Chapter 5 : If...

57 6 3
                                        

Langkah kaki Baekhyun memasuki sebuah toko kelontong yang tak jauh dari rumah. Toko itu telah lama berdiri sejak ibunya belum masuk sekolah dasar, itu yang Baekhyun dengar dari sang ibu. Baekhyun membuka kotak es krim dan mengambil dua buah es krim rasa coklat lalu membayarnya di kasir.

"Kau pasti Baekhyun," tebak nenek yang betugas sebagai kasir sekaligus pemilik toko ini, padahal waktu kecil Baekhyun adalah pelanggan tetap toko ini.

"Benar, halmeoni," balas Baekhyun sesopan mungkin. Ia memang sudah jarang belanja di toko ini.

"Kau sudah besar ya, terlihat gagah dan tampan."

Baekhyun tersenyum malu-malu mendengar pujian dari pemilik toko itu. Jarang-jarang ada orang yang memujinya sebagai laki-laki yang tampan dan gagah.

"Sangat berbeda dengan Taeyeon yang hanya setinggi anak SMP berwajah anak SD."

Baekhyun menahan tawanya mendengar penuturan dari nenek itu. Namun jika dilihat kembali, nenek yang hanya setinggi dadanya yang berdiri di hadapannya terlihat tidak memiliki cermin di kehidupannya. Usai menerima belanjaan dan kembalian, Baekhyun keluar dari toko itu.

Baekhyun tersenyum, melihat Taeyeon tengah bermain ayunan. Tanpa pikir panjang, Baekhyun menghampirinya dan duduk di ayunan yang sebelah yang belum ditempati.

"Cha, es krim." Baekhyun menyodorkan es krim kepada Taeyeon.

"Ini sogokan kah?" tanya Taeyeon sambil membuka kemasannya.

Baekhyun mengangguk, "Aku minta maaf karena mengabaikanmu seharian ini."

Sebagai anak tunggal yang terlahir di keluarga yang harmonis, Taeyeon memang sangat tidak suka jika orang yang ia kenal mengabaikannya karena sejak kecil ia selalu mendapatkan perhatian lebih terutama dari orangtuanya.

"Museun iriya? Kau bertengkar dengan ibumu?" (Apa terjadi sesuatu?)

Baekhyun menggeleng. "Aniya, jangan khawatir."

"Aku tidak tahu apa yang terjadi denganmu, tapi aku yakin, semuanya akan baik-baik saja," ucap Taeyeon sambil menatap sahabatnya.

"Kau dapat dari mana kata-kata itu?"

Taeyeon memukul bahu Baekhyun dengan pelan. "Aish jinjja! aku sedang serius!"

Baekhyun tertawa. "Tapi rasanya aneh mendengar kata itu dari mulutmu."

Taeyeon tidak peduli, ia malah menatap langit yang ditaburi oleh bintang-bintang. Terasa indah dan membuat terkesima ketika menatapnya. Baekhyun mengitu arah pandang Taeyeon, namun sebuah bintang jatuh menarik perhatian penglihatan mereka berdua.

"Baekhyun-ah, ayo kita berdoa!" Taeyeon memejamkan mata, bersiap dengan posisinya, kedua telapak tangan yang saling bertautan.

Walaupun merasa konyol, Baekhyun mengikuti posisi tangan Taeyeon. Kali ini ia berharap bintang jatuh benar-benar bisa mengabulkan harapannya.

....

"Jadi apa harapanmu?" Taeyeon bertanya kepada Baekhyun yang berjalan beriringan disampingnya, melangkah menuju rumah masing-masing.

"Bimil. Kau pernah bilang untuk jangan beritahu orang lain, nanti tidak akan dikabulkan."

"Tapi aku sangat penasaran."

"Tidak, aku tidak akan mengatakannya kepada siapa pun."

Keduanya tiba di depan rumah mereka masing-masing, Baekhyun mendorong pagar besi rumah, namun pergerakannya terhenti ketika mendengar suara.

"Appa!"

Tuan Kim mendekat dan mengusap rambut putrinya. "Aigoo uri ttal, kau menungguku pulang?"

Taeyeon mencibir, "Appa percaya diri sekali. Aku di luar karena tadi Baekhyun mentraktirku es krim. Appa bawa apa?"

Ineffable LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang