan lorong cukup sepi. Ini sangat bagus untuk Jungkook yang jarang berinteraksi. Dia tidak perlu banyak menyapa kenalannya ataupun hanya sekedar basa-basi.
Namun, langkahnya terhenti ketika ada yang menarik perhatiannya. Sebuah potret foto yang terpajang pada mading sekolah. Jungkook tak mungkin salah mengenalinya.
Foto itu adalah hasil ia memotret sepekan yang lalu bersama Wonwoo.
Pertanyaannya, kenapa bisa terpajang disini?
"Kemarin anak jurnalistik cari foto."
Jungkook terkejut. Lantas, ia langsung menoleh ke arah sumber suara. Ternyata Seulgi, anak bahasa dan sastra. Sekaligus salah satu anak modelling yang menjadi objek fotonya.
"Darimana kau tau?"
"Teman sekelasku anak jurnalistik. Dia membutuhkan objek foto yang menurutnya pas untuk tulisannya", jawab Seulgi. Dia tersenyum begitu manis sambil menatap tulisan tersebut, "Indah, kan?"
Jungkook ikut menatap tulisan tersebut.
Berbicara tentang suatu hal yang familiar.
Yang diinginkan semua orang.
Yang paling diincar dan tak bisa dilewatkan.
Jika tersisa satu, semuanya memperebutkan.
Jika kehilangan, dampaknya sungguh merugikan.
Dan saat inilah, manusia menunjukkan seperti apa watak mereka yang sesungguhnya. Hanya karena sebuah kebahagiaan.
Ya. Kebahagiaan.
Bagaimana menurut kalian?
Tiba-tiba Seulgi tertawa kecil yang membuat Jungkook langsung menoleh kepadanya. Apa yang lucu?
Sadar jika dirinya ditatap, ia langsung berdehem pelan, "Dia termasuk anak yang tidak bisa dan tidak tau cara bersosialisasi. Atau bahkan mungkin dia anti sosial? Entahlah. Intinya dia tidak pernah berinteraksi secara langsung dengan manusia. Dia lebih suka berbicara lewat tulisan. And this is, buktinya..."
Jungkook tanpa sadar mengangguk-anggukkan kepalanya pelan. Kemudian, dia mengamati dan membaca lagi berulang kali tulisan tersebut.
Seulgi terkikik geli, "Jeon Jungkook menjadi fans park jimin", godanya sambil tertawa jenaka.
Saat itulah jungkook tersadar. Dia langsung mengalihkan pandangannya ke arah Seulgi yang sedang menaik-turunkan alisnya.
"Park Jimin? Dia?", gumam Jungkook.
"Ya. Dia teman sekelasku. Anak bahasa dan sastra."
^
^
^
"Sebelum saya akhiri perkuliahan hari ini, ada informasi penting dari wakil rektor kampus. Ada atau tidaknya jadwal perkuliahan besok, kalian harus datang ke sekolah. Pukul empat sore semua harus sudah berkumpul di aula."
Mendengar arahan tersebut, suasana kelas langsung riuh.
"Kumpul?"
"Tumben?"
"Ada apa ini?"
"Kenapa juga harus sore banget, sih?"
"Jangan-jangan kelas kita ada bikin kesalahan? Terus kita mau dihukum? Oh nooooo!!!"
"Kalian akan mengetahui jawabannya jika besok kalian datang tepat waktu! Ingat, harus datang! Jika tidak, konsekuensinya tidak hanya kalian dikeluarkan dari kampus, tetapi kalian juga tidak akan mengenali diri kalian sendiri.", jawab sang dosen, Kim Sohyun, "Saya akhiri, terimakasih.", lanjutnya sebelum berlalu.
Sorakan kecewa langsung terdengar memenuhi seisi ruang kelas.
"Apa maksud dia nanti kita tidak bisa mengenali diri sendiri?! Dikira kita remaja puber apa?! Apa hubungannya juga dengan kumpul di aula? Aish, membuat kesal saja! Besok kan waktunya hibernasi!" protes Sin-b dengan menghentak-hentakkan kakinya kesal. Mayoritas teman sekelasnya langsung menyetujui perkataan Sin-b tersebut, sebab memang kebetulan besok kelas mereka tidak ada mata kuliah.
Seulgi, salah satu penghuni kelas juga disana menghela nafas lelah, "Teman-teman, sudahlah. Kan hanya besok saja. Kepala sekolah tidak menyuruh kita untuk kumpul setiap hari. Apa datang ke kampus adalah suatu hal yang membebankan?"
Suasana menjadi sedikit hening, hanya terdengar suara gumaman dan gerutuan yang masih tidak terima. Okelah, sudah lebih kondusif. Seulgi tidak peduli lagi. Tak lama dari itu, ia menatap perempuan di depannya yang sedari tadi hanya diam saja. Namun, kini ia terlihat sedang membereskan semua barang-barangnya yang berada diatas meja.
Seulgi menepuk bahunya. Dia sedikit tersentak, kemudian langsung menolehkan waajahnya dan menatap Seulgi yang langsung menyengir kaku. Tangannya buru-buru menampilkan v-sign, "Maaf-maaf. Aku tidak sengaja dan tidak bermaksud mengagetkanmu, Jimin, hehehe..."
Jimin diam. Tetapi, tatapannya seolah bicara Kenapa? Cepat katakan atau kau mau mati karena menggangguku?
Seulgi mendadak gugup, ia menelan salivanya susah payah, "I-itu... besok kau datang, kan? Kalau kau takut sendiri, tidak apa—"
"Siapa bilang?", potong Jimin tiba-tiba.
"Hah?", bingung Seulgi.
"Aku takut sendiri. Siapa yang bilang?", ulang Jimin.
Seulgi melipat bibirnya ke dalam mulut. Maniknya melirik kesana-kemari. Mampus, salah ngomong!
"Hentikan.", titah Jimin pelan.
"Ha-huh?"
"Jangan mencoba berteman denganku. Aku tidak tertarik denganmu."
Seulgi menatap punggung kecil itu yang semakin lama semakin hilang dari pandangannya. Dia mengerucutkan bibirnya sebal. Merasa tertolak, padahal ia belum memulai apa-apa, "Kenapa dia tidak berperikemanusiaan, sih? Dasar cewek dingin!"
^
^
^
Sore itu, aula sudah penuh. Semua mahasiswa datang, tanpa terkecuali. Dosen penanggungjawab telah membuat arahan untuk para mahasiswa mengatur barisan sesuai jurusan mereka.
Managemen>> Ilmu Komunikasi>> Bahasa dan Sastra>> Seni>> Sosiologi.
"Pertama-tama, saya ucapkan terimakasih untuk semua mahasiswa yang sudah hadir dan mau meluangkan waktunya. Mari kita beri tepuk tangan untuk kita semua yang ada di aula ini."
Gema suara tepuk tangan langsung memenuhi aula. Bahkan ada yang berani bersiul juga.
Setelah dirasa kondisi mulai hening kembali, pembicara di depan kembali melanjutkan, "Saya Jung Hoseok, wakil rektor kampus ini, Ceiling Shatterers University."
Pekikan kaget terdengar, membuat Hoseok terkekeh, "Ini pertama kalinya kalian semua berkumpul dengan teman satu angkatan kalian, kan? Nah, mulai sekarang cobalah berbaur satu sama lain, ya? Karena, kita akan mengadakan suatu kegiatan yang mungkin membuat kalian terpisah dengan teman dekat kalian yang sekarang."
Kali ini bukan hanya pekikan kaget, namun juga seruan protesan mulai terdengar kembali.
"Harap tenang. Saya akan mulai masuk kepada informasi utama yang penting. Jadi, akhir pekan nanti kalian semua akan mengadakan liburan di Ahopsan Forest!"
Tiba-tiba?
Haloooo... Kalian kalau mau baca waktu udah end, nggak papa banget kok t_t Ini ceritanya ngaret banget soalnya, ueueueueue :( Maap-eyoooo🥹🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
werewolf [kookmin gs]
Hombres LoboDalam permainan werewolf di dunia nyata, semua pihak bekerjasama untuk membunuh siapa yang menjadi serigala sebenarnya. Namun, bagaimana jika di dunia mereka, nyatanya mereka bertahan hidup dengan bekerjasama? ••• ^^kookmin ^^jikook ^^gs so, enjoy...