Mature Scene 21+
Cerita yang lebih lengkap dan sudah tamat telah tersedia di Playstore dan Karyakarsa ya.
Luv,
Carmen
______________________________________________________________________________
Kamar tidur pria itu berada di ujung koridor. Ruangannya besar dan ditata dengan selera seni yang mahal dan elegan, di tengah ruangan terdapat sebuah tempat tidur besar bertiang empat, berseberangan dengan area duduk di mana terdapat sebuah meja bundar dengan dua kursi yang tampak nyaman dan lebar, yang ditempatkan dekat dengan jendela.
Ketika pintu akhirnya tertutup, Cassidy terlonjak pelan. Ia mencoba mengalihkan perhatiannya dengan mengagumi kamar itu untuk menutupi rasa gugupnya.
"Cassie, kau bisa berubah pikiran, kau tahu. Aku tidak akan menyakitimu dan melakukan apapun yang tidak kau inginkan. Aku benar-benar menyukaimu."
"Ak... aku tahu... dan aku... aku menginginkannya."
Cassidy bergerak mendekati pria itu. Lalu ia berjinjit dan berusaha mencium pria itu. Profesor Chandler menunduk untuk mendekatkan jarak mereka.
Ciuman mereka lembut tapi terburu. Pria itu memeluk pinggang Cassidy dan menariknya merapat. Ruangan itu seolah berubah menjadi lebih panas karena terbakar oleh gairah mereka berdua. Cassidy tahu apa yang ia inginkan sangatlah salah tapi ia tidak peduli. Jari-jarinya bergerak dan menemukan kepala ikat pinggang pria itu dan berkutat dengan benda itu sejenak. Ia perlu melepaskannya. Begitu benda itu terlepas, pria itu juga meraih ujung bawah sweater Cassidy dan pakaian itu lepas dari tubuhnya tak lama setelahnya.
Tanpa menunggu, Cassidy melepaskan rok dari pinggangnya dan melepaskan sepatu yang dikenakannya. Lalu ada jeda sesaat, ketika ia berdiri bergeming di depan profesornya, sadar bahwa ia hanya mengenakan bra dan celana dalam berenda merah muda.
Mata pria itu bergerak melekat pada Cassidy. Ia sempat merasa malu sejenak dan berusaha menutupi dadanya. Cassidy selalu merasa bahwa payudaranya berukuran lebih besar dari gadis-gadis seumurannya dan ia takut kalau ternyata pria itu tidak menyukainya. Bagaimana kalau ternyata tipe pria itu lebih seperti Jennifer? Bagaimana kalau Profesor Chandler tidak menyukai gadis berdada besar?
Tapi ia tersentak saat pria itu mencoba menarik lengannya menjauh dari dadanya.
"Kau cantik sekali, Cassie," puji pria itu. "Jangan menutupi tubuhmu dariku."
Tangan pria itu meraih ke belakang tubuh Cassidy dan melepaskan kait bra-nya. Dan setelah bimbang sejenak, Cassidy membiarkan benda itu terjatuh ke lantai. Lalu jari pria itu bergerak ke bawah untuk mengait salah satu garis celana dalamnya dan menariknya turun. Cassidy bahkan membantunya.
Gilirannya. Cassidy ingin melihat pria itu. Ia sudah lama membayangkannya. Tangannya bergerak ke dada pria itu dan mulai membuka kancing-kancing kemejanya. Segera, kemeja itu sudah bergabung dengan tumpukan pakaian di bawah mereka. Cassidy lalu melirik dada pria itu. Profesor Chandler memiliki dada yang indah, sedikit berotot dan kuat dengan kulit kencang yang kecokelatan. Sebaris rambut halus menutupi hingga ke perut rata pria itu dan terus turun menghilang ke balik celananya. Cassidy mereguk ludah saat pria itu dengan cekatan melepaskan celana berikut boxernya dan keindahan primitif pria itu terbebas. Bukannya Cassidy masih perawan, tapi itu tetap saja tidak bisa mencegah kedua pipinya bersemu seolah ia baru pertama kali melihat tubuh telanjang seorang pria.
"Jangan malu, Cassie," ujar pria itu lalu meraih tangan Cassidy. Dengan lembut pria itu menariknya dan menaruh tangan Cassidy di kekerasannya dan secara instingtif, Cassidy mulai mengusap. Pria itu mundur sampai dia menemukan ujung ranjang lalu duduk di sana dan mengisyaratkan Cassidy agar mendekat padanya.
Cassidy maju dan berlutut di antara kedua kaki pria itu dan mendekatkan wajahnya sampai bibirnya menyentuh puncak kekerasan itu. Sementara satu tangannya membungkus pria itu, mulutnya mulai menenggelamkan sang profesor. Ia mengisap dengan ringan sebelum menggunakan lidahnya untuk merayu lebih jauh.
Pria itu mengerang dari atas Cassidy dan hanya itu yang ia butuhkan. Profesor Chandler menyukai apa yang ia lakukan. Ia semakin bersemangat dan mengubur pria itu lebih jauh. Tangan pria itu turun untuk membantunya, mengumpulkan rambut-rambut Cassidy agar tidak menjadi penghalang sementara Cassidy mulai menggerakkan kepalanya. Pria itu kembali mengerang dan Cassidy merasa tubuhnya menjadi lebih panas dari sebelumnya.
"Oh, Cassie..." desah pria itu. "You are so good at this."
Pujian itu membuat Cassidy mengerang pelan dan ia bergerak lebih cepat dan membuat pria itu menggerung kian hebat.
Pria itu kemudian menyentak rambutnya, menarik Cassidy menjauh dari kekerasannya. "Kemarilah, Cassie."