Kol Goreng

207 11 0
                                    


Jake bergegas menuju mobilnya. Langkahnya terburu, karena satu pesan dari Eunjae. Semakin diingat, semakin rasanya ia bisa memiliki kemampuan super untuk bisa langsung sampai di hadapan Jay.

Setelah keluar dari ruang operasi untuk tindakan yang cukup panjang, notifikasi ponselnya menunjukkan beberapa panggilan tidak terjawab dari Jay dan pesan dari Eunjae.

Jake, Jay tadi dirumah Jake.

Ibu di telpon, anaknya nangis kaya abis diapain aja.

Dia misscall kamu katanya, ga diangkat.

Ibu kira ada apa, jadi Ibu jemput pulang

Ternyata anaknya sakit perut, nangis terus.

Kalau operasi Jake sudah selesai, tolong mampir sebentar ke rumah ya nak? Rewel banget, ibu bingung harus gimana.

Begitu singkatnya.

Jake segera menyalakan mesin mobilnya dan bergegas pergi. Sebetulnya sakit perut seharusnya bukan hal yang terlalu parah. Tapi Jay jarang, hampir tidak pernah sakit perut kalau diingat-ingat. Jadi Jake tidak bisa membayangkan betapa kagetnya Jay merasakan nyeri di perutnya.

Hanya butuh 10 menit, Jake sudah sampai di depan rumah Jay. Setelah parkir, ia langsung masuk dan menekan bel satu kali. Jake berusaha mengatur napas, menenangkan dirinya agar tidak terlihat panik didepan Jay. Selang beberapa detik, Eunjae muncul didepan pintu rumahnya.

"Jake, cepat sekali.." sapanya sambil mempersilahkan masuk pacar anaknya yang sedang panik.

"Jay di kamar," Eunjae memberi tahu keberadaan Jay setelah membalas pelukan Jake.

"Tidur, Bu?" tanya Jake.

"Iya, sudah makan, minum antinyeri, juga antasida."

"Antasida?" Jake berhenti sebentar.

"Iya, pacarmu ternyata akhirnya ngerasain rasanya nyeri perut karena asam lambung. Nangisnya karena habis marahin kamu kemarin," jelas Eunjae geli.

"Bu..." ujar Jake sedikit lega, karena pikiran negatifnya sudah lari kemana-mana sejak membaca pesan Eunjae.

"Kamu kira Jay sangat kesakitan ya? Ibu juga. Hampir ibu bawa ke IGD. Ternyata...."

"Ah, astaga. Jay.." ujar Jake saat mereka sampai didepan kamar Jay. Yang dikhawatirkan sedang terlelap dengan wajah sembab karena kebanyakan menangis. Rupanya stress pekerjaan akhirnya bisa mengambrukan tubuh orang yang paling menjaga kesehatannya.

Jake berjalan mendekati kekasihnya, mengusap lembut wajahnya. Tangan Jake yang lebih hangat membuat Jay terbangun.

"Oh, sayang.. maaf ganggu tidur kamu.." bisik Jake lembut. Tangannya lalu mengusap rambut hitam Jay, "Tidur lagi, um? Istirahat ya.. jangan terlalu capek."

Jay setelah mengumpulkan sadar Jake sudah di hadapannya langsung mendekap pacarnya erat. Sangat erat, seperti takut Jake-nya akan diambil orang.

"Maaf ya, tadi aku gak bisa jawab.. lagi di ruang operasi," Jake menepuk punggung Jay perlahan, lalu terdengar lelaki itu mulai menangis lagi.

"Babe, it's still hurts a lot?" Tanya Jake lembut.

"Udah enggak," jawab Jay di tengah isakanya.

"Trus kenapa nangisnya ini?"

"Karena Jay nggak nurut.."

"Nggak apa, setelah ini jangan terlalu di paksain ya.. jangan semua dibawa stress ya, sayang.."

"Jay.." Jay menghisap ingusnya. "Jay enggak stress," ujarnya lalu tangisnya makin keras.

"Cup cup.. iya, Jay enggak stress.. trus kenapa nggak nurutnya?"

"Jay makan kol goreng tadi siang.." cicitnya.

Jaeyun tersenyum geli. Mendengar pengakuan anaknya, Eunjae malah yang naik pitam.

"OH, GITU? JADI BUKAN STRESS..... SIAPA YANG SURUH MAKAN KOL GORENG??" teriak Eunjae sambil mendekat lalu menarik cuping telinga Jay.

"Aaaaaaahh, ampun Bu...." Jay memohon maaf dari Ibunya.

Jake yang masih geli, sedikit melonggarkan tarikan dari Eunjae. Memang kelewatan manjanya Jay kali ini.

"Ibu sampai bingung anaknya kesakitan sampai nangis. Sampai nelponin Jake, kirain Ibu kamu ngerasain apa yang Jake rasain tiap lambungnya kumat. Ternyata......." Eunjae mencubit gemas pipi Jay lalu mencium keningnya.

"Maaf.." cicit Jay.

Setelah melonggarkan pelukan Jake, Jay datang ke Ibunya untuk meminta pelukan lainnya. Clingy?  Ini belum seberapa.

"Maaf Bu.. tapi tadi waktu Jay nangis beneran kepikiran Jake. Kok bisa dia masih kerja seharian walaupun lagi kumat. Jay aja rasanya jadi kayak cuman bisa tiduran sambil nangis," ucapnya lalu membersihkan ingus yang keluar.

"Ya makannya, kalau Jake lagi sakit tu di rawat. Bukan diomelin, dimarahin, dibetein. Enak gak? Kira-kira Jake semakin sembuh apa semakin stress? Tau gak, kalau lagi maag, trus banyak pikiran, lilitan di perut semakin kencang, rasanya kram, kayak di kruek dua arah gini," Eunjae menunjukan remasan dari atas dan depan belakang menggunakan tangannya, "trus semua organ kayak minta di muntahin! Tega kamu sama Jake?" jelasnya menakut-nakuti Jay, yang tentunya berhasil.

Lalu apa?

Ya, betul. Pecah lah tangis Jay. Lagi.

"JAKE, HIKS" tangisnya begitu keras sampai nafasnya tercekat.

"Bu..." Jake saling tatap dengan Eunjae.

"Biar saja. Supaya tau diri besok lagi. Pacar sakit malah disalah-salahkan. Lagi sakit aja udah pusing ngurus badannya, belom ngurus pacarnya yang nyalahin terus." Oceh Eunjae tidak peduli anaknya menangis semakin keras.

"Maksud Jay nggak begitu. Iya kan Jay?"

"Aduh Jake.... Beruntung banget Jay dapet kamu ya?" Ledek Eunjae sambil menepuk sayang punggung Jay yang masih memeluknya.

"Bu, berarti Jake kalo lagi minum obat, sakitnya berkali-kali lipat dari nyeri yang Jay rasain tadi?" tanya Jay polos.

"Mana ibu tau. Coba tanya sendiri," jawab Eunjae.

Dengan perlahan Jay mengangkat kepalanya lalu melirik kearah Jake.

Jake menggeleng. "Aku nggak tau sesakit apa yang kamu rasain sayang. Tapi kalau aku biasanya, aku masih bisa tahan kok. Jangan khawatir, um?" jawabnya lalu tersenyum.

"Udah.. Jay sekarang tidur lagi ya? Istirahat. Biar besok bisa kerja lagi, perutnya udah enak. Oke?" arah Jake dengan lembut sambil membopong bayi besar itu dari pelukan ibunya.

Jay menurut dan memposisikan tubuhnya di kasur. Jake merapikan selimut lalu mengucapkan selamat malam sebelum akhirnya keluar dari kamar Jay bersama Eunjae.

"Kok bisa ya, anak Ibu semanja iti diumurnya yang sudah tidak kecil lagi," desah Eunjae setelah menutup pintu kamar Jay.

"Gapapa Bu, bukannya menggemaskan?" jawab Jake terkekeh.

"Makasih ya sayang, sudah mau direpotkan terus. Jadi nambah kerjaan Jake. Pulang ya, istirahat.." ucap Eunjae sambil menepuk lembut punggung Jake.

"Dengan senang hati, Bu.. Jake nggak repot kok. Malah bingung kalau Jay malah larinya ke orang lain.." jawab Jake, lalu memeluk Eunjae. "Jake pamit dulu ya Bu."

"Langsung pulang kan?"

"Ke Rumah Sakit dulu, Prof Seo minta briefing kasus operasi besok pagi.." ujar Jake sambil menunjukan pesan di ponselnya.

"ADUH DASAR SUAMI SATU ITU, KERJA KAYA NGGAK ADA HARI BESOK," omel Eunjae dengan nada super tinggi, hingga Jake mengisyaratkan untuk mengecilkan volume suaranya. Takut Jay terganggu.

"Yasudah, hati-hati ya sayang. Perhatikan jam istirahat dan makan, jaga kesehatan ya." Eunjae mengantar Jake menuju mobil.

Hari itu berakhir dengan Jay yang terlelap dengan tenang, Jake yang kembali menyelesaikan harinya, dan Eunjae yang teringat dengan masa mudanya dulu.

Karena herannya, Jake 99% duplikat Woojin. Jangan biarkan Jaehyun tahu, karena keduanya akan memperebutkan Jake untuk hal ini.

End.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 29, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jake And Jay's Daily Life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang