4

1 0 0
                                    

Mika yang baru tiba dirumah langsung masuk kamar dengan sedikit buru buru.
Dia tidak mau emaknya mangetahui keadaannya seperti ini.

Sampai malampun dia masih anteng mengurung diri.
Emaknya yang menggedor pintu tanpa ampun tidak dia pedulikan.
Sampai pagi tiba, dia berinisiatif berangkat lebih awal dari biasanya, tanpa berpamitan.

Mukanya masih membiru dibeberapa sudut dan tubuhnya yang penuh lebam tidak mampu ditutupi dengan pelembab dan juga bedak.
Kondisi Mika masih memprihatinkan.

Tak

Tas kotak bergambar yang cukup familier tergeletak dihadapannya. Mika tau itu miliknya. Dia mendongak pada Top yang sedang berdiri menjulang disamping bangku.

Emak pasti sangat khawatir. Mika hanya tidak ingin terlihat begitu menyedihkan dimata orang lain.
Apa mata Top kali ini juga sedang mengasihani dirinya.

" Disuruh abisin".

Mika yang memang kelaparan dari kemarin bergegas membuka kotak tak kotak bergambar sinchan. Membuka resleting, mengeluarkan kotak makan, membuka penutup dan bersiap mengambil sendok.

Krieet

Suara decitan kaki kursi masuk telinga. Dahinya berkerut melihat Top yang telah duduk anteng diseberang meja.

Menyadari tatapan bingung Mika, Top beralasan untuk memastikan bahwa Mika benar benar memakan bekal sampai habis.
Tapi bagi Mika bukan itu masalahnya.

Top menyuruhnya makan segera sebelum jam istirahat usai. Mata Top tidak lepas sedetikpun dari setiap pergerakan orang diseberang meja.

Perlahan masker dan tudung hoodienya terbuka. Mata Top seketika melebar. Rahangnya mengeras dan tanpa dia sadari kedua tangannya menggenggam amat kuat.

Pelipis dahi Mika yang sobek hanya dibiarkan begitu saja, rahang kedua pipi dan sudut matanya lebam membiru, sudut bibirnya sobek cukup lebar dan sekilas leher Mika terlihat luka panjang seperti bekas jeratan tali atau semacamnya.

Top membeku, pandangannya terpaku. Emosinya dia coba tahan untuk sekarang. Dia tidak mau membuat keributan dan membuat Mika mengurungkan niat makan siang. Emak Mika bilang sedari pulang sekolah kemarin Mika tidak keluar dari kamar sama sekali. Tidak juga makan dan lainnya.

Sore kemarin Top memang berniat menunggu Mika pulang dengan mengawasi dibalik Jendela. Setelah menunggu cukup lama terlihat gadis yang ditunggunya itu berjalan melintas didepan rumahnya dengan lunglai.
Seharian bolos dari kelas dan pulang terlambat cukup membuat Top begitu khawatir.

Apa dia sedang memiliki masalah serius, pikir Top. Top sedari dulu mengetahui tetangganya yang pendiam itu tidak pernah memiliki teman. Dia tidak pernah memiliki urusan dengan orang lain. Terus apa yang dia lakukan seharian ini.

Lelaki itu terus mengawasi Mika yang telah mencapai halaman rumah. Badannya yang mungil tenggelam oleh hoodie yang menutupi kepalanya hingga paha.

Melihat wujud Mika yang pulang dengan selamat, dia bisa sedikit bernafas lega.
Tapi rasa lega itu berangsung luntur. Netranya menangkap Gio si Ketua Geng berjalan dibelakang Mika dengan jarak yang cukup jauh. Sepertinya Mika tidak menyadari keberadaan orang lain.

Top kembali overthinking dengan apa yang sedang terjadi. Gosip akhir akhir ini mampu membuat dirinya pusing.
Melihat dengan mata sendiri bahwa Gio membututi Mika membuatnya kembali curiga. Apa benar Gio menyukai Mika.

Namun hari ini Top mengetahui bahwa prasangkanya salah. Dia semakin tidak mampu menahan diri untuk menghajar seseorang.

" Siapa ?"

Tanya Top teramat dingin.

Mika tidak menghiraukannya dan mencoba serius mengemas kotak bekal yang isinya sudah tandas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TOPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang