BAB 2 : Tiga Jalan Penuh Lika-Liku

34 5 0
                                    

Sudah dua hari berlalu sejak aku diajak Ohara Minami Sensei untuk ikut program itu.

Ia memang tidak mengajakku lagi, tapi entah kenapa tatapannya selalu mengarah padaku dan itu benar-benar tidak nyaman.

Aku memang sudah terbiasa ditatap seseorang, tapi jika dipikir-pikir, ini benar-benar tatapan yang berbeda dari sebelumnya.

Ini terasa seperti aku diawasi langsung dengan sebuah sniper dari jarak jauh. Hanya bisa menunggu waktu sampai ia benar-benar menarik pelatuknya.

Setelah selesai makan siang di kelas. Akupun keluar lalu berjalan menuju ke toilet.

Tidak lama kemudian, seseorang dengan tubuh kecilnya, membawa tumpukan kertas yang hampir melebihi tingginya.

Dan orang bodoh yang melakukan itu adalah Katsubaki Yumiko, salah satu perempuan yang kutemui saat pertemuan tentang Project Revenge tiga hari yang lalu.

Ia terlihat agak sempoyongan dan hampir kehilangan keseimbangan beberapa kali. Namun anehnya, ia masih bisa mempertahankan tumpukan kertas itu.

Huh, dia benar – benar memaksakan diri. Namun entah kenapa aku merasa gerakannya terasa dibuat-buat. Apa dia benar-benar tidak kuat mengangkat?

Kupalingkan wajah darinya—tidak peduli, kemudian kembali berjalan ke toilet.

Setelah selang beberapa detik melewatinya, hentakan cukup keras terdengar di belakangku.

Kuberbalik lagi karena penasaran, dan terlihat Katsubaki terjatuh dengan kertas yang sudah berserakan ke mana-mana.

Beberapa kertas jatuh di depanku, membuatku tidak ada pilihan lain selain mengembalikan ini padanya.

Menyadari kehadiranku, ia sedikit memerah lalu mengalihkan pandangan. "Te-terimakasih Kawahara-san ...."

"...."

Kemana sifat periangmu yang terlihat bodoh itu? Bukan karaktermu tiba-tiba jadi pemalu seperti ini.

Kertas-kertas ia susun kembali menjadi satu, membuat kami berdua menjadi pusat perhatian para siswa-siswi yang lalu lalang.

Melihatnya sendirian menyusun kertas, akupun inisiatif mengambil beberapa kertas sebisaku.

Katsubaki nampak bingung dan terkejut ketika aku ikut membantunya.

"... M-Makasih." Ia sekilas gugup melihatku, lalu kembali menyusun.

Selesai menyusun, tumpukan itu kembali ia angkat. Namun ekspersinya kini benar-benar seperti mengangkat puluhan ton baja, tidak seperti sebelumnya.

Bukannya tadi dia bisa membawanya? Kenapa kaya kelihatan lebih berat gitu? Padahal beratnya masih sama lo.

"Apa kau perlu bantuan?"

"Tidak apa ... pe-perlu banget!" Jawabnya dengan jeda.

Karakter optimis yang murah senyum, tiba-tiba saja menjadi lebih lengket dan bergantung kepada orang lain. Aku merasakan ada maksud tertentu ia melakukan semua skenario ini.

Tanpa memikirkan itu semua, kuambil setengah bagian kertas yang ia bawa, lalu kami mulai berjalan ke ruang guru.

Di tengah perjalanan, ia menoleh ke arahku dengan wajah polos. "Menurut Kawahara-san, apa balas dendam itu tidak baik?"

Kenapa dia malah menanyakan hal itu lagi? Padahal aku tidak ingin mendengar apapun tentang balas dendam.

Yah, dia juga tidak tahu kondisiku sih. Jadi aku tidak bisa menyalahkan ia sepenuhnya.

"Tentu saja, balas dendam adalah perbuatan tidak pantas yang merugikan diri sendiri maupun orang lain." Jawabku singkat.

"Walaupun begitu, aku rasa pasti ada balas dendam tanpa menyakiti siapapun."

Project Revenge Do i going to help them get their Revenge?Where stories live. Discover now