iv - teaching him, suddenly sick

3K 597 178
                                    

Keesokan harinya, hari kembali cerah. Tidak ada awan mendung, tidak ada hujan, hanya ada sinar mentari seakan-akan tersenyum pada dunia.

Zayn kali ini memasuki bus lebih awal dari Ana. Ia menidurkan kepalanya di sandaran bus. Pusing memikirkan ujian besok, English. Itu memang pelajaran favoritnya, harus Zayn akui. Tapi ada beberapa hal yang masih belum ia mengerti. Ia mencoba ke perpustakaan hari ini, harap-harap ia mengurangi hal yang tidak ia mengerti. Sia-sia saja usahanya. Ia malah semakin bingung.

Kenapa makin lama pelajaran makin susah saja?

Sepersekian detik kemudian, Ana memasuki bus mengenakan sweater Zayn yang sudah ia cuci. Ia terheran-heran melihat Zayn yang menidurkan kepalanya. Apa ia ada masalah?

"Zayn? Ada apa?" tanya Ana begitu ia duduk di kursi bus.

Zayn membuka matanya kembali. Ia menatap Ana yang berbalut sweater miliknya. "Tidak apa. Sedikit takut untuk ujian besok."

"Ujian apa?" tanya Ana kembali. Katakan ia cerewet. Sifat ingin tahu memang temannya sejak lahir.

"English," respon singkat Zayn menjelaskan semuanya. Perlu diketahui, mereka berdua memang memiliki kelas berbeda. Tidak heran baru-baru inilah mereka kenal satu sama lain.

"Itu pelajaran favoritku!" Ana berkata antusias.

"Sama. Hanya ... ada beberapa hal yang tidak kumengerti," balas Zayn. Ana mengangguk. Sebuah ide melintas di kepalanya.

"Kalau aku mengajarkanmu, bagaimana? Kebetulan aku membawa catatannya." Bus mulai berjalan saat Ana menawarkan hal itu.

Boleh juga.

"Di mana?" tanya Zayn.

"Di sini, tentu saja. Hitung-hitung rasa terima kasihku untuk sweater kemarin." Dan disitu ia sadar bahwa ia masih mengenakan sweater yang jelas-jelas barang favorit Zayn. Astaga.

Cepat-cepat Ana membuka sweater itu kemudian membalikkannya. "Aku lupa melepasnya, Zayn! Maaf, sweater-nya kupakai. Kalau tidak begitu, aku bisa meninggalkannya di mana saja." Ana menyerahkan sweater itu pada Zayn.

"Tidak masalah." Zayn memasang sweater favoritnya itu kembali. "Kalau kau tidak keberatan, kita bisa belajar sekarang."

Aduh, tadi pagi aku pakai parfum yang cukup banyak di sweater itu, batin Ana. Semoga bau parfumnya sudah hilang.

Padahal tidak. Zayn menyukai aroma parfum cokelat Ana. Menenangkan.

"Ayo kita belajar," ajak Ana. Ia kemudian mengambil catatan pelajaran Englishnya. "Bagian mana yang tidak kau mengerti, Zayn?"

Zayn menunjukkan bagian-bagian yang tidak ia mengerti pada Ana. Sementara Ana menjelaskannya satu per satu. Terkadang omongan teman lebih masuk di akal ketimbang omongan guru. Beginilah sekarang. Zayn lama-kelamaan mengerti materi-materi yang akan diujiankan besok. Beberapa menit dihabiskannya belajar dengan Ana.

"Ada lagi, Zayn?"

"Tidak ada, An. Terima kasih," ucap Zayn. Ana mengangguk kemudian menggumamkan 'sama-sama'.

Disitu jugalah, Ana tiba-tiba merasa pusing. Sesekali ia mendesis.

Zayn mencium keanehan itu. "Ada apa, An?" tanya Zayn.

"Aku pusing. Mungkin karena faktor hujan kemarin. Tubuhku memang terkadang bereaksi lama terhadap cuaca," jelas Ana.

Sialan, kepalaku benar-benar pusing, batin Ana.

Zayn bingung harus merespon apa. Ia belum pernah sedekat ini dengan perempuan selain adiknya ataupun kakaknya. Sekarang berbeda. Ini Ana, gadis yang akhir-akhir ini menemaninya di bus, teman barunya. Apa yang harus kulakukan?

"Sampai di rumah kau harus istirahat yang cukup, Ana. Mid-term masih lanjut." Zayn hanya dapat memberi saran. Ia tidak pernah membawa obat pereda sakit kepala kemanapun. Itu hanya ada di rumah serta mobilnya. Sesekali mungkin ia perlu membawanya. Jaga-jaga kalau hal semacam ini terjadi di lain hari. Bukan untuk Ana saja, barangkali ia juga.

Ana menidurkan kepalanya di sandaran kursi sembari memejamkan matanya. Demi apapun, besok masih ujian. Malahan ia baru mengajarkan Zayn. Kalau tiba-tiba ia tumbang karena hujan kemarin, ia bisa rugi. Ah, ia benci daya tahan tubuhnya yang lemah.

"Ana? Kau--,"

Suara Zayn terdengar khawatir di indra pendengarannya. "I'm fine, Zayn. Mungkin aku butuh tidur sebentar." Zayn dalam hati menyetujui Ana.

"Sandaran kursimu itu agak keras, An. Aku pernah duduk di situ." Ana mengangguk pelan. Sudah kuduga. "Kau bisa tidur di bahu sebelah kiriku."

"Itu merepotkan, Zayn. Kalau nanti aku tertidur, kepalaku pasti terasa berat di situ," tolak Ana halus. Ana ini terlalu sungkan, pikir Zayn.

"Hitung saja itu sebagai terima kasihku karena mengajarkan English tadi," balas Zayn. Ana belum menjawab apapun, namun Zayn tiba-tiba membawa kepala Ana ke bahu kirinya, serta sedikit merangkul gadis itu. Déjà vu.

Tiga menit terlewati, napas Ana kian teratur. Yang Zayn tahu, ia telah tertidur.

"Get well fast, Ana," gumam Zayn.

Padahal Ana belum tidur. Dan ia mendengar jelas kalimat Zayn barusan.

(A/N: Uwow dejavu! Dan cheesy asf, gue iri sama Zayn-Ana fix.

For ketchuplou :D
Selamat berbuka puasa gaes, jangan jadi silent readers plis ah ini bulan puasa juga :)

QOTD: Nama ship Zayn-Anastasia apa ya? :)

Leave vomments, guys! Rika x )

sweater ☂ zjmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang