Aku masih ingat jika hari itu aku terbangun di tempat asing yang belum pernah aku kunjungi sebelumnya. Aku terbangun karena mendengar suara bising di sekitarku. Begitu membuka mata, aku melihat banyak orang di sekelilingku ada kru kapal dan orang-orang asing yang pernah kulihat di Kabin Dapur dan Bar sebelum pingsan. Seketika itu juga aku sadar bahwa aku sudah sampai di Mysterious WGALand.
Dari tempatku terbangun aku dapat melihat kru kapal sedang mengangkut barang-barang dari kapal. Ada yang mengangkut kayu-kayu, tali, tong-tong yang kuyakini berisi bahan makanan dan minuman, pun barang lain yang tidak aku ingat. Aku pun dapat melihat tamu undangan sepertiku yang baru sadar dan terlihat setengah linglung.
Kapten Sebastién Quest memanggil kami untuk berkumpul setelah semuanya tersadar. Ia memerintahkan kami untuk mendirikan kamp atau membangun tenda untuk kami bermalam. Tempat kami mendirikan tenda tidak terlalu banyak ditumbuhi pepohonan sehingga sangat lapang dan cocok sekali untuk mendirikan tenda.
Seorang kru kapal laki-laki berkulit cokelat dan berambut ikal memberikanku peralatan perkemahan dan beberapa keperluan lain untuk mendirikan tenda. Ada tenda yang terbuat dari kain yang bewarna cokelat, kayu sebagai pondasi dan peyangga tenda, ada tali untuk mengikat tenda agar tidak jatuh dan juga sebuah palu. Pun ada sebuah tikar berbahan jerami sebagai alas tidur.
Saat itu aku kebingungan setengah mati melihat peralatan yang ada di depanku. Aku bukan seorang petualang yang biasa mendirikan tenda. Aku adalah anak rumahan yang lebih sering tidur di kamar. Tentunya aku tidak bisa mendirikan tenda.
Namun, pada akhirnya aku mencoba beradaptasi dan belajar dari orang lain bagaimana cara mereka mendirikan tenda. Sebelum aku mendirikan tendaku, aku mencari tempat yang paling nyaman. Aku memilih tempat yang ujung dan jauh dari keramaian. Aku tidak suka dengan banyak orang di sekelilingku. Banyaknya orang pun dapat mengganggu tidur nyenyakku.
Aku mulai mendirikan tendaku di tempat yang menurutku paling nyaman. Aku ingat aku memilih memasang pondasinya terlebih dahulu mengikuti cara orang lain, namun sekeras apa pun aku mencoba tendaku tidak berdiri juga. Aku sudah mencoba membenahi kesalahanku, tapi tendanya ambruk dan tidak berdiri-berdiri. Sementara tenda orang lain sudah berdiri dengan begitu kokohnya. Aku lelah hampir menyerah sekaligus frustasi. Kenapa mendirikan tenda sesulit ini? Keluhku waktu itu. Aku akui itu salahku sendiri yang tidak banyak belajar dan lebih sering menghabiskan waktu untuk bermalas-malasan.
Di ambang batas ingin menyerah dan pasrah tidur tanpa tenda, aku didatangi oleh seorang pria berkulit putih berambut pirang bermata biru. Dia terlihat seperti pangeran. Saat pertama kali dia bertemu denganku dia menundukkan kepalanya sebagai bentuk sapaan sekaligus penghormatan. Sikapnya sangat sopan dan persis seperti bangsawan kelas atas. Walaupun wajahnya yang datar dan dingin terlihat angkuh, tapi dia orang yang sangat baik.
Aku mencapnya sebagai orang yang sangat baik, karena dia adalah satu-satunya orang yang mau membantuku mendirikan tenda. Dia membimbingku untuk mendirikan tenda yang benar. Aku masih ingat jelas bagaimana dia membimbingku, dia awalnya menjelaskan dengan sopan, lemah lembut dan sabar, tapi ketika aku melakukan sesuatu yang tidak sesuai keinginannya dia mengomel sembari membenahi apa yang menurutnya kurang tepat.
Seketika itu juga pandanganku terhadapnya berubah total. Kukira dia itu seperti pangeran yang elegan, bijaksana, baik hati dan lebih banyak diam. Ternyata dia itu seperti manusia biasa, yang suka mengomel kalau sedang kesal.
Aku masih ingat jelas bagaimana dia mengomel karena salahku yang tidak becus. Dia itu mengomel persis seperti ibuku yang selalu memintaku keluar rumah. Aku tentu tidak bisa melupakan orang sepertinya. Dia begitu karena dia itu orang yang sangat perfeksionis, membuatku lelah sendiri mengikuti seluruh kemauannya, tapi mengingat niatnya yang baik, dan dia membuatku tidak jadi tidur di rerumputan beratapkan langit aku menepis rasa kesalku dan berterimakasih setulus-tulusnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Holy Amulet
Mystery / ThrillerCaroline Carpenter adalah gadis biasa yang tergiur tawaran Kapten Sebastian untuk mendapatkan Jimat Suci. Demi mendapatkan Jimat Suci tersebut ia bergabung dengan kru bajak laut Holy Serpent dan mengarungi lautan bersama mereka. Ia sangat mengingink...