Prologue

29 2 2
                                    

Di balik pintu apartemen kecil yang muram, terdengar suara samar-samar kerudung tirai jendela yang digeser. Udara pagi yang dingin menyusup masuk melalui retakan-retakan pintu dan jendela yang kusam. Apartemen ini adalah tempat Amir hidup bersama kesepian. Dari celah tirai, Amir menatap orang-orang yang terlihat bahagia di luar sana.

"Kita adalah tokoh utama dalam kehidupan kita sendiri," lirih Amir bermonolog. Senyum tipis terukir di bibirnya.

Amir berjalan ke tepi kasur, lalu duduk merenung. Baginya, hidup hanyalah sebuah pengembaraan yang tak punya arah dan tujuan. Entah sejak kapan Amir terjebak di dasar nestapa ini, ia pun lupa.

Diraihnya gawai yang tergeletak di kasur, lalu membuka aplikasi Wattpad. Sejenak ia menatap tujuh bab tulisannya yang sudah terpublikasi, meninggalkan satu bab terakhir berjudul 'end' yang masih menjadi draft dalam ceritanya yang berjudul Overthinker.

Ia mengetik sesuatu pada bab tersebut sambil bergumam, "the souls always knows what to do to heal itself. But, the challenge is ... to silence the mind."

Setelah berhasil mempublikasi bab terakhirnya, pria gondrong berantakan itu berjalan keluar kamar apartemen hanya mengenakan kaos hitam dan celana pendek berwarna putih. Sandal jepit putih birunya terus mengikuti langkah Amir menuju rooftop.

Angin sepoi pagi ini membelai rambut Amir dengan mesra, memanjakannya hingga ingin menangis. Sebab daripada manusia, sometimes ... angin lebih mengerti apa yang manusia butuhkan. Sudah lama tak ada manusia yang membelai kepalanya dengan bangga.

"Aku ini cuma tokoh antagonis di dalam cerita kehidupan ku sendiri. Seberapa keras pun aku berusaha, pada akhirnya aku yang kalah!" Amir berseru pada deru angin yang berbisik di telinganya, meskipun bahasanya tak Amir mengerti. Pandangannya tertunduk sendu.

Pagi ini ia berniat untuk mengakhiri dirinya sendiri, dengan cara melompat dari atas sana. Ada rasa takut dalam diri Amir, tapi tak sekuat semua rasa sakitnya.

Sejenak Amir terdiam sambil menutup mata untuk sekali lagi merasakan tulusnya dekapan angin, hingga pada akhirnya langkah itu kembali tertuju ke tepi rooftop.

"Greeting!"

Dering di kantong celananya membuat mata Amir terbuka perlahan. Ia terdistraksi oleh dering gawainya sendiri dan meraihnya, kemudian menatap layar. Ada satu notifikasi dari Wattpad.

Amir menunda aktivitasnya untuk membebaskan diri dari dunia, demi memeriksa gawainya sejenak. Ia membuka notif dan menemukan seseorang yang baru saja memberikannya boom vote pada cerita abstraknya. Hingga pada akhirnya, manusia dengan username December_girl itu meninggalkan sebuah direct message.

"Aku suka tulisan kamu. Setiap kata-kata yang tertulis terasa jujur. Oh iya, kenalin aku Regita, orang yang bakalan jadi pembaca setia kamu dan nungguin karya-karya kamu yang selanjutnya. Kalo boleh tau, kamu domisili mana? Aku Jakarta. Kalo ternyata kita deket, dan kamu ada waktu ...."

Amir memicing membaca ujung pesan tersebut.

"Boleh kita ketemu?" gumamnya melafalkan kalimat tanya yang dilontarkan pada dirinya sendiri.

Amir ragu. Bagaimana jika pemilik username December_girl itu adalah orang jahat? Bagaimana jika ia memang memiliki rencana jahat pada Amir?

Namun, tak ada artinya memikirkan itu semua. Toh, kalau pun memang orang jahat yang ingin menculiknya pun percuma. Pada akhirnya tak akan ada yang mau menebusnya dan Amir pun hanya akan berakhir dibunuh. Tak ada bedanya dengan bunuh diri.

Amir mengurungkan niatnya untuk terjun bebas pagi ini, dan membalas pesan tersebut.

"Boleh."

***

Author note's

Ga bisa nulis cuy, masih belajar, so sorry kalo banyak mistake. Udah itu aja, selamat baca.

AnthagonyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang