halaman 1

0 0 0
                                    

Diana memandangi bangunan tua yang berdiri cukup megah di depannya sambil memegang erat koper yang dibawanya.

Gadis itu berdecak kagum dengan desain asrama tersebut, walau terkesan kuno namun sangat megah.

Diana mengulum senyum membayangkan teman-teman dan suasana baru yang akan didapatkan nanti sebagai penghuni baru, semoga saja ia betah tinggal disana.

Diana melangkahkan kaki masuk kedalam bangunan tersebut. Suasana didalam cukup sunyi disiang hari, dan itu begitu terasa ketika ia menapaki lorong menuju kamarnya.

Diana bahkan bisa mendengar langkah kakinya bergema dilorong asrama. Tidak ada suara apapun, hanya gema dari sepatu kets yang membalut kaki.

Sebelum kesini, Diana sudah terlebih dahulu singgah di lab Buana, kebetulan kepala asrama disana dan sudah memberitahu letak kamarnya secara detail.

Kamarnya terletak paling ujung, kamar terakhir yang ada di lantai satu.

Diana menghentikan langkahnya di kamar nomor 15. Diletakkan nya koper di lantai lalu merogoh saku celana jeans yang dikenannya dan segera membuka pintu kamar.

Diana masuk kedalam sambil menggeret koper menggunakan tangan kiri, sementara tangan kanan mendorong pelan daun pintu.

"Pengat,"

Itu yang dirasakan Diana saat kakinya baru beberapa langkah masuk kedalam, cahaya remang-remang dari ventilasi udara memberikan perasaan tak nyaman,

lalu gadis itu menekan sakelar lampu, ini sedikit lebih baik. Netranya mengitari ruangan berbentuk persegi itu, ada banyak debu juga jaring laba-laba.

Sepertinya sudah sangat lama tidak ditempati. Setelah meletakan kopernya asal, Diana mulai membersihkan setiap sudut kamar. Ada banyak sekali debu dimana mana.

Diana mencoba menggeser lemari besar yang terletak menempel pada dinding, tentu saja tenaganya tidak cukup kuat mendorong lemari tersebut.

Karena upayanya tidak membuahkan hasil, Diana menyerah untuk menggeser lemari, sebagai gantinya Diana membersihkan bagian dalam lemari lalu menyusun pakaiannya disana.

Setelah berkutat dengan lemari, Diana beralih menyapu dan mengepel lantai, memasang seprei baru di ranjang single. Terakhir Diana membersihkan kamar mandi.

Gadis itu sedikit tercekat melihat lantai yang sangat kotor, terdapat banyak bercak hitam menggumpal yang berserakan disetiap sudut lantai.

"Huh.. Sebenarnya sudah berapa lama kamar ini tidak berpenghuni? Kenapa seolah sudah tidak ditempati untuk waktu bertahun-tahun? Bukan hanya lantai, dindingnya bahkan sangat kotor."

Tidak mau berpikir lebih jauh, Diana mulai membersihkan. Ketika Diana mencoba mengalirkan air, airnya sedikit macet. Dan dia pemggil tukang kebun.

setelah diperbaiki oleh tukang kebun asrama barulah air bisa mengalir dengan lancar.

Hari sudah gelap ketika Diana selesai membereskan dan menata ulang kamarnya.

Diana merasa lapar. la pergi kedapur asrama untuk mencari makanan yang dapat mengganjal perut.

"Selamat malam, " sapa Diana kepada seorang perempuan berusia awal tiga puluhan yang Diana tebak merupakan salah satu staf asrama.

perempuan itu sedang berkutat dengan beberapa bahan masakan, beberapa bahkan sudah jadi.

"Selamat malam, saya Lorena. Koki senior disini" perempuan bernama Lorena itu memperkenalkan diri dengan ramah. Ia tersenyum ramah pada Diana lalu kembali melanjutkan pekerjaan.

"Oh, Hai, aku Diana. Aku baru beberapa hari yang lalu dipindahkan ke laboratorium buana dan siang tadi sampai di asrama, Ucap Diana sambil tersenyum lebar.

la merasa lega karena akhirnya bisa berbicara dengan seseorang.

"Ada apa Diana? Jam makan malam masih setengah jam lagi.. " Lorena menatap Diana sekilas tangannya sibuk menyiapkan makan malam.

"Boleh minta beberapa makanan? Aku belum makan dari pagi, " ringis Diana sedikit malu, namun tidak punya pilihan selain meminta makanan didapur asrama.

tempatnya sekarang jauh dari pemukiman dan tidak memungkinkan untuk pergi keluar sekarang.

"Tentu," balas Lorena lalu dengan cekatan menyiapkan hidangan pembuka Vol au vent yang di tata rapi diatas piring.

Appetizer yang satu ini terbuat dari puff pastry lembut dengan pilihan rasa manis atau gurih. Dengan isian yang gurih diisi dengan ayam, jamur dan saus Madeira.

Lorena juga memberikan segelas air putih dan jus orange. lalu meletakan ketiganya diatas nampan,

"Nah, ini. Biasanya penghuni asrama hanya menyuruh kami untuk mengantarkan makan malam ke kamar masing-masing. Itu hanya makanan pembuka, sama seperti yang lain setengah jam lagi aku akan membawakan makan malam ke kamarmu" Kata Lorena menjelaskan sambil menyodorkan nampan.

Diana hanya mengangguk, kembali kekamarnya setelah mengucapkan terimakasih.

"Kenapa dia menyiapkan makanan Prancis?" gumam Diana meletakan makanan tersebut diatas meja.

Namun karena sudah lapar Diana tidak mau memikirkan lebih jauh. Mencoba mencicipi makanan tersebut, rasanya sangat enak.

Diana sebenarnya tidak terlalu menyukai makanan luar negeri, mungkin karena sedari kecil lidahnya sudah terbiasa dengan makanan lokal.

* * *
Bersambung...

kamar nomor 14Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang