PROLOG

688 77 11
                                    

Happy Reading!

***

Sudah jalan hampir satu tahun setelah putus dengan Maudy, membuat Ael akhirnya sadar diri, jika egonya dulu masih terlalu tinggi. Jadwal The Origin’s yang dulunya tidak terlalu padat dan akhirnya kini berubah jadi semakin padat membuat hubungan Ael dan Maudy merenggang.

Di tahun ketiga setelah debutnya The Origin’s, hubungannya sudah mengalami kerenggangan. Padatnya jadwal Ael masih bisa Maudy pahami. Dan ini hanya  perihal masalah ego keduanya yang belum benar-benar selesai.

Beberapa kali Ael mencoba untuk mengajak Maudy bertemu, namun perempuan itu selalu menghindar. Namun, Ael selalu tau kegiatan Maudy dari seorang laki-laki teman kampus dan satu kosan dengan Maudy sekaligus teman semasa SMA Ael, sosok itu bernama Jauzan Narendra atau dulu Ael sering memanggilnya dengan sebutan Ojan.

Laki-laki tengil itu kerap kali memberikan report terkini soal keadaan Maudy. Bagaimana keseharian perempuan itu. Dan hari ini, Ael berniat menemui Maudy di sebuah pameran lukisan di Jakarta.

“Halo, El? Kenaps sih? Mau ngajak nongki?”

“Enggak, Maudy ada dimana?”

Helaan napas Ojan terdengar. “Mody lagi Mody lagi yang ditanyain, bosen gue. Gak ada yang lain?”

“Gak ada, buruan jawab.”

“Yah ilah, galak bener. Dia di Mall Taman Anggrek tuh, ada pameran lukisan katanya. Tadi berangkat jam 9an, naik ojol, jemput gih. Daripada gue yang kena tebeng. Lagian lo berdua bisa balikan aja gak? Gue capek jadi perantara.”

“Bawel, yaudah gue prepare dulu.”

Setelah prepare, Ael segera mengendarai mobilnya sendirian menuju tempat Pameran Van Gogh Alive yang berada di Jakarta. Entahlah, tubuhnya sangat ingin menemui sang mantan kekasih. Rasanya, Ael terus ingin melihat wajah perempuan itu tanpa henti.

Lagu James Arthur yang bertajuk A Year Ago, benar-benar menggambarkan dirinya yang masih sangat merindukan Maudy dan ingin perempuan itu kembali ke pelukannya lagi.

Bahkan, sudah satu tahun lamanya, Ael sudah terus berganti pasangan demi mencari pelampiasan dan mengeluarkan nama Maudy dari isi kepalanya, namun tidak ada hasil dan dirinya masih terus merindukan Maudy setiap harinya.

Lebih dari 3000 lukisan yang hadir dalam bentuk proyeksi digital ini ditempatkan pada layar besar, dinding dan bahkan lantai. Seluruh ruang pameran ini dapat menciptakan pengalaman yang luar biasa seolah-olah masuk ke dalam karyanya.

Kaki jenjangnya melangkah memasuki area pameran. Netra Ael mencari sosok perempuan yang sangat ia rindukan. Perempuan dengan rambut panjang sepunggung dan bergelombang itu tengah berdiri dengan posisi memunggunginya.

Sosok Maudy berdiri sambil memandangi lukisan bunga matahari karya Van Gogh yang dilukisnya pada tahun 1888 di Arles, Perancis.

“Bunga matahari adalah milikku, dengan cara tertentu.”

Suara yang sangat familiar di telinganya membuat tubuh Maudy berputar dan mendapati sosok laki-laki yang sejak lima tahun lalu mengisi ruang hatinya dan melukiskan kenangan indah bersamanya.

Tubuh Maudy bergerak mengamati tubuh Ael yang kini ikut berdiri di sampingnya sambil mengamati lukisan bunga matahari yang muncul lewat proyeksi digital di dinding.

“Bunga matahari ini pada dasarnya cepat layu. Makanya, beliau melukis bunga matahari ini setiap pagi sejak matahari terbit.”

Maudy sama sekali tidak mengalihkan pandangannya dari sosok Ael. Entah dari mana laki-laki itu mengetahui kalau Maudy datang ke pameran lukisan ini. Sosok Ael yang sudah tak dilihatnya selama satu tahun belakangan ini benar-benar menyiksa batinnya.

GavraelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang