The Date
Haechan menarik turun topi yang menutupi surai coklat terangnya begitu duduk di kursi bus paling belakang. Memandang kearah luar sebelum larut dalam alunan lagu yang keluar dari earphone di telinganya.
Haechan turun begitu bus berhenti di halte tujuan Haechan. Hari belum terlalu sore tetapi langit yang nampak kelabu.
Menyusuri tidap bangunan melihat papan nama tiap kafe. Ketika menemukan tempat tujuannya Haechan melangkah masuk, mengedarkan pandanganya dan menemukan wajah wajah yang dia kenali di pojok kafe.
Mark dan Lucas adalah orang pertama yang datang, lalu seorang gadis bernama Ryujin gadis tomboy yang mengaku dari jurusan kimia. Jeno datang hampir bersamaan dengan Ryujin. Dua orang gadis bernama Yooa dan Rose setelahnya.
Haechan baru akan melangkah menghampiri teman kelompoknya saat seseorang berjalan cepat dan mendahuluinya. Tanpa berfikir lebih jauh Haechan memilih melanjutkan niatnya menghampiri teman kelompoknya.
"Maaf aku terlambat" Yujin membungkuk begitu sampai di meja tujuannya.
Mark tersenyum melihat betapa panik gadis dihadapan mereka. "Tidak masalah satu teman kami juga belim datang" Kata Mark memamerkan senyum ramah. Sementara Yujin tersipu malu begitu pandangannya bertemu dengan wajah Mark.
"Oh Haechan sudah datang!" Sura Jano mengalihkan perhatian semua orang. Haechan membungkuk kecil menyapa semua orang, mengambil tempat di sofa paling ujung tepat disamping Jeno, kursi dihadapan Ryujin. Mark masih memamerkan senyum cerah sambil melihat gerak gerik Haechan. Kaos putih dengan celana jins biru gelap, Cardigan cerah berwarna cream, membuat Haechan terlihat manis.
Mark berdehem kecil begitu Haechan menoleh padanya yang sejak tadi memandang kearah pemuda itu.
Begitu semua orang datang Mark berinisiatip mengenalkan diri lebih dulu. Perkenalan berjalan sangat cepat. Mungkin karena kebanyakan anggota dua kelompok ini adalah E , obrolan mereka tidak pernah surut. Hanya Haechan yang lebih sering menyimak, walaupun Jeno juga bisa dibilang pemalu, tapi pemuda itu selalu memamerkan senyum yang membuat matanya berubah menjadi garis.
Selama kencan buta, Mark berkali kali mencuri pandang kearah Haechan, mark menyqdari pemuda itu benar benar tidak terlalu senang berbicara. Haechan hanya menanggapi jika ditanya dan balik bertanya. Selama 2 jam duduk di sini belum sekalipun Haechan mencela atau lebih dulu menceritakan sesuatu yang menurutnya lucu.
"Jadi Mark pada dasarnya lebih tua dari kita semua?" Ujar Rose, menutup mulut tidak percaya. "Aku kira kita seumuran!" Sambungnya.
Mark menceritakan penderitaanya selama setahun menganggur ditqmbah Covid yang mengisolasi dirinya.
"Senang rasanya mendengar ada yang mengatakan jika aku terlihat lebih muda dari usiaku." Ujar Mark masih dengan senyum ramah. "Tapi walau aku lebih tua, ku berharap tidak ada yang berbicara formal. Seperti sebelumnya saja" Mark menambahkan.
Yooa melirik Haechan yang diam sambil menopang dagunya. Tersenyum sesekali menanggapi obrolan yang lainnya.
"Haechan, aku menikmati Livemu minggu lalu." Ujar Yooa. Haechan menoleh kearah gadis bersurai bergundy di ujung lain."Ahh... Aku juga suka gemes dan seorang teman merekomendasikan game itu meminta masukan." Jelas Yooa kearah yang lain, begitu melihat ketertarikan dimata mereka.
"Ya. Itu permainan yang menyenangkan, walaupun masih butuh sentuhan sedikit lagi. Ku harap kau beri masukan yang jujur, jadi mereka bisa berbenah, walaupun perusahaan kecil tapi kemampuan mereka cukup baik." Ujar Haechan. Itu adalah game yang ditawarkan padanya untuk dimainkan. Game itu bahkan belum di rilis. Haechan diminta untuk memberi masukan. Haechan ingin mencoba mendukung mereka, walaupun tidak banyak paling tidak dari Livenya dia bisa sedikit mempromosikan game itu saat rilis nanti.
Yooa tersenyum penuh arti. "Senang mendengar kau menikmati permainnya." Ujar Yooa.
"Kau mengelola Chanelmu sendirian?" Celetuk Lucas. Haechan menggeleng.
"Sebelumnya sendiri, sejak masuk tahun terakhir sekolah menengah, aku dibantu seirang editor juga seorang teman untuk mengatur jadwal dan pekerjaan lain"
Semua mengangguk. Jeno yang duduk disamping Haechan tersemyum. "Kau pasti sibuk sekali." Gumam Jeno.
"Tidak juga aku hampir tidak pernah keluar dari rumah." Jawab Haechan.
"Benar!" Celetuk Mark. "Kami tinggal digedung yang sama, dan aku hanya melihat Haechan saat keluar untuk kekampus." Lanjutnya.
Lucas menggeplak kepala belakang Mark pelan. "Memangnya Haechan kau, yang tidak bisa duduk diam didalam rumah barang lima belas menit saja? Tapi aku baru tahu kalian tinggal di gedung yang sama?" Ujar Lucas.
"Kalian tinggal dimana memangnya?" Tanya Jeno. "Terra place" Mark bergumam. Jeno menutup mulutnya tidak percaya.
"Jangan bilang kau juga tinggal disana?" Sela Ryujin. Jeno mengangguk. Mark melotot kearah Jeno.
"Gedung A?" Tebak Mark. Jeno menggeleng, "Gedung B."
" Pantas tidak pernah bertemu. Gedungmu ada di pojok utara gedung kami di di pojok selatan!" Ujar Mark.
" Kalian harus keluar bersama sesekali!" Yujin berkata dengan ceria. Lucas yang sejak tadi sudah cemberut tambah merenggut.
"Apa aku harusnya pindak kesana saja?" Gumam Lucas, tapi cukup keras untuk didengar oleh semua orang, mereka semua terkikik.Langit sudah sepenuhnya gelap saat para pemuda pemudi itu keluar dari dalam kafe. Menunggu empat perempuan itu mendapan kendaraan kembali ke tempat tinggal masing masing.
Sebelum mereka keluar mark menyarankan untuk mereka membuat masing masing 5 pertanyaan di 5 kertas berisi masing masing satu pertanyaan, boleh tentang apa saja, akan lansung dikumpulkan dan akan mereka jawab dikencan selanjutnya. Cara ini akan memudahkan proses mereka membuat laporan. Mereka semua setuju, dan bersyukur saran mark akan mempermudah tugas ini.
Mark dapat melihat Yooa berbincang dengan Haechan di belakang sekitar 5 langkah dibelakang mereka. Senyum Haechan nampak berkembang setelah Yooa berkata entah apa. Mata Mark masih sesekali melirik kejalan raya, menunggu taksi yang mungkin saja lewat.
"Aku akan pulang lebih dulu." Haechan bergumam, begitu taksi yang Yooa tumpangi melesat meninggalkan 4 pemuda tampan itu.
"Bukannya kau datang naik bis?" Jeno yang berdiri disamping Haechan bertanya.
"Kau bisa pulang dengan kami, Mark membawa mobil, kebetulan aku tadi diantar teman," tambahnya.Haechan menggeleng kecil. "Aku sudah dijemput," Haechan menujuk sebuah mobil yang berhenti diseberang jalan.
Haechan bergumam "Sampai jumpa!" Dan lansung melesat kearah seberang, dan mobil itu lansung melaju. Kearah berlawanan dengan rumah Mark dan Jeno.
Lucas mengangkat bahunya acuh saat matanya bertemu dengan Mark. Mark sendiri masih menatap kearah perginya mobil yang ditumpangi Haechan.
"Tidakkah menurutmu Haechan itu sangat apatis?" Gumam Lucas dari kursi belakang.
"Dia mungkin memang pendiam!" Jeno menanggapi.
"Tidak semua orang seperti Mark dan Kau yang sangat mudah akrab dengan orang lain. Aku juga pemalu!" Imbuh Jeno.Mark hanya diam, jari jarinya mengetuk ngetuk kemudi pelan. Entah menimbang tentang apa.
"Syukurlah aku satu kelompok dengan kalian" Gumam Jeno.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLIND DATE (Markhyuck)
RandomCovid telah merubah dunia mulai dari ekonomi, hubungan sosial hingga pola pikir masyarakat. Sementara bagi Mark Covid seperti merenggut hidupnya. Dia merasa menjadi orang yang paling dirugikan disini, dia bahkan membuang buang waktu selama setahun...