Chapter 01

8 1 0
                                    


PoV Sabila

Sabila putri yah itu namaku, umurku sekarang 28 tahun. Aku sedang mengandung anak dari suamiku, Arkan Saputra. Usia kandunganku bulan ini menginjak usia 7 bulan. Yap ini anak pertamaku dengan Arkan. Aku baru menikah di umur 27 karena banyak masalah terkait 'cinta' yang buat aku sangat ragu untuk membuka halaman baru. Banyak yg berusaha untuk membuat aku percaya untuk membuka lembaran baruku bersama mereka, tapi tetap tidak bisa.

Saat itu, seorang Arkan datang berusaha untuk buat aku percaya dan berusaha menyembuhkan traumaku dengan cara yg berbeda dari yang lain. Itu yang membuatku percaya bahwa Arkan tidak seperti 'dia'. Arkan dengan berani datang ke rumahku dan mengatakan niatnya untuk serius denganku, aku pun terharu. Dan dengan berbagai pertimbangan maka aku dan kedua orang tua ku setuju. Tidak lama kemudian, selang beberapa bulan kami pun menikah. Namun, kami baru diberi kepercayaan untuk memiliki anak tepat diumurku yang ke-28 ini. Bahagia, terharu, campur aduk kala itu.

Kemarin Arkan sedang ada dinas di luar kota, alhasil akupun dititipkan di rumah bundaku. Rumah bunda sangat sejuk karena banyak tanaman, pohon yang menjaga sirkulasi udara tetap bersih sehingga baik untuk aku yang sedang hamil dan Yap sekarang aku sedang duduk bersantai di ruang keluarga yang menghadap ke taman belakang rumah bunda. Sangat sejuk damai melihat pemandangan taman. Hari itu, ayah,bunda, dan adikku Kezia sedang keluar dan tinggallah aku dengan mba dan mang di rumah.

Namun, siapa sangka saat sedang bersantai malah aku mendengar suara seperti seseorang yang sedang berusaha melompati pagar belakang dekat taman seketika akupun was-was tapi harus memberanikan diri untuk mengecek. Dan betapa terkejutnya aku ternyata itu adalah seorang pencuri, pencuri itu sedang membawa hasil curiannya di pundaknya dan saat menyadari ia ketahuan olehku pencuri itu pun mengacungkan senjata tajamnya ke arahku. 

"Diem jangan teriak atau gua tusuk lo!" teriak sang pencuri yang panik karena ia ketahuan. Aku terkejut bukan main saat itu, akupun menuruti perintah pencuri itu yaitu tetap diam. Aku hanya bisa diam seraya melindungi janinku. Pencuri itu mendekat ke arahku dengan tetap mengacungkan senjata tajamnya. Saat sudah dekat denganku ia langsung melingkarkan tangannya di leherku dengan tetap mengacungkan senjatanya ke leherku. Dalam hati aku hanya bisa berdoa semoga Ayah,Bunda,Kezia cepat pulang.

" Bantu gue keluar kalo mau lo selamet!" lagi-lagi pencuri itu mengancamku, aku tetap diam dan mengikuti arah kemana dia tuju yang tidak lain dan tidak bukan adalah ruang keluarga tempat bersantaiku tadi. Namun, saat pencuri itu masuk ke ruang keluarga ia tidak sengaja menyenggol vas bunda sehingga jatuh dan pecah

Dengan cepat pintu keluarga pun terbuka dan menampilkan mba dan mang yang khawatir oleh bunyi vas jatuh tadi. Namun, mba dan mang langsung terkejut ketika melihat aku yang sedang diacungkan senjata tajam di leher. 

"Awas biarin gue keluar kalo mau ini orang selamet! Awas!"ucap pencuri menyebalkan itu. Mba dan mang pun melihatku dengan tatapan bertanya, akhirnya aku reflek mengangguk pelan kepalaku yang mengakibatkan  leherku tergores sedikit oleh senjata tajam tersebut. Lalu, Mba dan Mang pun memberi jalan pencuri dan aku untuk bisa menuju pintu utama keluar. Sepertinya doaku terkabul, tepat saat di ruang tamu, pintu utama terbuka dan yap itu Ayah, Bunda, dan adikku Kezia.

"Hey kalian! biarkan saya keluar!" ucap pencuri yang merasa aman karena ada aku sebagai 'sandera' nya dia untuk dapat kabur. 

"Lepasin anak saya atau saya patahkan tanganmu!" Ancam Ayah dengan tegas 

"Ayah biarin dia keluar dulu yah leherk sabil sakit yah" ucapku reflek saat senjata tajam di leherku ini semakin erat dan menggores leherku lebih dalam lagi. Lalu, Ayah, Bunda, kezia pun memberi jalan sehingga pencuri itu dan aku sudah di teras. Namun, tiba-tiba saja pencuri itu mengerang kesakitan dan membuat kekangan di leherku lepas dan dengan cepat aku berlalri ke pelukan bunda. Dengan cepat Kezia dan Ayah meringkus pencuri itu dan memborgolnya dan saat di cek ternyata lengan pencuri itu berdarah. Kezia dan Ayah sama-sama Polisi jadi wajar kalau Kezia mempunyai borgol.

"Sabil sayang, kamu gapapa kan? Ya Allah leher kamu berdarah ayo ke dalem kita obstin, Mba tolong ambil kotak P3K yaa mba" Ucap bundaku yang sangat khawatir lalu izin ke Ayah dan Kezia. Aku yang masih sangat syok ini hanya bisa diam dan mengikuti bunda ke dalam rumah dengan dipapah oleh bunda. Sesampainya di ruang tamu langsung akupun diberi obat, saat diberi obat aku hanya diam sambil mengelus-elus anakku yang ada di dalam perut.

PoV Sabila End

Di sisi lain,

" Spy2 masuk, Lapor sir di rumah P1 terjadi pencurian. Pelaku sudah tertembak namun melesat ke bagian lengan sir." ucap 'spy2' melalui earphone.

" Keadaan P1?" Tanya 'sir' ke spy2 dan yap melalui earphone juga. 

"P1 Luka di leher sir sepertinya tergores oleh pencuri itu." jawab si spy2

" Oke, tetap awasi P1 lalu, dapetin pencuri itu dan langsung bawa ke markas. kita ounya mainan baru." seringai 'sir' sambil menutup komunikasi tersebut

"Sabila putri, selama ini pinter juga kamu sembunyi dari aku ya, honey? sekarang belum saatnya kita bertemu lagi honey, tunggu aku Sabila sayang." ucap 'sir' yang tadi sendiri sambil terkekeh.


--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Haiii semuanyaa!! 

Mindin balik lagiii nihh!! oke di sini Mindin mau jelasin yahh, Jdi : 

P1 : PRIORITAS 1

SPY2 :  Nama samaran per mata-mata ada nomornya

SIR :  THE BOSS 

Nah itu penjelasan singkat dari Mindin. gimana-gimana? kalian penasaran gak sih siapa 'sir' nya?

terus Sabilanya gimanaa keadaannya Mindin??

Tenang - tenang harap sabar tunggu update an selanjutnya ya! 

Terimakasih dan dukung aku terus yaa para pembaca kesayangankuu 



Stop obsessed, please?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang