Disclaimer!
• Narasi harap dibaca juga, agar paham alur dan karakter tiap tokoh.
• Abaikan time stamp
• Komentar sesuai alur cerita, jangan bawa cerita lain.Cerita ini diketik 7775 kata.
Happy Reading!
***
Ael masih terpaku di atas kursi di ruang tengah rumah orang tuanya. Saat ini, Ael terpaksa menginap di rumah karena papanya sedang tidak kemana-mana alias cuti karena ingin beristirahat di rumah setelah terlalu fokus pada perkerjaannya.
“Bagaimana kuliahmu, El?” tanya sang papa.
“Not bad, lagi pula masih semester 6, jadi masih belum terlalu disibukkan sama skripsi.”
Reinal langsung menatap ke arah sang putra. “Semester 6 tuh harus sudah menentukan masalah apa yang mau kamu angkat di skripsi kamu loh, El. Jangan main-main lagi, papa sudah kasih kamu persetujuan untuk menjalankan hobi bermusik kamu dan menjadi bagian dari anggota band, jadi tolong jangan mengecewakan papa dan mamamu.”
Sarah yang baru saja menaruh cangkir teh di atas meja pun melirik ke arah sang suami. “Pa, ayolah. Ael sudah besar, jangan terlalu di setir kayak gini, dia berhak menentukan jalan hidupnya sendiri.”
“Iya, tapi papa cuma gak mau kamu jadi menyimpang, El. Papa tau dunia entertaint itu seperti apa.”
Ael menghela napasnya berat dan berusaha mengontrol emosinya yang sempat mencuat tadi. “Papa dan mama, cukup dukung Ael aja dari belakang. Tentang bagaimana ke depannya, itu biar jadi urusan Ael.”
“Sayang udah ya, gapapa. Kamu, berhak punya keinginan dan kami hanya berhak menegur kamu ketika kamu sudah keluar dari jalan yang seharusnya. Mama doakan semoga karier kamu semakin cerah ke depannya.”
“Makasih, Ma,” balas Ael dengan senyum singkatnya kepada sang mama.
Usapan lembut mamanya membuat Ael sedikit tenang dan bahunya mengendur perlahan. Mamanya selalu bisa menenangkan Ael disaat-saat menegangkan seperti ini. Ingatannya seketika terlempar pada saat Ael masih berada di bangku SMA, dimana sang papa disitu benar-benar menuntut Ael untuk selalu menjadi nomor satu. Tapi Ael tidak bisa memenuhinya.
“Kenapa cuma dapat ranking tiga? Seharusnya kamu bisa jadi nomor satu, Gavrael!” cerca Reinal.
Ael hanya bisa terdiam membisu, namun sebenarnya ia ingin berontak saat itu, tapi cercaan papanya seakan tidak ada habis-habisnya.
“Kamu satu-satunya anak papa, jadi jika kamu tidak pernah bisa memenuhi ekspektasi papa, lalu papa harus berharap pada siapa?”
“Ael udah berusaha, Pa. Tapi apa papa pernah liat proses Ael untuk mendapatkan semuanya? Enggak kan, Pa?”
Reinal memang begitu keras mendidik anaknya. Reinal ingin Ael seperti dirinya dulu yang selalu menjadi nomor satu di kelasnya. Reinal ingin Ael menjadi sesempurna dirinya. Tapi seharusnya Reinal sadar, jika Ael juga punya batasan, sebab kemampuan setiap anak sudah pasti jelas berbeda.
Ael berdiri dan akhirnya berani menatap papanya dengan tajam. “Gak semua anak bisa memenuhi ekspektasi orang tuanya, Pa. Tapi seenggaknya Ael udah berusaha demi memenuhi keinginan papa untuk menjadi sempurna. Ael rasa papa tau rasanya kalau usaha kita gak dihargai itu seperti apa. Ael rasa papa pernah merasakannya, tapi tolong hargai usaha Ael sedikit aja. Maaf kalau Ael gak bisa jadi sesempurna papa.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Gavrael
Romance[PROJECT: THE ORIGIN'S UNIVERSE] Nama, karakter, lokasi dan peristiwa dalam cerita ini adalah fiksi. Alasan dibalik hilangnya senyum Ael satu tahun belakangan ini adalah karena sosok perempuan bernama Maudy. Namanya terus berlari-lari di pikiran Ael...