"Lemon, aku percayakan semuanya padamu."Seorang pria tua berdiri di tepi pintu, menunggu izin si empu. Sosok perempuan lebih muda sedang merokok di depan tv, melihat tayangan berita, hampir tanpa niat melirik tamu yang tiba-tiba datang tak diundang.
"Kenapa aku?" Entahlah dia sendiri tak paham apa yang diingini tamunya ini.
"Lemon, kau masih berhutang padaku." Si kakek meninggikan suaranya. Wanita berambut kuning meraih remot dan mematikan tv.
"Bukannya banyak penghutang lain yang bisa kau titipi barang?" Lemon memutar matanya, melambai kecil di udara, mengisyaratkan enyah untuk si kakek.
"Jika aku punya waktu lain mauku begitu." Kakek itu menggeleng lalu tersenyum getir, dia melangkah kedalam menghampiri Lemon yang menganga dan menjatuhkan rokok dari mulutnya.
Rambutnya yang putih mulai memudar jadi kelabu dan akhirnya jadi hitam legam. Kulitnya yang mengeriput kembali mengencang. Tubuhnya yang gering mulai berisi dan menyusut lagi. Apa yang beberapa saat lalu renta kini jadi semakin muda.
"Aku akan mati, yang baru akan lahir kembali."
"A apa, kau itu abadi, kenapa.." Lemon bergetar, suaranya semakin pelan. "Kamu, jangan main-main denganku tua bangka!"
"Aku tak pernah benar-benar abadi." Pria itu terkekeh, menggeleng lagi sambil mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Sebuah boneka buaya, dia menyodorkannya dengan tatapan bingung yang mengawang ke plafon. Sementara wujudnya sendiri makin mengecil.
"Terimalah, hadiahku dan tolong berjanjilah, jaga si kecil nanti baik baik. Anu ngomong-ngomong mbak ini siapa ya?"
Lemon mengambil boneka buaya dari tangannya, menyaksikan pemudaan tubuh si remaja yang makin cepat. Pada akhirnya pakaian itu mengendor, menyisakan satu sosok baru mengeliat dibawahnya.
Lemon menyibak pakaian, seorang bayi menatapnya dengan mata penasaran. Si kecil tertawa, nelihat wajah pertama yang melihatnya.
Lemon juga ikut tertawa, matanya mulai hangat dan kabur saat mengangkat dan menimang bayi itu.