Part 4

150 14 0
                                    

Lihat betapa menawannya sosok pemuda di sana, bermandikan cahaya sore, mata kelamnya terlihat sayu menatap lembar demi lembar tugas ujian kelas 5, kepalanya berdenyut, tetapi ia tidak bisa pergi begitu saja, setidaknya sampai dia berhasil membereskan meja kerjanya sendiri.

Karena beberapa orang muridnya malas dan bodoh, ia terpaksa membuat remedial untuk mereka, dan baru saja selesai satu jam lalu, sedangkan guru-guru lain sudah pulang sebelum ia kembali ke mejanya.

Menarik nafas berat, Kakashi memasukkan kertas remedial itu ke tas, membereskan buku yang tumpang tindih dan beberapa alat tulis yang sudah tak tentu tempatnya.

Namun, suara seseorang membuatnya terhenti. Mata sayunya melirik tak peduli, karena pusing sudah sangat mendera ia lebih baik abai pada sosok bersurai cokelat yang tampak ragu untuk mendekatinya.

"Kakashi-sensei," cicitnya kemudian.

Tersentak, Kakashi dengan cepat menoleh, hatinya sedikit tersentil, dan wajah yang malu-malu tampak begitu familiar dimatanya.

"Anu, Kakashi-sensei, aku... "

Masih sabar, Kakashi memperhatikan Iruka yang sangat jujur dengan kegugupannya. Sampai tak repot-repot ingin menutupinya.

"Apa kau ada perlu denganku?" Tanya Kakashi akhirnya.

Dan sosok di depan pintu kantor berdeham, bibir ranumnya terbuka tapi, kemudian sosok itu menggeleng kuat-kuat dan berlari tiba-tiba, membuat Kakashi bingung dengan sikap anehnya.

Walaupun begitu, Kakashi tetap tersenyum, seakan kedatangan Iruka yang singkat menjadi sedikit penawar bagi rasa pusingnya.

Ah, iya lupa dengan pertanyaannya, apakah sosok yang bertambah tinggi itu berusaha mengatakannya sendiri? Omong-omong, sudah kelas berapa bocah itu sekarang? Ah, lain kali Kakashi akan menanyakan namanya.

Kembali pada kesibukannya, Kakashi tidak menyadari Iruka yang ternyata bersembunyi dibalik dinding, tangan dan kakinya banyak bergerak, juga dengan bibirnya yang terus bergumam kecil menyemangati diri sendiri.

Sampai suara deheman mengejutkannya, membuat bahunya berjengit untuk detik-detik pertama sampai sosok tinggi didepannya membungkuk hanya untuk menabrakan dahi mereka.

Iruka membatu, tapi sekujur sendinya bergetar karena itu. Lidahnya kelu, tak mampu menyapa, bahkan sekadar 'hai' saja.

Sedikit mundur kebelakang, Kakashi berjongkok memotong tinggi yang memberi sekat lumayan jauh.

"Ada perlu denganku?" Tanyanya dengan nada yang datar seperti permukaan lantai yang sedang dipijaknya, padahal saat bersama Naruto pria itu tidak pernah berbicara sedatar ini.

"Atau hanya mengganggu?"

Iruka seperti tertampar, pasalnya sosok yang begitu digandrunginya sekarang menatapnya bagai pelaku pencurian.

Ia menggeleng, dan kemudian mengangguk, merasa bingung harus memilih jawaban apa. Karena jelas alasannya tidak semendesak itu untuk membuat Kakashi yang sedang sibuk sampai mendekatinya.

"Maafkan saya karena telah mengganggu, Kakashi-sensei," ucapnya sembari membungkuk, ia merasa bodoh saat dengan hati yang tiba-tiba sakit memilih untuk mundur kemudian menghilang di belokan koridor.

Nafas lelah menjadi hal terakhir menutup perjumpaan mereka di hari itu. Kakashi benar-benar menyesali pertanyaan yang ternyata menohok hati si kecil Iruka yang kini beranjak remaja.

Apa ia bisa bertemu dengan sosok itu lagi? Mungkin besok. Tapi harapannya tak juga terwujud, karena Iruka seperti menghilang dari pandangannya.

Apa anak itu benar-benar hilang? Benaknya penuh tanda tanya, sampai ia harus bersabar hari demi hari menunggu luka Iruka mengering dan terobati sendiri.

After You, Maybe [KakaIru]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang